SEBELUM MEMBUAT CERITA, BIKIN PREMIS DULU YUK

196 27 7
                                    

Kamu kalau mau buat cerita, sebenernya gapapa kalau langsung bikin. Tapi, pernah gak sih di tengah-tengah kamu nulis, misal nih udah nulis sampe chapter 12, eh tiba-tiba, kamu stuck, karena kamu gatau cerita kamu mau mengarah ke mana.

Nah untuk mengantisipasi hal itu, biar selama bikin cerita kamu gak tersesat, perlu banget nih kamu bikin yang namanya premis.

Apa sih premis itu?

Ingat! Premis bukan outline, blurb, atau sinopsis, ya.

Premis adalah satu kalimat inti yang menggambarkan seluruh isi cerita kamu. Premis dibuat agar penulis mempunyai gambaran ceritanya dari awal sampai akhir. Sehingga memungkinan si penulis tetap fokus kepada satu inti cerita di ceritanya tersebut.

Rumus Premis

1. Tokoh
Tokoh di sini berupa protagonis atau pemeran utama dalam cerita kamu. Sebagai tambahan, kamu juga bisa menambahkan karakter sifat dari si tokoh tersebut. (Misal: Faolyn, seorang gadis cerdas yang pandai memikat hati para guru)

2. Tujuan
Tujuan di sini berupa hal yang ingin dicapai oleh si tokoh. (Misal: ingin mendapat peringkat satu angkatan)

3. Halangan
Halangan di sini berupa hal-hal yang menghambat si tokoh dalam mencapai tujuannya. Ini juga bisa berupa konflik.(Misal: tapi dia selalu kalah oleh Alluvin)

4. Ending
Ini adalah kondisi akhir yang dialami si tokoh. Apakah dia berhasil mencapai tujuannya apa gagal. (Misal: dan akhirnya Faolyn gagal mencapai tujuannya tersebut karena dia meninggal terpeleset pisang)

INTI RUMUS: (Tokoh) ingin (tujuan) tapi (halangan) dan akhirnya (ending).

Coba kita satukan premis yang berhasil kita buat itu.

"Faolyn, seorang gadis cerdas yang pandai memikat hati para guru, ingin mendapat peringkat satu angkatan, tapi dia selalu kalah oleh Alluvin, dan akhirnya Faolyn gagal karena dia meninggal terpeleset pisang."

Nah udah jelas 'kan, itu ceritanya tentang apa? Dan bakal nyeritain apa aja?

Selama kamu bikin cerita juga, periksalah selalu premismu. Apakah sudah sejalan atau malah keluar jalur? Kalau sampai keluar jalur, segera perbaikilah sehingga tidak menimbulkan ending yang berbeda.

INGAT!
Premis dibuat untuk penulis nya sendiri. Bukan untuk diketahui pembaca. Jadi, buatlah premis yang dapat dimengerti olehmu, bukan untuk membuat pembaca penasaran.

Premis juga bisa dibuat beberapa. Satu premis untuk satu tokoh. Rumusnya tetap sama. Tapi, ini tidak wajib. Jika kamu merasa kelimpungan dengan banyaknya premis, lebih baik tidak usah dibuat saja. Atau kalau ingin buat beberapa pun, buatlah yang tokohnya penting saja, yang mempengaruhi ke isi cerita. Misal hero/heroine nya.

Jadi agar kamu tidak tersesat selama bikin cerita, buatlah premis nya terlebih dahulu, baru langsung mulai bikin cerita.

Premis juga berguna saat kamu berada dalam situasi berikut.

Misal kamu lagi naik lift. Di sana ada staff penerbit buku. Kamu ingin menerbitkan bukumu. Tapi karena posisinya yang mendesak, kamu harus menjelaskan isi ceritamu dengan singkat kepadanya. Jadi untuk melakukannya, kamu bisa menjelaskan ke dia mengenai premismu, yang mana premis itu menggambarkan seluruh isi cerita kamu. Lebih efisien, 'kan? Daripada harus capek dan pusing mikirin apa yang harus kamu jelaskan soal ceritamu ke dia.

Aku tau soal ginian pas denger seminar kepenulisan offline Raditya Dika, kalau gak salah. Cuman dia mengandaikannya pake film. Aku di sini pake novel biar lebih relate sama kita.

PERTANYAAN

1. Kak, aku kalau bikin premis suka bablas deskripsiin hal-hal yang menurutku penting. Rasanya sayang kalau nggak dimasukin ke premis, takut lupa. Tapi kalau dimasukin premisnya jadi panjang banget. Baiknya itu gimana ya, Kak?
Pokoknya, bikin dalam bentuk satu kalimat. Jadi cuma ada satu titik di sana. Bikin juga tiap poin rumusnya tuh cuma intinya aja, garis besarnya, konflik utamanya tuh apa, enggak ke perkembangan masalahnya, yg gak ngaruh ke dalam ceritanya.

Misal, konfliknya tuh tntng suka dibully sama gebetannya sepupu si tokoh. Nah yaudah tulis aja suka dibully sama gebetannya sepupu si tokoh, gak perlu ditulis dibully nya di mana, kapan aja, setiap hari apa, atau dampak psikologisnya kek mana.

Itu semua perkembangannya bisa ditulis di outline. Jadi anggap aja poin rumus yg halangannya tuh dijadiin bab utama konflik, yg selanjutnya bakal beranak.

2. Bagi tips mengembangkan premisnya dong, Kak.
Intinya kamu kalau udah kepikiran ide, langsung bikin MC, sifat MC, tujuan MC, konflik, dan ending. Itu dulu deh, gk perlu ngembangin anak konflik. Klo udh jadi, kan nanti bakal lebih gampang dipikirin.

Kalo konfliknya mau lebih nonjol, berarti jangan diawet-awet, langsung munculin konfliknya di awal2 chapter, langsung BRAK gitu, bikin adegan masuk konfliknya tuh yg memorable, diingat pembaca, bikin pembaca terenyuh sampe berkesan sendiri, dan selama chapter2 yg kamu tulis, bahas lah soal MC yang berusaha ngelewatin konfliknya, dampak konflik buat kehidupannya dan orng2 di sekitarnya, jadi, ya munculin terus. Bakal kerasa tuh.

Soalnya kalau dimunculinnya perlahan, takutnya pembaca gak ngeh ini konfliknya apa, dan ingatan mengenai konfliknya bakal memudar, karna kurang eksekusi.

Klo biar gak keluar jalur, selama nulis, fokusin ke penyelesaian masalah aja sih. Gak nambah konflik utama gitu. Klau kecil2an sih gpp, selama jangka waktunya gak terlalu lama dan ttp membahas konflik utama.

Materi Seputar TeenfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang