❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞
Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya yang biasa ke sekolah swasta bergengsi di kotanya itu. Sebuah teka-teki yang setiap malam selalu me...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
❝Seorang pengkhianat sejati tak akan pernah merasa bersalah sedikit pun dalam hidupnya.❞
-Undecided-
Satu jam sebelumnya di lab komputer.
Venus bergerak cepat, mengetik sesuatu di laptopnya lalu mencetaknya melalui printer milik sekolah. Setelah itu, ia gelagapan mencari pulpen dalam tas hingga kemudian menuliskan beberapa nama temannya. "Fero, Ben sama Vazo nggak ada di ruangan itu. Nama mereka perlu gue tulis?"
Joshua yang sedang duduk di atas meja jadi mendelik, "Tulis aja. Mereka Equinox, harus bareng-bareng."
Hal itu membuat Venus melempar tatapan kesal pada Joshua. "Jadi menurut lo, gue bukan Equinox?"
"Ya lo pikir aja sendiri." Joshua tertawa, "Emang lo masih dianggap sama mereka?"
Benar juga. Apa yang dilakukan Venus sekarang tentu saja membuat mereka marah atau mungkin bisa saja namanya sudah dihapus dari daftar pertemanan. Venus bukan orang baik dan memang semenyebalkan itu, pantas dibenci.
Venus menghela nafas, "Kita udah sejauh ini, Jo. Jadi plis, jangan bikin gue semakin ngerasa bersalah dan malah berubah pikiran."
Lantas, Joshua segera merapatkan bibir. Ia kini tak banyak bicara, membiarkan Venus menulis nama teman-temannya pada surat panggilan yang cewek itu sendiri pembuatnya.
"Nasya, Della sama Aylin temen-temennya Lita itu perlu gue tulis juga, kan?" tanya Venus. "Gue pikir, orang seperti mereka lebih layak mendapatkan ini."
Joshua mengangkat sebelah alis, menatap Venus dengan tatapan tak terbaca. "Lo gila?" tanyanya, sarkas.
Bukannya marah, Venus malah tertawa sumbang. "Harusnya pertanyaan itu lo simpan buat diri lo sendiri, Jo. Karena dari awal baik gue ataupun lo, kita sama. Sama gilanya," jedanya. "Lagian kita udah nyelam sedalam ini, susah buat keluarnya."
"Tapi, Ven, lo beneran serius mau libatin Nasya, Della sama Aylin?" tanya Joshua yang langsung mendapat anggukan dari Venus. "Kenapa lo libatin mereka? Jangan nambah kekacauan, Ven. Dan yang terpenting, jangan jadiin mereka korban selanjutnya."
Venus berdecak, "Lo bego apa gimana sih, Jo?" kesalnya. "Pertanyaan lo itu sama sekali nggak bermutu. Gue nggak nambah kekacauan di sini karena dari awal Nasya, Della, Aylin sama temen-temennya yang lebih dulu bikin kekacauan!"
Bertepatan dengan itu, pintu ruang lab terbuka. Seorang cowok berkacamata dengan balutan hoodie berwarna abu-abu berjalan mendekat ke arah mereka. "Belum kelar juga?"