Segala Dalam Diam : 21

576 82 25
                                    

Bagian Dua Satu.

Zerania masuk ke dalam kelas dengan naskah berisi dialog di tangannya. Hari ini, adalah hari di mana seluruh peserta yang ikut mengisi acara perpisahan, diperbolehkan latihan di sekolah.

Namun ada yang aneh. Angela, Bella, Litha, dan Sinta juga berada di dalam kelas.

Dengan segera, Zerania memasang headphone yang ia bawa. Namun, ia tak memutar musik atau semacamnya. Melainkan hanya untuk menjalankan sebuah aksi kecil dadakan.

Zerania mengangguk-anggukkan kepalanya seraya bersenandung pelan. Seolah-olah ia benar-benar mendengarkan musik. Panggilan dari Sinta tak ia hiraukan agar aksi kecilnya ini berhasil.

"Ze? Zerania!"

"Dia gak denger. Udah lah, biarin aja," ujar Bella.

Sinta menghela napas lalu mengiyakan ucapan Bella. "Oh iya. Gue gak sabar pas acara perpisahan nanti," ucapnya.

Angela mengangguk membenarkan. "Gue juga. Gue pengen lihat cewek sok alim itu ketakutan di atas panggung nanti. Ah! Pasti seru!"

"Udah ah, yuk kita lihat yang lain latihan buat tampil!" ajak Litha seraya menarik teman-temannya untuk pergi ke luar kelas.

Ketika Angela, Bella, Litha, dan Sinta sudah benar-benar jauh dari kelas, Zerania meletakkan headphone yang ia pakai tadi ke atas meja seraya tersenyum miring. Ia lantas mematikan rekaman suara di gawainya, lalu menyimpannya.

"Masih belum belajar dari kesalahan rupanya."

| Segala Dalam Diam |

Gawai di saku celana Gilang berbunyi. Dan tanpa sengaja, Gilang menekan tombol hijau. Sambungan telepon pun terhubung.

"Assalamu'alaikum, Gilang. Tumben banget telepon gue cepet diangkat."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. To the point, Ze," pinta Gilang yang tak ingin berbasa-basi.

"Iya, iya. Jadi gini, lo ke sekolah sekarang. Ditunggu Pak Ilham di ruangan guru," ujar Zerania dalam sambungan telepon.

"Gue males, Ze."

"Kakak Sepupu gue yang terhormat, ditunggu Pak Ilham di ruangan guru sekarang. Ini memang urusan gue. Tapi lo juga harus ikut. Suruh Dito, Alka, dan Ezra juga buat datang ke sini. Spesial buat Ghina, dia harus naik kendaraan yang berbeda sama lo. Jangan bareng! Gue punya rencana."

"Urusan tentang apa?"

"Nanti lo juga tahu. Intinya, tentang Khansa Aleandra."

"Sampai ketemu di sekolah. Assalamu'alaikum."

Gilang menghela napas. Ingin menolak pun ia tak bisa. "Ya. Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Ketika Gilang membuka pintu, ia dikejutkan oleh Ghina yang berdiri di balik pintu kamarnya. Tanpa mengucapkan apapun, Ghina masuk ke dalam kamar Gilang dan mengambil sebuah jaket. Ia memakaikan jaket tersebut ke tubuh Gilang.

"Di luar mendung, jadi udaranya dingin."

Ghina tersenyum seraya memegang kedua bahu Gilang. "Apapun yang lo lakukan, apapun yang lo putuskan, gue akan selalu dukung. Gue udah dengar semuanya. Jadi, ayo kita bantu Khansa."

Gilang memeluk Ghina dengan erat. "Thanks, Nar. Gue sayang banget sama lo."

| Segala Dalam Diam |

Walaupun Gilang tak menampilkan reaksi apa-apa setelah mendengar rekaman suara yang diputar oleh Zerania, namun di dalam dirinya, ia sangat-sangat marah.

Segala Dalam Diam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang