33

643 61 19
                                    

Minhee tidak langsung membawa Yeji pulang, ia berinisiatif mengajak sahabatnya ini ke taman. "Jangan dipikiri lagi ya Ji? Lupain sih brengsek itu."

Yeji hanya mengangguk sembari meratapi kisah cintanya yang selalu berakhir dengan kesedihan. "Kenapa kisah cinta gue selalu berakhir menyedihkan ya?"

Minhee menatap sahabatnya dalam, melihat setiap inci wajah Yeji yang kini terlihat sedih. "Ji jangan bilang gitu, lo cuma belum ketemu sama orang yang tepat aja."

Malam ini taman terasa sepi sekali, ditambah angin yang bertiup lumayan kencang.

"Makasih ya Hee udah hibur gue malam ini, mungkin gue bakalan ngelakuin hal aneh kalau enggak ada lo."

Minhee tersenyum dan memeluk tubuh ramping Yeji, mungkin pelukan adalah cara untuk menenangkan Yeji sekarang.

"Janji sama gue jangan pernah putus asa, kalau ada apa-apa lo bisa hubungin gue."

Yeji melepaskan pelukannya dan menatap lekat mata Minhee. Jarak mereka benar-benar dekat banget sekarang, bahkan hembusan napas satu sama lain dapat mereka rasakan, apakah sedekat itu?

"Makasih udah mau jadi sahabat gue."

Deg.

Kenapa jantung Minhee berdegup kencang saat kata sahabat keluar dari mulut Yeji. Bukankah mereka memang seorang sahabat?

"Yeji gue rasa hmmm..."

"Enggak deh, enggak jadi."

Yeji menyerngit bingung, kenapa wajah Minhee segugup ini.

"Lo kenapa Hee? Lo sakit ya? Atau tangan lo sakit karena mukul Yogi?" Yeji menarik tangan Minhee. Terdapat bekas darah disana, pertama kalinya bagi Minhee untuk meninju wajah seseorang dan itu terjadi karena membela Yeji.

"Gue enggak apa-apa." Minhee menarik tangannya dari Yeji.

Yeji menyerngit bingung. "Tangan lo berdarah Minhee." Yeji dengan sangat telaten membasuh tangan Minhee dengan air mineral yang dibawanya.

"Ini lukanya lumayan parah."

"Gue enggak pernah mukul sekuat itu."

Yeji tersenyum. Apa ini pertama kalinya Minhee memukul orang karena nya?

"Udah. Ayo ke rumah gue dulu, biar gue perban." Yeji menarik tangan Minhe menuju mobil.















Yunseong dan Yera baru saja tiba dirumahnya. "Feeling gue dari awal bener, sih Yogi itu jahat fix." Gumam Yera.

"Untung gue enggak emosi." Ujar Yunseong tiba-tiba.

"Emang kalau emosi kenapa?"

"Ya dia bisa gue habisin, karena sahabat gue digituin."

TUNGGU, SAHABAT?

Yunseong udah mulai ngakuin orang lain sebagai sahabat?

"YUNSEONG." Teriak Yera sambil memeluk erat suaminya itu. Senang sekali rasanya kalau Yunseong tidak sedingin awal.

"Apaan sih."

"Setelah sekian lama akhirnya lo ngakuin seseorang sebagai sahabat." Yera masih betah dengan pelukan itu.

Perlahan senyuman Yunseong mengembang, walau Yera sendiri tidak tau. "Gue jadi kayak gini berkat lo."

Terharu. Yera benar-benar terharu. Bahkan pelukan mereka terlepas.

"Kenapa? Kok dilepas? Gue bau ya?" Tanya Yunseong beruntun.

Yera menggeleng dan tersenyum.
"Gue boleh cium lo enggak?"

JODOH | HWANG YUNSEONGWhere stories live. Discover now