ii. akhir kata (catatan pengarang)

108 12 3
                                    

Halo, Sheryn di sini. Hari ini, aku kembali di dunia oranye dengan menghadirkan sebuah karya baru (yang dibuat secara dadakan) untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri.

Begini, kawan. Aku menulis cerita ini dengan pikiran yang sungguh berkecamuk dan dengan menggali sisi gelap yang selalu mendominasi diri. Menulis fiksimini ini dengan menahan napas panjang, karena adegan yang dilakukan tokoh sungguh mengingatkanku kepada diri sendiri.

Aku menggemari cerita dengan tema kesehatan mental, terkhusus bunuh diri. Aneh, bukan? Mungkin hal itu tergolong 'sangat tidak wajar' untuk anak seusiaku. Terlalu rumit untuk dipahami dan dimengerti, begitulah kata orang-orang dewasa yang seringkali menganggap remeh perihal kesehatan mental.

Membaca cerita ini seperti menggali pikiran-pikiran yang sempat terlintas di dalam benak, meskipun cerita ini datangnya tidak benar-benar dari diri sendiri. Esensinya seperti menemukan keping-keping puzzle yang mungkin bisa menutup kegelisahan dan pikiranku selama ini.

Aku seringkali menjumpai artikel-artikel atau jurnal orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri. Katanya, hanya dengan beberapa kata seperti "Apa kamu baik-baik saja?" atau "Kamu nggak apa-apa?" mampu membuat sosok yang berkeinginan untuk bunuh diri itu kembali memikirkan ulang tindakannya.

Karena sebenarnya tiap-tiap manusia hanya ingin dimengerti, diperhatikan dan dihargai dengan sebaik-baiknya mendengarkan. Hanya dengan mendengarkan, kamu mampu meyakinkan bahwa setiap sosok manusia itu berharga. Sebab terkadang banyak hal-hal sederhana yang mampu menyelamatkan nyawa seseorang.

Apabila ditilik lebih lanjut, pertanyaan seperti yang aku contohkan di atas tergolong sederhana. Sekali, malah. Mungkin biasa saja atau tak ada maknanya, tapi kata-kata itu benar-benar berperan baik untuk sosok-sosok yang sedang berada di titik terbawah.

Aku ingin menyampaikan sesuatu ... seberat apa pun masalahmu saat ini, atau se-tidak-adil apa pun dunia menganggapmu, kamu tidak pernah sendiri. Tidak akan pernah.

Raksasa yang selalu ada di dalam pikiranmu itu tidak pernah nyata, tidak! Mereka hanya ilusi yang kamu ciptakan sendiri. Bagaimana benakmu memilih untuk meyakinkan bahwa 'raksasa' itu ada, maka di situlah kamu mulai berpikir sesuatu lebih dari biasanya.

Sisi gelap itu seringkali membiarkan kalian terlarut di dalamnya, sehingga kamu menyimpan bebanmu di dalam diri, meskipun kamu tahu kamu bisa meminjam pundak orang sekalipun.

Apabila kamu merasa ada sesuatu yang aneh dalam diri kalian, seperti kehilangan minat dalam waktu yang lama, nafsu makan menurun, seringkali merasa sedih dan tidak berharga, atau menyakiti diri sendiri, maka bicaralah. Bicaralah pada sosok terdekat yang kamu percaya, jika kamu belum mampu berterus terang untuk meminta bantuan profesional.

Apabila hal itu terjadi pada orang terdekatmu, maka terus yakinkan mereka bahwa mereka berharga, layak, dan mereka akan pulih. Dukungan orang-orang terdekat benar-benar diperlukan, karena dengan begitu mereka akan merasa berharga. Ajak dia berbicara, pun jika ia mau. Kalau tidak, jangan paksakan. Kalian bisa menggunakan alternatif lain untuk menyuruh menuliskan perasaan yang sedang dirasa pada buku khusus.  Andaikata mereka sudah siap, maka antar atau rujuk mereka untuk menghubungi profesional seperti psikolog atau psikiater yang mampu membantu.

Karena perihal kesehatan mental itu tidak bisa dianggap remeh. Gangguan psikologi itu sifatnya dinamis, tak tampak wujud, tak pandang apa dan tak peduli rupa. Semua manusia bisa mengalaminya. Tak peduli kamu siapa.

Sebab itu, jaga dan dekap mereka ... bantu mereka untuk pulih. Jaga mereka selagi mereka masih ada. Namun, jangan pernah lupa untuk menerima dan menyayangi diri sendiri, ya.

Untukmu yang sedang berjuang, kamu bisa. Kamu berharga dan kamu layak. Kamu pasti bisa pulih.

Sekian dari Sheryn, terima kasih banyak telah menghidupkan bintang atau sekedar membaca cerita ini.

Kiranya, semoga tak ada lagi orang-orang yang berusaha mengakhiri hidupnya sendiri.

Selamat Hari Pencegahan Bunuh Diri (World Suicide Prevention Day) - 10 September.

Remuk-RedamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora