❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞
Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya yang biasa ke sekolah swasta bergengsi di kotanya itu. Sebuah teka-teki yang setiap malam selalu me...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
❝Ada beberapa kebenaran yang mungkin saja terjadi. Kebenaran menurut kita, kebenaran menurutnya, kebenaran yang sebenarnya.❞
-Undecided-
Malam itu di ruang tamu rumahnya, Dycal duduk bersisian dengan Nafta yang sedang memakan pisang karamel yang baru saja dibelikan Dycal. Entah dari mana asalnya, cewek itu tiba-tiba datang ke rumah Dycal dan mengajaknya jajan ke luar, hanya sebentar kemudian mereka kembali ke sini.
Cewek itu mengenakan celana hitam selulut dan hoodie jumper oversize berwarna putih dengan tudung hoodie menutupi kepala serta tali yang dikencangkan ke bawah dagu membuat wajah mungilnya bulat terlihat lebih imut.
"Lo udah tanya ke bokap di mana nyokap lo sekarang?" tanya Dycal, tanpa menatap Nafta dan malah fokus ke layar laptop di hadapannya.
"Udah," sahut Nafta seraya meraih dan meminum coffe ice di hadapannya sebelum akhirnya kembali melanjutkan makan.
"Terus apa kata bokap lo?"
"Kata Papa, nyokap gue udah bebas dari rehab beberapa tahun lalu, jadi kita nggak bisa nyari di tempat rehab," sahutnya dengan mulut tak berhenti mengunyah. "Papa nggak tau di mana keberadaan nyokap, tapi dia ngasih nomer seseorang ke gue, kata Papa itu temen Mama."
Dycal menaikkan sebelah alis, segera menoleh. "Kenapa bokap lo tau kalo nyokap lo udah bebas, tapi dia nggak berniat nyatuin kalian berdua?"
Nafta merapatkan bibir, menggeleng pelan.
Dycal menghela nafas, kembali menatap layar. "Lo hubungi aja nomer itu, tanya di mana keberadaan nyokap lo sekarang."
"Nanti aja," sahut Nafta. Ia baru saja menyelesaikan makannya dan kini menatap Dycal dengan serius. "Bang Ical kenapa pengen banget gue ketemu nyokap?"
"Lo nggak pengen ketemu orang yang udah lahirin lo emangnya?"
Pertanyaan dibalas pertanyaan. Hal itu membuat Nafta menggaruk pipi. "Ya pengen, sih, tapi gue nggak yakin bakal ketemu. Nyokap gue aja nggak ada niatan nyari gue kayaknya."
Nafta berpikiran seperti itu tentu saja ada alasannya. Mamanya sudah keluar dari panti rehab rehab beberapa tahun lalu, tetapi kenapa sama sekali tidak berniat untuk mencari Nafta?
"Lo butuh keluarga, Ta."
Perkataan Dycal sukses membuat Nafta terdiam sesaat, lalu menghela nafas pelan. "Bukannya kita sama-sama membutuhkan itu? Kita sama-sama kehilangan keluarga, tapi dengan jalannya aja yang berbeda."
Dycal menghentikan aktivitasnya, lalu tertawa sumbang. "Gue hampir lupa sama fakta itu."
Nafta tersenyum kecut, "Tapi lo lebih beruntung, ada nyokap. Sedangkan gue nggak punya siapa-siapa, ada Papa tapi berasa nggak ada karena dia cuma sama keluarganya."