Hope

504 30 1
                                    


"Sayang, hati-hati tidak usah ngebut aku masih bisa tahan" ucap Keisha dengan lembut.

Tapi Cakra mengacuhkannya, bagaimana pun juga dia dapat melihat dengan jelas raut wajah kesakitan istrinya.

"Tahan sebentar dear, sebentar lagi kita akan sampai rumah sakit ya"

Keisha mengangguk lemah.

Cakra benar-benar sangat cemas, meskipun ini bukanlah pertama kali mengantar Keisha melahirkan tapi kali ini dia benar-benar merasa sangat khawatir.

Tak peduli seberapa macet jalanan ibukota sore ini, dia terus mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat.

Terdengar sayup-sayup suara umpatan pengemudi lain di belakang yang memprotes tapi dia hiraukan.

Fokusnya hanya satu keselamatan buah hati yang tengah dikandung oleh Keisha.

"Cakra, pelan-pelan" ucapnya dengan nafas yang mulai berat.

"Sabar dear, sebentar lagi yah" ucapnya panik.

Dia terus melirik ke belakang dan tak memperhatikan jalan.

"Cakra awaaass!" teriak Keisha.

BRAAAKKK...

"Maaf.. Maafkan aku dear, maaf" ucapnya terbata.

Tubuh Cakra mendekap dan melindungi tubuh Keisha.

Keisha merasa ketakutan dan tangisnya semakin pecah saat tangannya memegang kepala Cakra yang berdarah.

"CAKRAAA" teriaknya.

***

Seorang wanita paruh baya mondar mandir di depan ruang bersalin. Dia terlihat sangat cemas dan khawatir.

Dia terus mengertakkan giginya.

"Oaa.. Oaa.. Oaa"

Suara tangisan bayi itu membuatnya sedikit lega.

Dia menoleh saat terdengar suara pintu yang terbuka.

"Dokter, sini berikan bayi itu padaku"

Dokter itu tersenyum dan memberikan bayi pada wanita itu.

"Cucuku kau sangat tampan, persis ayahmu"

"Dokter.. Dokter gawat! Pasien pingsan, dia kehilangan banyak darah" ucap suster.

Dokter itu dengan cepat masuk kembali ke dalam ruangan itu.

Wanita itu tersenyum sinis, dia pergi meninggalkan ruangan itu menuju ruang jenazah.

"Cakra.. Lihatlah dia nak, dia adalah putramu. Hiks, kenapa kau tinggalkan ibu nak dan bayi yang tak berdosa ini" isaknya.

***

Seminggu kemudian...

"Dia masih saja seperti itu, tak ada perubahan. Dia selalu menatap ke luar jendela, sesekali tersenyum ataupun tertawa"

Wanita paruh baya itu menatapnya tajam.

"Lakukan sesuai apa yang aku perintahkan"

"Tapi nyonya—"

"Apa kau berani membantah perintahku?"

Wanita itu menggeleng.

***

"Hei lepaskan aku! Aku tidak gila! Kenapa kalian mengurungku disini?" teriak Keisha.

Keisha di kurung di ruang isolasi.

MiracleWhere stories live. Discover now