Part 5

626 47 8
                                    

Enjoy the story...

Author pov.

Tiga hari berlalu dengan cepat.
Lixiang alias lixie kini telah memakai sebuah gaun yang dipenuhi dengan bordiran dan juga manik manik yang berkilaun saat diterpa cahaya.
Sejak pagi pagi buta ia sudah di bangunkan oleh ibu tirinya. Ayahnya yang sangat penurut dan takut pada ibu tirinya pun tak bisa apa apa bahkan untuk menolongnya dari pernikahan yang tidak normal ini.
Ia sudah seperti barang yang dijual dengan mahar yang memang cukup menggiurkan ditelinga, apalagi bagi ibu tirinya yang memang agak menyukai hal hal yang berbau kemewahan.
Ayahnya yang memang hanya seorang pejabat kelas menengah tak mampu memenuhi keinginan istri barunya yang seringkali hampir menyamai keinginan istri para menteri di kerajaan.

Wajahnya yang cantik dan manis itu tak lagi diisi oleh senyuman indah melainkan muram. Mungkin semangat untuk hidup saja ia belum tentu masih memilikinya.
Paras ayu itu menitikkan air matanya saat menatap selembar kertas berisi gambaran dirinya yang ia terima dari pria yang sangat ditunggu kedatangannya.
Ya pangeran.
Pria bernama pangeran itu lah yang ia tunggu sejak tadi untuk membawanya pergi lari dari pernikahan yang sudah pasti akan menyiksanya.
Menyiksa batinnya sebagai seorang perempuan. Ia tak ingin dijadikan istri untuk yang kesekian kalinya oleh saudagar tua yang kaya raya itu.

"hey, lixie... Segera bersiaplah calon suamimu sudah datang...!
Hapus air mata bodohmu itu dan segera keluar...
Upacara pernikahannya akan segera dimulai begitu tuan lhe qiang tiba bersama para rombongan..."
Jun dha, ibu tiri lixie menghapus kasar air mata yang mengalir di pipi lixie yang tengah menatap keluar jendela.
Lixie menangis lirih saat melihat iring iringan rombongan pengantin dan juga sebuah tandu pengantin yang bisa dipastikan disiapkan untuknya dari kejauhan.

Kemana kau pengeran...?
Jika kau tak segera datang mereka akan menikahkanku dengan pria tua itu...
Dewi batin lixie menangis.

Lixie benar benar tidak tau harus berbuat apa. Ia hanya bisa menunggu pria yang ia cintai datang membawanya lari bersama meninggalkan dunia yang begitu kejam memperlakukannya.

Tok tok tok,
Sebuah ketukan dipintu kamar lixie terdengar amat pelan. Ketukan itu seolah menggambarkan dengan gamblang bahwa si pelaku tengah dilanda gelisah dan bimbang.

"bolehkah ayah masuk, lixie...?"
Lixie yang sedari tadi masih tak bisa berhenti menangis mulai terbit sebuah senyuman tipis diwajahnya.

"masuklah ayah..!"
Lixie berdiri dari kursi meja riasnya, ia segera menghadap ke arah pintu menantikan kehadiran pria yang selama ini telah membesarkannya.

"maafkan ayah, Lixie...
Maafkan ayah..."
Ayah lixie, xiang jie tengah menggenggam kedua tangan putrinya yang basah dengan keringat dingin.

"ayah tidak perlu meminta maaf...
Aku tahu ayah sangat takut dengan ibu...
Jadi semua ini bukan salah ayah..."
Lixie menepuk tangan ayahnya yang menggenggam erat tangannya.
Xiang jie memeluk putri semata wayangnya itu dengan erat.
Lixie yang sesungguhnya sangat terluka dengan keputusan sepihak ibu tirinya untuk menikahkannya dengan saudagar tua itu menangis sejadi jadinya saat berada dipelukan ayahnya.

Tiba tiba saja xiang jie melepas pelukan putrinya dan mengatakan sesuatu yang membuat mata lixie terbelalak.

"pergilah nak...
Pergilah dan selamatkan dirimu dari ibu tirimu... Biarlah nanti ayah dimarahi atau bahkan dibunuh olehnya, ayah tidak perduli lagi...
Yang jelas ayah ingin kamu bahagia bersama pria yang kau cintai, nak..."
Lixie terharu mendengar ucapan ayahnya, pria itu rupanya sungguh sangat sayang dengannya. Ia tak ingin pria tua yang telah membesarkannya itu nanti sampai disiksa oleh ibu tirinya.
Perlahan lixie menunduk dan menggelengkan kepalanya.

The Crown Prince Is Back?Where stories live. Discover now