[Part 5] Forgive and forget ~ Memaafkan dan melupakan

1.2K 190 37
                                    

Mempertahankan seseorang

Yang merasa terpaksa

Berada di samping kita

Adalah hal paling menyakitkan

---

"Menyesali apa yang telah berlalu, sama artinya kamu tak bisa mensyukuri nikmat kehidupan yang diberikan Tuhan. Penyesalan ayah yang terbesar, ayah hanya memperhatikan kebutuhan ragawimu, tapi kebutuhan batiniah seperti kebersamaan dalam keluarga, pembicaraan intens antara ayah dan anak, juga kebutuhan dalam pendekatan jiwamu kepada Tuhan, tidak ayah perhatikan. Karena itu, belajarlah dari suamimu tentang hal-hal yang perlu kau ketahui. Ayah berharap, kalian bisa memanfaatkan waktu dengan baik untuk belajar dari pengalaman kehidupan masing-masing. Jika ada kalanya kalian merasa dunia tidak adil, merasa menderita dan memulai langkah baru dari nol setelah selama ini kalian merasa susah payah meniti kehidupan, maka anggapkah kesempatan kedua itu sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan baik. Manfaatkan dengan baik dan teruslah berjalan, menoleh ke belakang hanya menghabiskan energi saja," Ari Martadinata menatap putrinya. "Terutama kau Vle, selama ini ayah merasa kehidupanmu terlalu banyak kau habiskan di dunia maya, jangkau imajinasimu terlalu luas dan kau terlalu banyak percaya kepada mimpi. Ada kalanya itu bagus, tetapi kau juga harus menyeimbangkannya dengan realita. Ini adalah dunia sebenarnya yang harus kamu hadapi Vle. Karena itu ayah belum akan mengembalikan ponselmu. Tak apa kau tidak mengetahui dunia yang selama ini kamu bangun di sosial mediamu menjadi seperti apa. Karena sekarang kamu harus memulai dunia baru ditemani Brahmya. Begitupun dengan kondisi keuanganmu, seluruh kartu ATM ayah sita dan kau harus bertahan hidup dengan caramu sendiri. Anggap saja ayah memberimu waktu tiga bulan, setelah itu mau kau ada perubahan atau tidak, kami, orangtuamu tetap menerima dirimu apa adanya. Kau bisa pulang ke rumah ini atau memulai hidup baru di tempat lain, akan ayah turuti."

"Kalau boleh Vle tahu, apa yang ayah harapkan? Jika Vle berhasil dan mandiri tanpa bantuan papa sepeserpun?"

Ari menggeleng. "Ayah dan ibu hanya berharap supaya kau menemukan kebahagiaanmu. Kau tahu, dulu sebelum ayahmu ini bertemu ibumu, ayah pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita yang ayah cintai. Begitulah seharusnya lelaki, mengejar cinta. Karena ibaratnya kami ini kumbang. Tetapi di saat terakhir..." Ari menatap Lilyana yang berdiri di sampingnya. "Ayah justru memilih wanita yang mencintai ayah tanpa syarat. Ibumu, ada di sisi ayah, saat ayah dalam keadaan bangkrut. Saat ayah hanya memiliki sebuah motor butut untuk berkendara kesana-kemari menyambung hidup. Kau lahir setelah ayah sukses Vle, begitupun Jo. Hanya Harvey yang memahami bagaimana dulu ayah jatuh bangun. Harvey merasakan saat kami memiliki kendaraan roda empat, tak punya kendaraan dan papa harus jual mobil untuk membeli lahan. Harvey merasakan jika dia menginginkan sesuatu maka harus bersabar sebelum mendapat apa yang diinginkan. Karena itu dia rajin menabung, tak seperti kau dan Jo yang selama ini dituruti apa kemauannya."

"Ayahmu benar, Vle. Semula ibu tidak setuju melepas anak gadis begitu saja di tangan orang asing..." Lilyana menatap Brahmya. "Tapi ibu percaya pada ayahmu dan juga Brahmya. Semoga Tuhan menuntun langkah kalian. Apapun yang kalian alami dan putuskan nanti, ibu harap sebuah kabar bahagia. Kalian meneruskan kehidupan kalian bersama dan mengabari jika keluarga ini mendapatkan seorang cucu..."

Vlechia mengerang, Brahmya menggeleng pelan dan Ari tertawa.

"Itu tidak mungkin, mereka tidak memiliki chemistry seperti itu. Aku menebak hubungan mereka seperti kakak dan adik pada akhirnya..."

Vlechia mengacungkan jempol menyetujui pendapat ayahnya.

"Brahmya bukan lelaki yang menarik...dia nyaris seperti preman pasar, ah tidak, bukan tipe Vle sama sekali..."

Lilyana menatap menantunya dan menepuk wajah Brahmya.

"Bagi ibu, menantu ibu memiliki wajah yang meneduhkan. Brahmya jangan tersinggung ya? Siapa tahu Vle tergelincir ucapannya sendiri dan mengalami apa yang ibu rasakan puluhan tahun silam. Tetapi, perjuangan itu ada hasilnya. Ketiga anak yang manis dan seorang suami yang baik..." Lilyana meraih jemari tangan suaminya.

the Art of LifeWhere stories live. Discover now