"Besok kamu jangan sampai nggak datang, ya," ucap Sisil pada seseorang di ujung telepon sambil berjalan memasuki rumahnya yang tampak sepi.
"Aku nggak yakin bisa datang tepat waktu. Tapi akan aku usahain demi kamu."
"Aku hanya bercanda," kata Sisil lalu meletakkan kantong belanjaan yang berisi buah-buahan di atas kitchen island. "Jangan dipaksain kalau kamu nggak bisa. Aku ngerti, kok."
"Nggak mungkin aku ngelewatin hari istimewa teman baik aku sendiri. Ulang tahun kamu udah termasuk hari yang istimewa juga buat aku."
Sisil tersenyum mendengarnya. Temannya itu sejak dulu memang tidak pernah mau membuat ia kecewa. Bahkan ketika sekarang laki-laki itu sedang berada di penjuru dunia bagian lain pun, dia tetap berusaha untuk bisa hadir di acara ulang tahunnya besok.
"Tapi kamu pernah nggak datang juga, lho, di hari istimewa aku."
"Kapan? Kayaknya aku selalu ad ...." Laki-laki itu tak melanjutkan kalimatnya ketika menyadari hari istimewa yang dimaksud Sisil. "Ah, iya ... khusus yang satu itu aku benar-benar nggak bisa. Aku menyesal sekali nggak bisa hadir di pernikahan kamu."
"Padahal aku berharap banget kamu bisa melihat aku menikah. Tapi sayang, ya, di hari istimewaku yang nggak akan bisa terulang lagi itu, kamu malah nggak ada," tutur Sisil sambil memindahkan satu per satu buah-buahan yang ia beli ke sebuah wadah berbentuk bulat. Ada apel, anggur, jeruk, tapi ia lupa membeli kelengkeng yang menjadi buah favorit suaminya. Sepertinya nanti ia harus kembali lagi ke toko buah.
"Sekali lagi aku minta maaf. Nggak ada anggota tim lain yang bisa gantiin aku untuk berangkat ke Papua."
Sisil menguarkan tawa. Tak mau membuat temannya larut dalam rasa bersalah. "Aku akan sepenuhnya maafin kamu, kalau kamu mau berjanji satu hal."
"Apa?"
"Jangan pernah berhenti menjadi teman terbaik aku."
Ada jeda hening beberapa saat. Temannya itu butuh waktu untuk menanggapi perkataan Sisil.
"Tentu. Kita teman selamanya."
Setelah selesai berbincang di telepon, Sisil menuju kamarnya di lantai atas. Ia ingin segera berendam. Menyegarkan diri dengan aroma lavender dari essential oil yang beberapa hari lalu dibelinya itu, pasti akan menyenangkan.
Sisil membuka pintu kamar mandi dan memutar keran yang mengalirkan air agar mengisi penuh bath tub. Matanya kemudian meneliti isi kabinet, tapi tak menemukan essential oil di sana. Ia lupa meletakkannya di mana.
Ia lantas keluar kamar mandi dan membuka laci nakas. Namun alih-alih menemukan essential oil, ia malah menemukan benda lain di sana. Sebuah paper bag berwarna merah maroon mengilap dan berhiaskan pita di bagian tengah.
Sisil tersenyum senang begitu membaca tulisan pada kartu yang tertempel di sana. Ternyata itu pemberian Farid. Ulang tahunnya memang masih besok, tapi ia pikir tak ada salahnya kalau dibuka sekarang.
Ia mulai menebak-nebak isi hadiahnya. Namun senyum Sisil tiba-tiba memudar begitu mengetahui benda yang terdapat di dalamnya.
Sebuah bra.
••☆••
Nah, yang sudah request dan menunggu kisah Sisil dan Farid bisa tuntas ya rasa penasaran kalian dengan pasangan itu 😁
Yang mengikuti Camila, pasti ingat momen waktu Farid salah kasih kado
Jangan lupa beri Vote dan komentar kalian ya. Biar saya semakin semangat melanjutkan cerita ini.
Terima kasih
•••☆•••
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found a Love for Me [TAMAT]
RomanceMenikah dengan Farid membuka banyak hal yang selama ini tidak Sisil ketahui tentang suaminya. Farid ternyata tidak bisa lepas dari banyak wanita lain di sekelilingnya. Meski Sisil tahu Farid bermain di belakangnya, ia mencoba untuk bertahan. Berhara...