22. The Snowflakes

485 66 12
                                    

This chapter is inspired by Vagabond & Memorist

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

This chapter is inspired by
Vagabond & Memorist

❄❄❄

SUNGJAE melemparkan berkas berbalut stopmap cokelat ke meja kerja ayahnya dengan kasar. Matanya berkilat penuh emosi. Memandang bergantian pada Jeonju dan berkasnya. "Bisa jelaskan padaku tentang ini, Ayah?." Tanyanya, penuh penekanan di setiap kata.

Kim Jeonju mengernyit, memperhatikan berkas yang baru saja dipertanyakan oleh putra sulungnya. Ingatannya yang tiba-tiba akan percakapannya bersama Jennie beberapa waktu lalu seketika membuat kepalanya berdenyut. Sembari memijit pelipisnya, tangannya bergerak meraih berkas, membaca tulisan-tulisan yang baru dibaca beberapa bagian saja sudah membuat matanya nyaris meloncat.

"Kenapa? Terkejut karena putramu sendiri yang akan membongkar kebusukanmu? Ck, kau benar-benar membuatku kecewa! Beginikah sosok yang selama ini ku bangga-banggakan sebagai ayahku? Sosok yang namanya ingin ku sandang?." Ucapan pedas Sungjae semakin memperburuk suasana hati Jeonju.

Pria yang rambutnya sudah mulai beruban namun tetap terlihat gagah dan tampan di balik setelan formalnya, terbatuk pelan, mengatur emosinya yang naik-turun. Mengumpulkan semua keberanian yang sudah lama ia persiapkan. Sadar jika hari ini pasti akan datang.

"Darimana kau mendapatkan berkas ini, Sungjae?,"

"Tidak penting! Hal terpenting saat ini, bukankah seharusnya Ayah menjelaskan padaku... bagaimana bisa nama Ayah ikut terseret dalam orang-orang yang bersekongkol pada tragedi bertahun-tahun silam?." Ucapan Sungjae semakin menggebu. Seandainya saja ruangan Jeonju tidak dikelilingi oleh tembok kedap suara, orang-orang di luar mungkin bisa mendengar Sungjae.

"Dengarkan dulu," berbanding terbalik dengan Sungjae yang sudah dikuasai emosinya, Jeonju tampak masih bisa mengontrol diri. "Sebenarnya beberapa hari lalu, Ayah dan Jennie sempat beradu mulut, dan berkaitan dengan berkas yang kau tanyakan saat ini, Sungjae."

Mata Sungjae melebar seketika. Tunggu sebentar. Jadi, Jennie sudah mengetahuinya lebih dulu?, "Jennie sudah tahu?." Tanyanya sedikit terbata dan ragu. Pasalnya jika seandainya Jennie sudah tahu, kenapa ia malah berbaikan dengan Hanbin? Sementara Sungjae saja merasa malu dan marah luar biasa. Tidak berani menemui Hanbin yang mana membuatnya berhari-hari menghilang dari peredaran pria Kim itu, termasuk dari Sooyoung-nya.

Semua berawal dari penyidik sekaligus detektif, Kim Taehyung, yang belum lama ini mendatangi Sungjae. Berbasa-basi hingga pada akhirnya mulai menyinggung soal kasus kematian seorang ahli forensik di rumah sakit, delapan tahun silam. Kasus yang menghebohkan dunia kepolisian dan kejaksaan, namun lenyap begitu saja. Seolah kasus tersebut sama sekali tidak pernah ada. Berakhir dengan kasus ditutup tanpa seorang pun di publik yang mengendusnya, dan Kim Taehyung berdiri sendirian, mengusut ulang kasus tersebut.

[1] SnowflakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang