Sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Maddison, "Bagaimana jika nanti aku tumbuh dewasa?"
Siang hari pukul sebelas, mereka sedang merebahkan diri di atas rumput sembari meneliti ulat bulu yang memakan daun tanaman Kakek. Maddi memeluk sebuah kertas bertekstur kasar. Kertas tersebut merupakan bab baru dari dongeng "Le Petit Prince" yang baru ditulis Kakek malam tadi. Pertanyaan tersebut terdengar menyebalkan memang, tapi saat itu, Maddison hanya seorang gadis kecil dengan salah satu gigi bagian depan yang patah karena jatuh dari pohon ketika ia berusaha menangkap merpati. Pertanyaan itu cukup lucu.
Sama seperti Pangeran Ten, Maddison juga enggan untuk tumbuh dewasa.
Tersenyum kecut, Maddison lihat Kakek tampak berat hati untuk memproduksi kata.
"Menjadi dewasa bukanlah masalah," ucap pria tua dengan seragam pilot lama yang membalut tubuh kurusnya. Warna biru langit terpancar di bola mata Kakek, seolah bola matanya merupakan mesin foto copy terbaik di semesta. "Tapi, melupakan."
Sekarang, Maddison sudah hampir menginjak usia 19 tahun. Ia bertumbuh, dan giginya utuh. Akan tetapi, susunan kata tersebut tetaplah menjadi hal paling menyedihkan yang pernah ia dengar.
YOU ARE READING
Le Petit Prince🌙au!
Fanfiction[on hold] Kota sedang sekarat. Bintang-bintang tidaklah lagi menggantung pada langit sebagai mana mestinya. Orang-orang politik nan serakah mencuri lalu mengumpulkan semua bintang agar senantiasa mereka gunakan sebagai sumber energi listrik. Semuany...