Wattpad Original
Ada 12 bab gratis lagi

3. Aww!

29.4K 4.1K 69
                                    

Berdiri di depan rumah Pak Heri─maksudku Mas Dirham, aku menekan bel di dinding. Kira-kira Mas Dirham sudah bangun belum ya? Kalau belum bangun, aku balik lagi dong berarti? Yah, sayang dong ini nasi gorengnya jadi gak kemakan.

Tanpa membuatku menerka-nerka lebih lama, Mas Dirham keluar rumah. Bukan hanya sudah bangun ternyata dia bahkan sudah rapi dengan kemeja dan celana panjang. Pakai baju casual aja ganteng banget ini orang ya ampun jadi gak kebayang apalagi kalau pakai jas di pelaminan. Sadar, Dinar, sadar!

"Eh, Dinar, selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" sapanya setelah membuka gerbang pagar rumahnya untukku.

"Pagi, Mas, maaf ganggu. Ini saya mau antarkan nasi goreng buat sarapan dari Mama," ujarku seraya menyerahkan paper bag yang sudah kuisi kotak makan dari meja tadi.

"Wah, makasih banyak ya. Duh, jadi merepotkan nih. Mari masuk dulu, Dinar."

Sebenarnya mau sih masuk ke dalam dan lihat jadi seperti apa rumah Pak Heri sekarang setelah berganti pemilik menjadi milik Mas Dirham, tapi Papa bilang kan Mas Dirham tinggal sendirian. Kayaknya gak etis deh kalau aku dan Mas Dirham berduaan di dalam rumahnya. Takutnya nanti jadi santapan ghibah tetangga lainnya.

"Gak usah, Mas, saya langsung pulang aja," tolakku.

"Ooh gitu, ya udah sekali lagi makasih banyak ya, Dinar. Ini nanti saya pulangin agak siangan ya."

Aku mengangguk mengiyakan. "Iya, Mas, santai aja. Saya permisi ya."

"Sebentar, Dinar, kamu hari ini ada waktu luang gak?"

Aku menarik kembali langkah kakiku yang hendak berbalik, "Kenapa emangnya, Mas?" tanyaku balik

"Ehm, gini, saya mau ke supermarket buat beli beberapa barang, cuma kayaknya malas aja gitu kalau sendirian. Barangkali kamu bisa temani?"

Aku mengerjapkan mataku saat mendengarnya. Ini gak salah dengar kan? Bisa gak bisa ya aku bisain lah!

"Oh, gitu ya?" Aku pura-pura berpikir sejenak padahal mulutku tentu saja sudah punya jawabannya. "Hmm boleh deh, Mas," ujarku kemudian.

Diajak masuk ke rumahnya gak mau, tapi diajak pergi mau. Memang dasar wanita labil aku tuh. Tapi, ya mau bagaimana lagi? Kesempatan jangan disia-siakan, kawan!

***

Entah ini sudah kali ke berapa aku menatap diriku dalam pantulan cermin. Batinku terus merasa bimbang memilih antara harus mengganti baju atau tetap memakai baju yang sama tapi ditambah dengan outer saja.

Kalau aku ganti baju, kayaknya aku niat banget gitu mau pergi sama Mas Dirham. Tapi kalau gak ganti baju takut kebanting aja gitu penampilanku.

"Ganti? Gak usah kali ya? Ganti juga gak apa-apa, ya kan? Ngapain sih, Dinar, repot banget?" Aku menggaruk kepalaku yang sama sekali gak gatal tapi lebih ke pusing.

Ya ampun, Dinar, kamu cuma diminta Mas Dirham temani dia ke supermarket, bukan mau ngedate!

"Ganti celananya aja deh." Akhirnya diri ini berhasil mengambil keputusan. Setidaknya celana jins mungkin masih sedikit lebih lumrah dipandang saat keluar rumah daripada celana tidur motif leopard yang kukenakan ini.

Mengambil celana jins abu-abuku dari dalam lemari, aku pun menanggalkan celana tidurku dan menggantinya.

"Dinar, dicari Nak Dirham nih!"

Aku tersentak saat mendengar seruan Papa dari luar pintu kamarku. Kok Mas Dirham udah di sini aja sih? Kulirik jam di dinding yang menunjukkan pukul dua belas lewat dua puluh menit. Astaghfirullah, ternyata untuk memutuskan mengganti celana saja aku memakan waktu empat jam lebih!

Kepingan DirhamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang