Prolog

1.8K 241 4
                                    

🍁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍁

1939

Pintu istana terbuka, memperlihatkan banyak pasangan kekasih yang sedang berdansa di aula istana. Semuanya seketika membungkuk hormat saat tuan putri datang, dan memberikan jalan untuk sang putri.

Tuan Putri berjalan dengan anggun ke kursi singgasananya, kemudian membalikan diri menatap orang-orang yang sedang berdansa.

"Selamat datang di istanaku. Silahkan bersenang-senang malam ini." Tuan putri senyum singkat, setelah itu duduk di singgasananya untuk melihat orang sedang berdansa ria di depannya.

Terlihat Putri sangat bahagia melihatnya. Namun saat pesta selesai, sang putri berlari ke kamarnya, dan langsung membanting mahkota indahnya ke lantai.

"Aku bosan, setiap hari yang di lakukan hanya pesta dan pesta."

Salah satu pelayan pria tua yang memang mengikuti putri di belakang, langsung memungut mahkota tersebut, "tolong putri jangan begitu." Pintanya.

"Besok anda harus bertemu dengan raja dari kerajaan tetangga. Jadi Putri beristirahatlah." Setelah itu si pelayang pergi keluar dari kamar, dan meninggalkan putri yang sedang kesal.

Setelah kepergian si pelayan, putri menyeringai, kemudian buru-buru keluar dari kamarnya membawa seutas tali, yang akan dia gunakan untuk kabur dari istana.

Sang putri kabur ke arah hutan, tanpa mendengarkan para pelayan yang meneriaki namanya. Dia terus berlari menyusuri hutan, sampai akhirnya pelariannya terhenti, karena ada seekor beruang yang memanggilnya.

"Putri!"
"Apa kau kabur dari istana lagi?"

"Kau selalu tomboy seperti biasanya." Sahut seekor Harimau yang muncul dari balik semak.

"Apa yang kau katakan?!" Ucap seekor gorila yang baru turun dari pohon.

Putri yang melihat ketiga binatang itu, langsung menatap malas, "hey bisakah kalian diam?"

"Putri kau harus kembali ke istana." Perintah beruang dengan gusar.

"Tidak akan! Istana sangat membosankan." Ke tiga hewan tadi, langsung berjalan mendekati putri, dan berdiri di depannya untuk menghalangi jalan putri.

"Minggir!" Putri memukul kepala ketiga hewan di depannya dengan ranting pohon.

"Jangan menggunakan kekerasan, putri." Tegur gorila.

"Aku tetap akan pergi hari ini." Putri langsung menerobos kumpulan hewan tersebut, dan melangkah pergi.

~

Semua itu hanyalah sebuah cuplikan film klasik hitam putih yang sedang di putar di sebuah Theater, berjudul 'Putri Tomboy dan Binatang Periang'.

Film tersebut merupakan film legendaris, dan banyak peminat. Namun sayang itu dulu, sekarang hanya sedikit orang yang menonton film tersebut di Theater ini. Orang-orang yang datang pun sebenarnya tidak benar-benar menonton.

Setelah penayangan selesai, si pemilik Theater langsung melepas poster film tersebut, dan membuangnya, karena film 'Putri Tomboy dan Binatang Periang' tidak akan di tayangkan lagi. Bisa di pastikan kalau tadi merupakan penayangan terakhir filmnya.

Kemudian si pemilik Bioskop mencabut rol film 'Putri Tomboy dan Binatang Periang', dan menaruhnya di wadah khusus rol film, dia berniat akan menjual rol film tersebut ke kolektor. Namun sebelum di jual, pemilik Bioskop memilih untuk menyimpannya di dalam lemari terlebih dahulu.

Tapi sayang, rol film tersebut tidak jadi di jual, karena 1 minggu setelah penayangan terakhir film, terjadi perang dunia ke 2. Membuat rol film 'Putri Tomboy dan Binatang Periang' yang akan di jual menjadi terbengkalai di dalam lemari, entah sampai kapan.








































1946

Peperangan telah usai, dan sekarang era baru industri perfilman di mulai.

Bertahun-tahun rol film itu masih tersimpan apik di dalam lemari yang sama tidak banyak perubahan, hanya wadah pembungkusnya saja yang berubah menjadi berkarat, karena bahannya yang terbuat dari besi.

Tiba-tiba lemari yang berisi rol film tersebut di buka oleh seorang pemuda. Terlihat dia mengambil rol film tersebut dan membawanya keluar.

"Aku kembali untukmu." Gumam pemuda tersebut, sambil memasang rol film ke tempat pemutarnya.

Dia kemudian menyalakan tombol yang ada di pemutar film. Dengan tersenyum dia menonton film tua itu dari jendela kecil yang berada di ruangan tempat pemutaran filmnya.

Pemuda tersebut tidak berhenti tersenyum saat pemutaran film berlangsung, alasannya karena si putri hitam putih yang ada di layar yang membuatnya terus tersenyum....

tbc.

Romance Theater || Jakehoon ~END~Where stories live. Discover now