Chapter 2

49 7 0
                                    

Setelah acara inaugurasi tiga hari yang lalu. Hari ini seluruh mahasiswa mulai aktif kuliah, tak terkecuali Zylla.  Ia bangun dari tidur, dan memulai paginya dengan mandi, merapikan kamar, lalu pergi sarapan. Melakukan aktivitas normal, sebagaimana yang dilakukan manusia lain.

Selesai sarapan, ia segera merapikan buku-buku, memasukannya kedalam tas. Tapi gerakannya terhenti setelah sepasang matanya melihat sebuah benda diatas meja makan. Sangat menarik perhatiannya. Dengan seringai khas, ia mengambil dan memasukkan benda itu ke dalam tas, lalu melenggang pergi.

Menaiki bus satu rute, tak butuh waktu lama untuk sampai di kampus. Zylla turun, menuruni anak tangga bus. Dari kejauhan, terlihat didepan gerbang, ada yang sudah menanti kedatangannya. Ia Pak Choi, salah satu satpam yang bertugas dikampus itu. Pak Choi menghalangi jalan masuk Zylla.

"Selamat pagi, apa benar kamu nona Zylla Zidney?" Pak Choi bertanya

"Ada apa?" Dijawabnya dengan tatapan datar

"Sesuai perintah Ketua Dekan, pagi ini kamu harus memulai hukuman menyapu halaman sekolah. Peralatan sudah disiapkan, selamat bekerja" Pak Choi berkata tegas.

Zylla terdiam, sampai akhirnya angkat bicara
"Biarkan saya masuk dulu."

"Maaf, kamu tidak boleh masuk kelas sebelum menyelesaikan tugas" Pak Choi menjawab singkat.

Zylla mulai kesal, ia pergi dengan menabrakkan bahunya ke bahu Pak Choi, sambil berkata sinis
"Terserah!"

***

Di halaman kampus, Zylla bersungut-sungut mengerjakan hukumannya, sambil sesekali mengumpat, menyesali kenapa ia harus patuh melanjutkan studinya. Untuk wanita yang tidak pernah menjalani hidup sepenuh hati, bagaimana bisa ia menjalani studi dengan sepenuh hati pula? Memilih jurusan Teknik Kimia pun bukan kemauan nya. Pada saat mengisi formulir, ia dengan asal menyilang jurusan itu, tak memikirkan konsekuensi apapun, dan dengan segala keajaiban ia bisa lulus test masuk perkuliahan.

Hampir 1 setengah jam ia membersihkan halaman, bel berbunyi tanda pergantian mata kuliah, tepat saat ia menyelesaikan tugasnya.

"Besok-besok, akan ku bakar halaman ini. Lebih baik banyak abu daripada daun kering!" tuturnya.

Zylla mengemasi peralatan kebersihan, membawa tas punggung nya yang belum tertutup rapat, lalu bergegas menuju kelas. Ia berjalan menyusuri koridor, tidak ada siapapun. Tapi beberapa saat kemudian, terdengar teriakan seseorang.

"Hei kamu! Yang ber-tas punggung cokelat! Kamu menjatuhkan sesuatu" terdengar dari aksen suaranya, pemilik suara itu adalah pria. Ia memanggil Zylla dari depan kelasnya yang berada di sudut koridor.

Zylla menghiraukan teriakan itu, padahal ia tahu yang dimaksud adalah dia. Hanya ia yang ada di koridor itu, dan memakai tas punggung cokelat.
Karena Zylla tak menghiraukan, suara langkah kaki pun terdengar mengejarnya. Pria itu menghampiri Zylla, dengan menepuk pundaknya, ia menghadang langkah Zylla.

"Kau menjatuhkan ini!"
Sebuah pisau lipat berukuran sedang, yang ia ambil di meja makan pagi tadi, terdapat di tangan pria itu. Zylla menghentikan langkahnya. Menatap lamat-lamat pisau itu. Ketika hendak mengambil nya, tangan pria itu kembali menarik pisaunya.

"Di kampus ini tidak boleh membawa benda tajam"
Pria dengan aksen suara khas nya, berkata lagi. Kali ini Zylla mengangkat kepalanya, dan menatap mata pria itu selama 5detik, ia mengunci gerakannya dengan tatapan. Ketika lengah, Zylla lantas mengambil pisau itu kembali. Dapat! Lalu melenggang pergi tanpa mengucapkan apapun.

Pria itu, dengan penuh tanya dikepala, menerka-nerka tentang wanita yang baru saja ditemui nya.

"Wanita itu? Yang kemarin di acara inaugurasi? Kenapa dia membawa pisau? Kenapa sikapnya seperti itu? Apa dia selalu menatap orang dengan tatapan sedingin itu? Dan, heii! Kenapa aku memikirkannya?!" Batinnya.

PSYCHOWhere stories live. Discover now