Chapter 5

54 35 72
                                    

Hello selamat datang di chapter kelimanya kisah Aluna dan Ale.

Mohon koreksi typo atau ada kalimat yang ambigu dsb.

Fita mondar-mandir di depan toilet sekolah, sedari tadi ia berfikir keras ada apa dengan aku yang belum juga keluar dari bilik toilet tersebut sejak lima belas menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fita mondar-mandir di depan toilet sekolah, sedari tadi ia berfikir keras ada apa dengan aku yang belum juga keluar dari bilik toilet tersebut sejak lima belas menit yang lalu.

"Al lu boker apa atau lagi beranak sih?" tanya Fita sembari tangannya mengetuk-ngetuk pintu.

Tidak ada sahutan dari dalam, sejak tadi aku tidak menyahuti pertanyaan ataupun panggilan dari Fita. Fita kembali mengetuk-ketuk pintu tersebut.
"Lama banget sih Al? Jawab kek kalau gue nanya, jangan bikin gue khawatir dong."

"Veses lo gede banget ya Al makanya lama?" tanya Fita lagi tanpa pikir panjang mengeluarkan kalimat memalukan yang hampir setiap pengunjung didalamnya bisa mendengar.

Fita merasa gemas karena belum juga mendapat respon kemudian Fita langsung mengambil smartphone dari dalam sakunya. Mencari fitur kamera lantas mengarahkannya tepat diatasku yang berada dalam bilik, aku tebak Fita akan sedikit berusaha dengan menjinjitkan kakinya untuk mengarahkan kameranya dari atas bilik toilet.

Dengan menggerakkan ibu jarinya Fita menyentuh fitur kameranya hingga menciptakan bunyi dan sinar dari lampu flazz kamera smartphonenya. Dirasa bidikan kameranya sudah tepat, Fita memposisikan berdirinya seperti semula dan mengecek hasilnya.

"Ehh buseeet." teriak Fita histeris.

"Fitaaaaaaa." teriakanku menggema keseluruh toilet mengagetkan setiap pengunjung didalamnya.

"Sorry Lun, abisnya gue tanya dari tadi lo diem aja. Gue takut lo pingsan didalam toilet." Fita menjelaskan setengah berteriak, ia langsung menghapus gambar hasil jepretannya tadi.

"Gila lo fit, gue diem karena gue lagi konsentrasi. Ini perut gue mules banget." ucapku kesal.

Aku keluar dari bilik toilet langsung mencari keberadaan Fita yang sebelumnya sempat diam-diam kabur meninggalkan ku yang menyerapah kesal didalamnya. Sedari tadi aku menyerapah sendirian dari dalam, seperti penghuni rumah sakit jiwa.

Berjalan cepat aku menyusuri koridor sekolah dengan perasaan kesal, mengumpat dalam hati atas ke telmian sahabatku yang satu itu. Sepertinya lain kali aku harus merebus kepalanya kedalam panci yang airnya mendidih supaya kebekuan otaknya bisa sedikit lebih encer.

Selama berjalan di koridor sekolah banyak pasang mata yang kembali menatapku seolah tengah melihat benda kotor. Beberapa diantaranya berbisik saat aku melewatinya, atau sesekali memberikan tatapan jijik atau sinisnya.

Sebenarnya aku sedikit bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, sudah hampir dua minggu aku memendam rasa penasaran ini sendirian dan selama dua minggu itu juga aku terus mendapati tatapan sinis dari mereka. Tapi bukan Aluna namanya kalau aku menanggapi mereka, biarlah mereka dengan sikapnya sendiri selama tidak melukai fisikku aku tidak masalah.

Jatuh Cinta Diam-DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang