CHAPTER 04

84 20 1
                                    

— WAIT FOR ME —

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— WAIT FOR ME —






ㅤㅤㅤ"ANEH. Ini sudah berjalan kurang lebih seminggu sejak eksistensinya yang tiba-tiba lenyap dari apartemen Kakak yang bahkan tidak menyediakan akses semudah itu untuk orang lain masuk, dan nyatanya memang tidak ada petunjuk apa-apa yang bisa kita gunakan untuk mencari adikmu itu, Kak." Yoongi memandang sulit, mengerutkan kening. Sinar musim panas mengacau di luar jendela, cuaca kemarau mengetuk ruang studio di mana hawa sejuk dari air conditioner masih berhasrat mendinginkan sekitar. Pemuda itu kemudian menyambungkan hati-hati, "Tapi, kalau memikirkan tentang jejak yang ditinggalkan si penculik pada permukaan meja—mungkinkah?"

Agak tidak bisa masuk di akal. Mengerutkan kening dan menatap kurang paham, raut muka Seokjin tertentang dipenuhi luapan kebingungan. "Apa?"

Yoongi menghela napas. "Jangan-jangan ini merupakan sesi pembalasan dendam atas pembunuhan yang pernah kau lakukan pada waktu itu? Sedikit mustahil jika Jungkook tidak merasa murka ketika mengetahui adiknya yang tak kunjung pulang ke rumah, apalagi kalau dia sudah mengetahui jika gadis itu sebetulnya telah tiada. Jeon Jungkook tidak mungkin hanya akan diam saja terhadap hal ini, bukan?"

"Tapi—bagaimana mungkin?"

"Apanya?"

Seokjin memandang rumit. "Kalaupun iya Keluarga Jeon adalah pelakunya, tapi kenapa bisa dia menculik adikku dengan cara yang tidak ada masuk akalnya sama sekali seperti itu?"

"Ck. Memangnya apa, sih, yang tidak bisa dilakukan oleh keluarga itu?" Lawannya merenggangkan tubuh, melirik Seokjin sekilas. "Jeon Aileen dan keluarganya memang jauh dari kata masuk akal kalau kau belum tahu. Inilah alasan mengapa Taehyung berani membayarmu dengan harga segila itu untuk misi pembunuhannya, bukan? Jangan bilang kalau kau sama sekali belum memiliki ekspektasi tersendiri mengenai hal ini selepas menyetujui tugas sinting itu, Kak?"

"Sial." Ekspresi lelaki itu semakin terlihat pelik, seketika merasa frustrasi. "Jadi—Ayla barangkali sudah mati di tangan mereka?"

Yoongi ikut mengamati layar komputernya dengan tatapan sulit. "Mungkin bukan mati, sih .... " Pemuda itu arkian melipat kedua tangan, meneruskan, "Lebih tepatnya, jangan-jangan adikmu malah memperoleh siksaan yang mengerikan dari mereka? Lagian, bukankah sudah berulang kali kami peringatkan bahwa membiarkan adik tersayangmu tinggal bersamamu sama saja seperti kau tengah menantang maut dengan pekerjaan gilamu itu, Kak?"

Mendadak merasa ngeri, Seokjin menatap cemas. Kini dia sungguh tidak bisa melayangkan segenap alasan untuk membela dirinya sendiri. Manalagi teman-teman satu kelompoknya terlebih Yoongi dan Namjoon memang tidak sekali dua kali memperingatkannya untuk selalu berhati-hati dan bersiap akan keputusannya sendiri tentang membiarkan sang adik untuk tinggal dengannya selama ini. Bagaimana kalau mereka sungguh menyiksa Ayla dengan cara yang tak pernah Seokjin pikirkan? Bagaimana kalau barangkali adiknya sudah mati sejak kemarin-kemarin? Atau bagaimana kalau mereka kini justru sedang menunggu kehadirannya untuk menjemput Ayla di suatu tempat? Well, andaikan saja pertanyaan terakhir merupakan sebuah fakta—lantas apakah sama sekali tidak ada indikasi apa pun yang semestinya mereka berikan agar Seokjin bisa segera mengetahui di mana adiknya disandera sekarang? Dia ingin setidaknya memperoleh satu petunjuk tentang ini, sungguh tidak apa-apa meski cuma satu. Yah, hal itu jelas merupakan preferensi yang jauh lebih baik daripada disuruh untuk terus menunggu tanpa kejelasan seperti ini.

"Ini yang dinamakan risiko dari segala sesuatu yang telah kau lakukan selama ini, Kak." Yoongi menarik napas tak percaya, setengah menyalahkan. "Kita betul-betul tidak bisa melakukan apa pun sekarang. Karena akan jadi hal yang percuma saja jika kau berniat mencari adikmu itu sampai ke ujung dunia pun jika nyatanya tidak ada setidaknya satu informasi saja tentang di mana keberadaan adikmu sekarang. Oh, atau bahkan kalau kau telah mengetahui di mana kediaman Keluarga Jeon—coba mampir ke sana saja apabila rasa keberanianmu besar. Siapa tahu dengan hal itu, kau nantinya bisa mendeteksi setidaknya satu indikasi?"

Datang ke kandang musuh, ya?

"Eh, Kak—ponselmu berbunyi, tuh." Layar benda pipih berbentuk persegi panjang milik Seokjin yang diletakkan di atas meja sekonyong-konyong terlihat bercahaya. Yoongi kembali melanjutkan, "Tidak ada namanya. Tapi coba saja angkat, siapa tahu penting."

"Siapa, ya?" katanya. "Tidak biasanya aku ditelepon oleh nomor tak dikenal seperti ini."

Mengambil ponsel, buru-buru mengangkat panggilannya tanpa pikir panjang terlebih dahulu dan langsung melirik heran sekaligus kebingungan pada sepasang netra yang balas memandangnya datar, Seokjin bisa mendeteksi perasaannya yang mendadak terasa aneh saat teleponnya serta-merta dimatikan begitu saja oleh pihak sana setelah dia menerima panggilan tersebut. Apalagi coba ini? Tidak jelas sekali. Namun sebelum umpatan dibiarkan lolos begitu saja dari mulutnya lantaran telepon aneh yang sempat menghampirinya tadi, Seokjin lagi-lagi malah dikejutkan dengan hal lain ketika dia tiba-tiba memperoleh pesan dari orang asing yang kini menghiasi bagian notifikasi ponsel.

Pengirim: Tak dikenal

Ingin tahu di mana keberadaan adik tercintamu itu? Kalau iya, maka cepatlah datang ke tempat di mana kau membunuh adik tercintaku, Bro. Kutunggu kedatanganmu secepatnya atau dia akan kubuat mati dengan cara yang tak pernah kau duga sebelumnya. Yang jelas, aku pasti tidak akan menggunakan cara murahan sama seperti kau yang berhasil membunuh Aileen pada waktu itu, sih, haha. By the way, mata adikmu ternyata cantik sekali, ya? Ah, benar. Cantik sekali sampai kuingin meminjam matanya untuk sementara waktu. Itu merupakan ide yang bagus, 'kan? Haha. Sampai jumpa di sana, Pecundang.

Jungkook? Jeon Jungkook? Seokjin langsung menahan napas, merasakan perasaan risau serta ngeri perlahan menyebar ke seluruh peredaran darah dengan kecemasan yang masih terus memenuhi isi kepala. Sial, sial, sial. Berarti Ayla masih hidup, 'kan? []

Trapped in a Nightmare ㅡ K.sj ✓Where stories live. Discover now