"Bijak bukan berarti tak pernah salah, kaya bukan berarti tak pernah susah, sukses bukan berarti tak pernah lelah, dan bahagia bukan berarti tak pernah payah. Semua terjadi karena proses yang kita jalani."
~~~~~~~
Sederhana, memang tidak ada yang menarik dalam kisahku. Tapi bagaimana jadinya ketika penantian justru berujung pada kekecewaan? Ini bukanlah kisah percintaan layaknya Romeo dan Juliet yang rela mempertaruhkan takdir demi sebuah kebersamaan, bukan pula kisah dokter arogan yang mencintai pasien cantiknya.
Ini hanyalah sekelumit kisah anak adam yang mengangumi sosoknya dalam diam. Manusia tampan dengan segudang prestasinya, kakak seniorku. Satu kampus beda fakultas, dia fakultas ekonomi, aku fakultas tasawuf dan psikoterapi Universitas Islam Indonesia, Jakarta.
Pertemanannya dengan kakakku membuatku sering berjumpa dengannya, seiring berjalannya waktu rasa yang semula kagum menginginkan lebih. Perasaan tenang ketika melihatnya dan nyaman ketika di dekatnya, apa pantas itu disebut cinta?
Sayangnya kisah asmaraku tidak semulus jalan tol. Perlahan-lahan namun pasti, dinding penyekat antara kami semakin tinggi. Seolah tidak ada harapan untuk bisa bersama, banyak asa yang terkubur bersama sesak yang merasuk dada.
Perbedaan dan ribuan penentang membuatku terpaksa berjalan mundur, perih. Itu lebih baik daripada harus semakin dalam melukai hati sendiri. Mungkin karena dia baik, mungkin juga karena dia tampan, mungkin aku yang terlalu mengharapkannya. Entahlah, terlalu banyak kata 'mungkin' yang berputar dalam otakku.
Kesalahan terbesar manusia adalah berharap selain kepada-Nya, hanya mendatangkan kecewa kemudian terluka, lalu kembali menyalahkan-Nya. Anehnya meskipun sudah belajar tentang itu, jiwaku malah terjebak dalam keinginanku, hingga aku lupa bahwa langkahku tidak boleh terpeleset dari ridho-Nya.
Rasa dalam setiap sujudku mengharuskanku untuk mengganti namanya dengan keikhlasan. Rasaku harus hancur bersama ingkar janjinya, dia memilih pergi dengan yang lain. Dan takdir memaksaku untuk pulang, tanpa bisa kucegah realita agar tidak menjadi nyata. Namun apalah daya, aku hanyalah insan biasa yang tidak punya kuasa melawan takdir-Nya.
Serupa semesta yang tak lagi mendukung usahaku, bumi yang menolak kebersamaanku dengannya, dan langit yang enggan menerima harapku menjadi nyata.
Jodoh itu unik, terkadang yang dikejar malah menjauh, yang tidak sengaja bertemu justru mendekat, yang seakan sudah pasti menjadi ragu. Yang awalnya diragukan menjadi pasti, yang selalu diimpikan tak berujung pernikahan, yang tidak pernah terfikirkan malah bersanding di pelaminan.
Tunggu ... sepertinya ada yang memanggilku? Benar saja, manusia itu lagi. Sosok dokter yang cerewetnya melebihi emak-emak penagih utang.
"Bidadari-bidadari!! Mau kemana sih, buru-buru banget?" katanya sembari mengatur nafasnya yang belum stabil setelah berlari mengejarku. Tidak tahu siapa tapi dia tampan, ber-nametag Rafka? Baru saja aku Alhamdulillah terlepas darinya tapi kenapa sekarang dia mengejarku?
"Bidadari?" tanyanya sambil melambaikan tangannya di depanku.
"Astaghfirullah!" Mataku mengerjap kaget. "Jangan panggil saya bidadari, nama saya bukan bidadari, maaf saya harus pergi," kataku segera mungkin berlari dari hadapannya.
Netraku tidak sengaja menatapnya sampai mata kami tidak sengaja bertemu, tak lama aku menoleh ke arah lain untuk memutus eyes contact. Perasaan aneh itu datang lagi, seakan darah dalam tubuhku mengalir hebat. Ada gejolak yang membara dalam dada, entah rasa apa itu akupun tak tahu. Ahh lupakan!
Tugasku sekarang adalah memungut kembali hati yang sempat terjatuh lalu menata kepercayaan yang sempat hilang tak berbekas. Rasa yang terlanjur terpatri dipaksa keras untuk melupakan, sebelum trauma dengan kehadiran sosok yang baru.
Seiring berjalannya waktu, jantungku berdetak menghadapi satu-persatu masalah yang mulai menyapa, aku percaya semua akan indah pada waktunya. Aku hanya perlu mengikuti alur-Nya, belajar menanam kebaikan untuk menuai kebahagiaan.
Awal bertemu sang adam di simpang kisahku, sosok yang tak pernah aku impikan untuk menjadi pelengkap separuh nafasku. Allah... jagakan aku dalam jalan-Mu, jangan biarkan aku si pelupa diri mencintainya melebihi cintaku pada-Mu.
Hidup itu pilihan bukan? Ya ... tanpa bisa memilih apa yang sudah dipilihkan Sang Pencipta, tapi percayalah bahwa Dia lebih tau yang terbaik untuk hamba-Nya. Rasa dalam setiap sujud menarikku melepaskannya agar dapat menggenggam dia yang Allah kirimkan untuk membawaku ke surga-Nya. Semua akan terasa membahagiakan ketika sudah terbiasa.
~~~~~~~
To be continue,
Syukron,
Jazakumullah khoiron,
See you on next chapter,
Silahkan tinggalkan jejak,
Tetap jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama teman-teman.
:")
🍂🍂🍂🍂
Assalamualaikum wr wb.
Ini adalah cerita pertamaku yang super amburadul, maaf ya kalau ceritanya berantakan. Terima kasih yang sudah menyempatkan mampir kemari, selamat membaca. Cuma buat hiburan wkwk.🙏😂
Biar semangat semuanya, jangan lupa pencet bintangnya dan comment juga. Pokoknya ditunggu kritik dan sarannya.🤗 Follow akunnya juga boleh, nanti kalau ceritanya sudah tamat bisa di unfollow lagi.😁
Semoga bisa menghibur walaupun gak bagus-bagus banget, karena memang aku bukan penulis eh maksudnya lagi latihan menjadi seorang penulis wkwk. Ya penulis amatir yang sedang dalam proses hijrah, aamiin....
Happy reading semua, semoga bisa menghibur, terima kasih sudah membaca, semoga aku tetap istikomah dalam menulis cerita. Aamiin...🤲 Tetap jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama teman-teman semua ya ... Semangat!💪
Maaf cerita ini dipublish ulang, mau dirombak biar gak alay-alay banget hihi, biar tulisannya juga sedikit berbotot ehehe, buat yang udah pernah baca, boleh dong baca ulang karena isinya ya tidak jauh beda sih tapi ada perbedaan pasti.
Sekian dan terima kasih, jangan lupa vote, komen, follow juga boleh, kritik sama sarannya ditunggu ya guys, semangat and love you all, muachhh!🥰
Wa'alaikumussalam wr wb.
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Rasa Dalam Sujudku
Любовные романы(SPIRITUAL - ROMANSA) Kisah gadis cantik yang harus terombang-ambing dalam masalah hati. Ketika sosok yang selalu diidam-idamkan bahkan harapan bersama pun sudah di depan mata, namun semesta memisahkan dengan adanya perjodohan, lantas berakhir denga...
