15

614 41 3
                                    

Ga ada ga ada ga ada-_-

Happy reading!


Makasih mie instan
telah
mengantarkan sebuah
Rasa untukku.


"Assalamualaikum." Ucap seseorang mengetuk pintu rumah Ifa.

"Waalaikumsalam, bentar." Teriak Ifa dari dalam.

Tak lama Ifa membuka pintu, dirinya membatu. Untuk apa dia datang kemari? Apakah hanya sekedar memberi kekecewaan?

"B-bunda masuk aja." Kata Ifa.

Bunda mengangguk, masuk lalu duduk di kursi yang terbuat dari rotan itu. Ifa menutup pintu, lalu masuk menyusul Bundanya. Bunda dan Ifa duduk saling berhadapan, mata mereka saling menatap.

"Bunda minta maaf tidak bisa melarang Ayahmu membiarkanmu di rumah ini sendirian." Ujar Bunda menatap putrinya sendu.

"Tapi kenapa sih Bund? Ifa suka heran aja, Ifa nggak punya kesalahan terus Ifa di usir. Em tidak tidak, lebih tepatnya Ifa di asingkan." Balas Ifa mengalihkan tatapannya ke objek lain.

"Nak, seorang Ayah, tidak akan membiarkan anaknya tersakiti, apa lagi membiarkan anaknya terluka. Suatu saat kamu akan mengerti." Ucap Bunda.

Mata yang menatap ke objek lain itu, mengalihkan lagi di mata Bunda. Ifa tersenyum, lalu menganggukan kepalanya polos.

"Bunda belum makan?" Tanya Ifa.

"Udah kok, kalau kamu udah kan?" Tanya balik Bunda.

"Hehe Ifa juga bar-"

"Astaga, Bunda lupa. Bunda pulang dulu ya, Angle di rumah belum makan." Ucap Bunda menepuk jidatnya, saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Iya Bund." Jawab Ifa.

Saat melihat kepergian Bundanya yang terburu buru itu, tangannya terulur mengusap perutnya,
"Ifa juga belum makan Bund, kok Bunda nggak khawatir ya?"

"Dari pada Ifa mati, lebih baik Ifa masak. Biar kuat hehe."

Ifa tersenyum, lalu ia berdiri menuju kedapur. Menghela nafas kasar, ternyata stok makanannya udah habis. Jadi dirinya harus keluar lagi membeli.

"Huh masa iya Ifa harus keluar beli lagi? Ifa kan lapar. Mana jauh lagi. Yaudah deh kalau Ifa gak keluar, Ifa bakalan mati kelaparan. Dasar mie kembaran instan mie, nggak mau bilang ama Ifa kalau udah abis." Gerutu Ifa di sepanjang jalan.

"Mana ada kembaran mie, mie instan lagi yang di samakan. Padahal gak ada bedanya. Ketukar lagi namanya." Celetuk seseorang.

"Usahain harus ada dong. Gitu aja ribet. Siapa suruh bikin Ifa keluar dari rumah. Au ah bodoh."

Seseorang itu terkekeh geli, melihat gadis di depannya bergerutu tiada henti. Menggemaskan sekali, pikirnya.

Niko mengerutkan keningnya, saat melihat mata Ifa berbinar. Niko mengikuti arah mata yang membuat Ifa berbinar. Ifa dengan cepat berlari menuju di mana matanya mendapatkan penjual mie instan.

Lalu dengan cepat tangannya mengambil mie tersebut dengan terburu buru, lalu memeluknya, Niko yang melihat itu semua menggeleng, sambil cekikikan geli. Dengan riang Ifa melangkah tuk membayar belanjaannya, namun kakinya malah tersandung. Matanya dengan sekuat ia pejamkan. Namun dirinya tak merasakan apa apa, tidak merasakan kesakitan.

Tapi yang ia rasakan, kepalanya berada di punggung seseorang yang tak lain Niko, yang sedang menghadap kedepan. Dengan tangan Niko yang memeluk menahan tubuh Ifa, dengan posisi yang masih sama. Ngerti kagak?

Si Gadis PolosOnde histórias criam vida. Descubra agora