F

478 71 0
                                    

DUA MINGGU KEMUDIAN, Baekhyun mengangkat koper terakhir ke belakang van dan bersandar ke pintu bagasi di sebelah Seulgi.

“Aku pasti sudah gila sampai mau melakukan ini,” gerutu Baekhyun sambil menyeka keringat dari alis dan meluruskan kaki kanannya yang kram setelah bolak-balik dari City Retro ke jalan belakang tempat mereka mengisi van hingga penuh.

“Pikirkan publikasinya,” erang Seulgi menguap sambil menyilangkan jari, meluruskan tubuh ke depan dan memutar leher. “Dan bonus besar yang akan kau berikan padaku karena sudah mengangkat kotak-kotak besar itu ke sini.”

“Akan kupikirkan.” Baekhyun tersenyum, yang segera pudar begitu melirik kotak-kotak yang menumpuk itu dari balik bahu. “Kurasa mengurus keperluan logistik ini membuatku lupa betapa menyenangkannya jumlah bayaran dari Chanyeol.”

“Aku jadi bertanya-tanya apakah hanya itu hal menyenangkan yang Chanyeol miliki…”

“Bukankah sudah waktunya kau mengunci toko dan pulang?”

Baekhyun jelas tak butuh godaan dari Seulgi. Sepanjang sore, ketika mereka menutup toko untuk mengatur semua keperluan pesta lajang Jihoon, Seulgi membombardirnya dengan berbagai pertanyaan tentang pertemuannya dengan Chanyeol---Baekhyun mengatakan tidak terjadi apa-apa---dan waktu usaha itu tidak berhasil, Seulgi beralih dengan cara menggoda bercampur sindiran yang kekanakan.

Seolah Baekhyun belum cukup gugup untuk minggu mendatang.

Seulgi terkekeh dan melirik jam. “Apakah sudah waktunya? Waktunya kau pergi dan bermesraan dengan jutawanmu?”

“Ini bukan novel roman,” kata Baekhyun, merapikan dan mengibaskan debu dari belakang bajunya.

Dia tidak berniat kencan dengan siapa pun dalam waktu dekat, terutama bukan dengan pria gila kerja memesona yang tak pernah berhenti menggodanya.

Jika dia berkencan, itu hanya akan terjadi dengan orang yang tepat, bukan dengan pria yang suka menggoda.

Dulu Baekhyun berpikir Bodey adalah pria yang tepat; sampai hubungan mereka masuk ke jenjang berikutnya dan pria itu kabur begitu cepat.

“Mungkin kau memang perlu membaca beberapa novel. Tidak ada salahnya.”

Baekhyun bisa saja mengabaikan lirikan jail Seulgi, tapi tahu itu tidak ada gunanya. Seulgi akan tetap memaksakan teorinya.

Sambil mendesah menyerah, Baekhyun bersandar ke pintu bagasi lagi.

“Dan untuk apa aku membaca novel-novel roman yang selalu kau baca itu?”

Baekhyun mengangkat tangan. “Karena itu hiburan yang bagus.”

Baekhyun mengangkat satu jari. “Karena novel-novel itu bagus untuk melarikan diri.”

Satu jari lagi terangkat. “Karena novel-novel itu bisa memberikan petunjuk bagus untuk menghadapi jutawanmu saat dia muncul.

Baekhyun membuka mulut untuk memprotes bahwa Chanyeol bukan jutawannya, tapi Seulgi menyuruhnya diam.

Jari terakhir terangkat. “Dan karena novel-novel itu membantumu masuk ke suasana hati tertentu, khususnya novel-novel yang super romantis. Beberapa adegannya…”

Seulgi mengipasi diri sendiri sementara Baekhyun berusaha tidak mengacuhkan argumen temannya saat membela novel-novel romantis.

Lagi pula, sejak kapan Baekhyun membaca buku selain jurnal bisnis? Dia tidak punya waktu untuk bersenang-senang. Bahkan akhir pekannya diisi dengan menjelajahi pasar dan rumah lelang, dan semua itu berhubungan dengan pekerjaan.

MA VINTAGÉ BOY - CHANBAEK✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang