It's You 23

7.3K 478 16
                                    

Hari itu, salju pertama tahun ini mulai turun. Udara yang dingin membuat banyak orang malas untuk melakukan aktifitas di luar.

Tidak terkecuali untuk Evelyn yang saat ini tengah berdiri menatap foto dalam bingkai besar dengan senyum tipisnya yang memikat. Menatap lekat pada foto keluarga yang tidak pernah dia bayangkan, akan berada dalam satu potret dengan orang-orang yang ia benci. Namun, senyumnya mulai berubah saat menatap satu bingkai foto yang berada di sebelah. 

Potret seorang wanita cantik yang tersenyum sangat lebar dan indah. Benar, dia adalah Razita Geraldo. 

Seandainya ibunya masih berada di sini, apakah dia bahkan memiliki kesempatan untuk berada dalam satu potret dengan mereka yang ibunya benci? Apakah dia bahkan memiliki kesempatan untuk dapat merasakan cinta keluarga? Pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan pernah berhenti dalam pikirannya.

Saat itu, ketukan di pintu membawa Evelyn kembali sadar. Menoleh ke arah seorang wanita yang tampak feminim, Evelyn teringat bahwa hari ini adalah hari dia memeriksakan kesehatannya. 

"Hai, Eve." Sapa Erina seraya duduk menunggu Evelyn yang masih berdiri menatap potret keluarganya. 

Melihat itu, Erina memperhatikan bagaimana perubahan ekspresi Evelyn dan berkata, "Kau tampak sangat senang." Yang hanya di balas Evelyn dengan gumaman. 

Erina berdiri dari duduknya dan menghampiri Evelyn. Kedua wanita itu berdiri berdampingan menatap dua potret yang berbeda. Erina tampak ingin mengatakan sesuatu, namun melihat Evelyn saat ini, membuatnya merenungkan hal itu. 

"Kudengar kau akan pergi ke Paris?" Tanya Erina dengan suara lembutnya. 

"Benar." Jawab Evelyn. 

"Ada apa?" Tanya Erina lagi.

"Bisnis." Jawab Evelyn singkat. 

"Tapi kudengar akhir-akhir ini kau jarang sekali datang ke kantor. Apa kau masih membenci karena posisi direktur kantor pusat diserahkan pada Austin?"

"Tidak, aku hanya ingin beristirahat." 

"Kau sakit? Dimana? Sejak kapan? Kenapa baru memberitahuku?" Tanya Erina tampak panik seraya menyentuh dan memeriksa setiap bagian tubuhnya. 

"Tidak, tidak. Apa beristirahat, itu artinya kau sedang sakit? Ku pikir kau pintar Erina." Balas Evelyn dengan nada bercandanya. 

"Kapan kau akan berangkat?" Tanya Erina lagi.

"Secepatnya. Sebelum salju semakin lebat." Jawab Evelyn seraya berjalan menjauh menuju pintu.

Wanita itu berjalan keluar dari ruang kerjanya dan menuju ke arah sebuah kamar yang berada paling di ujung di lantai itu, dengan Erina yang mengekorinya.

Berbaring di kursi yang terasa amat sangat familier, Evelyn membuat dirinya nyaman dengan mata tertutup dan membiarkan Erina mulai memeriksanya.

"Apa kau tidak merasa kesepian Eve?" Pertanyaan Erina yang tiba-tiba, tidak membuat Evelyn terganggu sama sekali.

Alih-alih mendapat jawaban dari pertanyaannya, Evelyn hanya terdiam dengan matanya yang masih tertutup, seakan Erina tidak pernah mengajukan pertanyaan apapun.

"Hubunganmu dengan keluargamu sudah membaik, bukankah sebaiknya kau tinggal di sana saja?" Tanya Erina lagi yang tampak tidak akan menyerah hingga dia menerima jawaban dari Evelyn.

"Periksa saja diriku, kenapa kau banyak sekali bertanya? Apa ini ujian?" Balas Evelyn dengan kesal yang terlihat dari bagaimana dia mulai mengernyit, namun masih tidak membuka matanya.

Seketika ruangan itu kembali hening, beberapa saat kemudian, Erina telah selesai memeriksa Evelyn dan mulai mengemasi peralatannya. Membuka matanya, Evelyn menatap ke arah jendela dengan linglung.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang