Bagian 19 : Kemana?

26 4 0
                                    

Everyia, Samuel, Daniel, Jefri dan Tice sudah bersiap di depan perbatasan Kota Magic. Mereka berpamitan pada Patrisyia dan kedua kawannya.

"Makasih yah Syia, karena kamu mau mengajariku semua elemen. Aku sangat berterima kasih karena kamu, aku akan bisa mengalahkan Penyihir Kerya dengan semua bekal yang kau berikan," ucap Everyia sambil tersenyum hangat menatap Patrisyia.

"Bekal? Aku tidak memberimu bekal kok, bahkan aku tidak bisa memasak. Bagaimana bisa aku membuatkanmu bekal?" tanya Patrisyia berpura-pura polos seolah-olah tidak tahu.

Everyia terkekeh pelan. "Aku tahu kau paham ucapanku, karena tidak mungkin seorang Patrisyia tidak memahami kata-kata sederhana itu. Yang pasti aku sangat berterima kasih." Everyia langsung memeluk gadis yang ada di depannya dengan erat.

"Aku pasti akan sangat merindukanmu, walaupun baru beberapa hari kita sudah sangat dekat. Kau orang yang sangat baik, berhati-hatilah," ucap Patrisyia setelah membalas pelukan Everyia.

"Iyah, aku juga pasti akan sangat merindukanmu. Setelah misiku selesai, aku akan berusaha untuk mengunjungimu." Everyia melepaskan pelukannya.

"Aku akan menunggunya, ingatlah kau harus berani. Seperti yang kukatakan, kekuatan itu adalah keberanian. Kau harus berhati-hati, selalu yakin dan jangan pernah menyerah."

"Aku akan selalu mengingatnya."

Samuel dan yang lainnya ikut berpamitan, setelah cukup lama perpisahan itu akhirnya terjadi. Everyia dan teman-temannya berjalan menjauhi Kota Magic, tapi tiba-tiba Patrisyia menghadang mereka sambil cengengesan.

"Biarkan aku membantu kalian untuk yang terakhir kalinya," ucap Patrisyia.

"Maksudmu?" tanya Everyia.

"Kalian tahu, kalau Penyihir Kerya membuat dimensi sihir selatan hampir hancur. Jika kalian berjalan, itu akan membutuhkan waktu yang cukup banyak, jadi aku akan membuatkan kalian portal agar kalian bisa sampai lebih cepat. Bagaimana apakah kalian setuju?"

"Aku sangat setuju!" seru Everyia.

Patrisyia tersenyum, ia kemudian membalikan badannya kemudian mengarahkan telapak tangannya ke depan. Sebuah cahaya langsung tercipta kemudian cahaya itu membentuk sebuah pusaran portal. Patrisyia membalikan badannya ia menatap Everyia dan teman-temannya.

"Kemana kalian akan pergi?" tanya Patrisyia.

"Kurasa Kota Terty," ucap Everyia.

"Baiklah." Patrisyia kembali membalikan badannya dan mengarahkan tangannya ke arah portal itu. "Portal itu akan langsung membawa kalian ke Kota Terty."

"Terima kasih, kau sangat baik. Kami pergi dulu," pamit Everyia kemudian masuk ke dalam portal itu dan di ikuti oleh yang lainnya. Everyia dan teman-temannya menghilang bersamaan dengan portal itu.

Jastin dan Fatih menghampiri Patrisyia. "Lo gak mau bantu dia?" tanya Fatih.

"Gak. Itu misinya, dia pasti bisa menyelesaikan misinya. Ayo kita masuk ke kota," ajak Patrisyia kemudian berjalan memasuki Kota Magic dan di ikuti oleh dua pemuda itu.

***

Mata Everyia langsung membulat saat pertama kali menginjakkan kakinya di Kota Terty. Sebagian wilayah di Kota Terty hancur terbakar, rumah-rumah rata dengan tanah. Hanya beberapa yang masih berdiri.

"Semuanya sudah hancur, tapi bagaimana dengan penduduknya. Apakah mereka selamat?" tanya Tice.

Samuel ikut membulatkan matanya saat mendengar kata 'penduduk', ia langsung teringat dengan sang ibu begitu juga dengan Daniel dan Jefri. Samuel langsung berlari ke rumahnya, tapi saat sampai di rumahnya. Tubuhnya langsung luruh ke tanah, rumahnya sudah rata dengan tanah.

EVERYIA [END]Where stories live. Discover now