4. Her Sister

126 23 6
                                    

Iwaizumi mengerutkan kening, dia dan Wakatoshi baru saja tiba di apartemen milik Ryuna, namun sesaat setelah mereka memasuki apartemen, suara pintu tertutup (nyaris dibanting) terdengar menggelegar. Cukup untuk membuat kedua sosok sedikit berjengit, kaget. Wakatoshi mendesah pelan. Diliriknya sosok disampingnya itu, tatapan serta ekspresi wajahnya masih sama-sama datar.

"Itu adik Ryuna, dia tidak terbiasa dengan orang asing, jangan tersinggung." Sebagaimana ekspresi wajahnya yang datar, penjelasan yang diberikannya atas 'sambutan' tak terduga itu juga tak kalah datar dengan ekspresi wajahnya.

Iwaizumi mengangguk sekilas. Tidak ada perubahan pada ekspresi wajahnya. Lagipula, selain wajah sangar yang sudah ada sejak lahir, nyatanya baik Iwaizumi dan Wakatoshi memiliki ekspresi wajah yang nyaris sama. Bedanya, Wakatoshi selalu terlihat tanpa ekspresi sementara Iwaizumi lebih terlihat sangar seperti apa pun ekspresi wajahnya.

Langkah kaki terdengar dari arah dapur. Berjalan mendekat. Ryuna mengenakan pakaian santai, apron masih menempel di tubuhnya. Dia sedikit tersenyum saat melihat kedatangan dua manusia itu.

"Makan malamnya sudah siap, oh iya Wakatoshi, Takashi ji san tidak jadi datang. Ada urusan katanya," Dia memandu dua orang itu masuk lebih dalam. Menduduki kursi sederhana di dalam apartemen.

"Tou san datang kemari tadi?"

Ryuna mengangguk untuk pertanyaan itu. Meski Wakatoshi bertanya dengan acuh tak acuh, tapi Ryuna tahu jika si tinggi besar ini mengkhawatirkan ayahnya.

"Iya. Tenang saja, Takashi ji san sudah kusuruh makan malam di sana. Ah, Iwaizumi san, apa kau suka pedas?" Gadis itu bertanya pada tamu lain yang hadir.

"Ya. Aku suka pedas." Jawabannya singkat padat dan jelas.

"Syukurlah... Aku membuat karee yang sedikit pedas, Wakatoshi, aku membuatkanmu salad sayuran, tolong ambilkan di dapur," Dia meminta bantuan dengan begitu tenangnya. Seolah menyuruh-nyuruh seorang atlet nasional bukan merupakan sesuatu yang istimewa.

Pada akhirnya, acara makan malam itu berjalan dengan lancar. Tidak ada hambatan apa pun. Damai dan tenang. Suasananya juga nyaman. Selain itu, bagi Iwaizumi, tentu saja. Dia mendapatkan makan malam gratis. Bergizi pula.

"Ryuna,"

"Ya?"

"Apa Rin sudah makan?" Pertanyaan itu dikatakan dengan nada datar dengan wajah tanpa ekspresi, tapi Iwaizumi bisa merasakan nada halus dan ketulusan dari pertanyaan yang diberikan Wakatoshi pada Ryuna.

"Aku sudah membawa makan malamnya ke kamar, Wakatoshi, tolong lihat apa Rin sudah menghabiskan makanannya,"

Tanpa mengatakan apa pun, apalagi melayangkan sebuah bantahan, Wakatoshi bergerak, berjalan menuju kamar yang tertutup. Dari tempat mereka duduk, Iwaizumi bahkan bisa mendengar ketukan pintu yang terdengar halus, lalu suara datarnya Wakatoshi dan suara pintu terbuka sebelum akhirnya ditutup lagi.

"Iwaizumi san, mau salad buah?"

"Ah, Ya."

Sebenarnya, malam itu, alasan keberadaan Iwaizumi di apartemen Ryuna bukan akibat undangan mendadak Wakatoshi, melainkan inisiatif dari si gadis sendiri. Dia bilang sebagai rasa Terima kasih karena Iwaizumi membantunya berurusan dengan laki-laki paruh baya itu beberapa hari lalu.

"Sepertinya Ushiwaka sangat dekat dengan adikmu, Yagami san," Itu adalah kali pertama Iwaizumi berinisiatif membuka pembicaraan. Sungguhan. Dia nyaris tidak pernah bicara dengan anak perempuan kecuali jika itu menyangkut sesuatu yang penting. Kalau saja Oikawa melihat adegan ini, bisa jadi si mantan kapten tim voli Aoba Jousai itu gegulingan tak tahu diri melihat perubahan pada temannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KamaWhere stories live. Discover now