Happy Reading
.
.
.Bangchan memejamkan matanya, menikmati hujan air dari shower menimpa puncak kepala hingga seluruh tubuhnya. Masih pukul 5.30, terlalu pagi untuk mandi tapi Bangchan benar-benar tidak tahan dengan bau tubuhnya ketika bangun tadi.
Ia heran bagaimana Minho bisa tahan memeluknya sepanjang malam dengan bau sperma bercampur keringat.
Setelah 10 menit melakukan ritual pagi. Bangchan akhirnya keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya.
Hanya sebuah kaos dan celana pendek selutut. Saat melewati kamar Bangchan melirik Minho yang masih tertidur, begitu pula Berri yang entah sejak kapan tidur di perut si pemuda Lee.
Senyum tipis terukir di wajah Bangchan. Ia kembali melangkah menuju dapur kemudian memeriksa isi kulkas. Mengambil 3 butir telur, tomat, paprika, selada dan roti tawar.
"Hyung-ah," Bangchan berdeham untuk membalas panggilan Minho. Sebuah tangan melingkar di perut Bangchan, Minho menaruh dagunya di pundak Bangchan.
Menghirup dalam aroma sabun dan shampo dari tubuh Bangchan. "Kenapa kau mandi?" tanya sang pemuda Lee dengan suara serak khas bangun tidur.
Minho juga sedikit memanyunkan bibirnya. "Kau tidak terganggu dengan bau tubuhku semalaman Ho?"
Minho malah menyeringai "Aku saja pusing mencium bau tubuhku ketika bangun tadi." Bangchan membalikan tubuhnya hingga berhadapan dengan Minho dan pinggangnya bersandar pada meja kompor.
Minho menundukkan kepalanya dan memeluk Bangchan. "Aku lebih suka itu, you know! Smel after sex make someone more hot and seksi."
Bangchan terkekeh, ia membalas pelukan Minho. "Tidak kah kita terlalu dekat." Ucap Bangchan tiba-tiba. Pemuda Bang itu bahkan mengatakan ya dengan nada pelan dan pandangan sendu.
Minho melepaskan pelukannya. Ia langsung mencium bibir Bangchan dengan lembut dan membuai. Bangchan tanpa sadar meremat pinggul Minho karena terkejut.
Ciuman mereka terlepas. Minho menyunggingkan senyum lebarnya sembari menangkap pipi Bangchan. Tidak ada lagi yang perlu ia tutupi. Setelah malam tadi Bangchan pasti mengerti bagaimana perasaan Minho.
"You know i love you,"
Namun sang pemuda Bang, nampak bingung. Bukan karena ingin memungkiri hatinya juga merasakan hal yang sama. Tapi karena ketakutan yang selalu ia rasakan.
Setelah semua yang Bangchan alami, bagaimana dirinya bisa percaya akan cinta. Bangchan takut Minho akan seperti Woojin.
"Whatever...." Bangchan memasukan sebuah roti isi ke mulut Minho. Menyimpan mulut itu agar tidak lagi melontarkan pertanyaan, "Mandi dan ayo sarapan. Kau harus kuliah" titah Bangchan sembari mendorong sedikit tubuh Minho agar memberinya jalan.
Minho tertawa dan mengangguk, dirinya memang harus kuliah tapi siapa peduli. pemuda Lee itu kemudian berjalan dan memasuki kamar mandi.
Bangchan mengusap pipinya yang terasa panas, ia menaruh sepiring roti isi di meja makan. "Berri!" Teriak Bangchan sembari berjongkok.
Terdengar suara gemerincing mendekat. Bangchan terkekeh gemas ketika Berri mendusel pada tangannya. "Ayo makan." Ajak Bangchan.
Bangchan kemudian berdiri sang mengambil sekotak makanan kucing. Berri langsung mengeong dan mengikuti Bangchan menuju tempat makanya. Berri langsung melahap makanannya ketika Bangchan menuangkan makanan itu ke mangkuk khusu Berri.
Untuk beberapa saat Bangchan terkekeh. Hingga ia mendengar bunyi bel apartemenya. Bangchan terdiam, hatinya panik seketika dan suara bel itu semakin kuat terdengar.
Suara ribut dari luar juga bisa Bangchan dengar.
//BRUK!
Tubuh Bangchan tersentak kaget. Pintu apartemenya di dobrak oleh dua orang bertubuh kekar dan besar.
Nafas Bangchan memburu ketika melihat sosok Woojin di antara orang-orang itu. "Kau tidak bisa lari dariku. Bawa dia!"
Kedua pria itu mencengkeam masing-masing kedua tangan Bangchan. Bangchan menggeleng kuat, ia memberontak berusaha melepaskan kedua tangannya.
Woojin melepas kacamata hitamnya dan berjalan kehadapan Bangchan. Ia langsung menampar pipi Bangchan kuat hingga sudut bibir Bangchan sedikit sobek.
"Please... Let me go," gumam Bangchan sembari menangis. Woojin malah menyeringai dan mencengkram pipi Bangchan.
"Kenapa kau ingin menjauh dari seseorang yang mencintaimu hm? Come on babe, aku bahkan membunuh semua orang di lantai ini. Just for you! Now...." Woojin merangkul pinggang Bangchan. Kedua pria itu otomatis melepas tangan Bangchan.
Kaki Bangchan seketika melemas ketika tangan Woojin turun ke bagian belakangnya. Meremas bongkahan ya dengan kuat. Terasa sakit karena bekas merah tamparan Woojin di sana bahkan belum hilang.
Woojin mendekatkan wajahnya ke telinga Bangchan. Berbisik pelan dengan nada dingin, "You Will pay! On my bed! With handcuff, blindfold and my another toy! I'm gonna make you Scream, feel hurt and crying till you die bitch!"
Tubuh Bangchan bergetar takut. Pemuda Bang itu bahkan semakin memberontak ketika Woojin menjambak rambutnya dan menyeretnya kuat.
"Help me! please!" Cicit Bangchan pelan. Sangat pelan hingga Woojin tidak bisa mendengarnya.
.
.
.
.Berri mencakar-cakar pintu kamar mandi di iringi dengan eongan kencang. Tak lama Minho keluar dari sana bertelanjang dada dan hanya sebuah handuk yang menutupi bagian bawahnya.
Minho merapihkan rambut basahnya ke belakang. Pemuda Lee itu kemudian berjongkok sebentar untuk menggendong Berri.
Berri masih terus mengeong kencang, seakan panik dan berusaha memberi tau sesuatu. Minho tersenyum tipis dengan wajah tenang pemuda itu malah mengelus Berri.
Minho kemudian berjalan ke arah sofa, mengambil ponselnya yang tergeletak di sana. Minho menduduk diri di sofa dan mendudukkan Berri di pangkuannya.
Minho memainkan ponselnya. Mencari sebuah kontak dan menekan ikon hijau untuk menelphone. Pangilan langsung terjawab.
'Halo Hyung-ah! Tugasmu sudah selesai?' tanya orang di sebrang sana.
"Tentu, aku menyelesaikanya 2 hari yang lalu."
'lalu kenapa kau belum kembali?'
Minho menyeringai, "Hyunjin-ah, temui aku di Bar Mayai, aku ingin kau menjaga sesuatu sementara aku akan membawa anggota baru."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
[10]🌷Master And Kitten|[HoChan/Banginho]
Fanfiction"Menjauh dariku lee, jangan tatap aku. It's too dangerous for you." Seharusnya, minho. mendengarkan peringatan itu. "I love you, because i love cat." Andai saja, Bangchan. tidak lagi membuka hatinya. Apapun yang terjadi. Mereka akan tetap menjadi b...