Chapter 111

90 18 16
                                    

Bukan Firaun
Chapter 111

Akmal berjalan cepat ingin menghajar Hasani tapi langkahnya lama-lama menjadi pelan, hingga berhenti sama sekali di depan pintu pagar.

Hasani memang salah membawa gerombolan kriminal ke rumahnya, tapi dia sendiri juga menerima karena menginginkan uang mereka.

Dia sendiri punya andil.

Akmal berbelok dan naik ke atas rumah pohon. Dia istighfar lalu mengambil hape dan mengirim pesan.

"Borya, tell me what happened?" (Katakan ada apa?)

Borya ternyata membalas, "follow my lead, Yaro! We did it for the sake of your family." (Ikuti arahan gue! Kita melakukan ini demi kepentingan keluarga lo.)

"Okay, I'll trust you. But I need to talk with my wife!" balas Yaro. (Oke, gue percaya lo. Tapi gue perlu bicara dengan istri gue!)

"Dia lagi shalat."

"Habis shalat suruh dia hubungi gue!"

"Okay!"

Akmal menunggu karena kali ini dia tidak mau bergerak sebelum memahami masalah.

*

Mobil itu berhenti di gudang kosong yang sudah lama tidak beraktifitas. Tempat itu aman karena memang milik Daddy walau dibelinya dengan surat-surat palsu. Biasanya gudang tersebut dijadikan tempat menaruh barang-barang sebelum naik ke kapal. Terkadang manusia juga, yaitu anak-anak yang akan dikirim keluar negri. Pengadopsian anak-anak itu memang sebagian besar tidak dengan cara yang legal. Borya sendiri dikirim keluar negri diusia sepuluh tahun sebagai imigran gelap. Karena tidak punya green card, Borya dibawa balik ke Bali di usia dua puluh agar terhindar dari pengejaran ICE, institusi US yang menangani imigrasi.

Ketika mobil berhenti, Hala berkata tegas, "lepaskan Badran! Dia bisa mati jika terlalu lama di bagasi."

Katya dan Borya diam saja.

"Borya! Tolong buka bagasi dan lepaskan Badran!" perintah Hala.

Katya bergerak pelan dan berbisik, "kamu belum shalat bukannya? Apakah kamu tidak mau shalat?"

Hala tercengang.

"Di sebelah sana ada keran air kalau mau wudhu." Borya menunjuk satu titik.

"Oh iya, elo pasti perlu alas." Borya mengambil sesuatu dari kolong kursi dan menjulurkan ke Hala. Plastik lebar yang terlipat.

"Lepaskan Badran!" Hala tidak mempedulikan.

"Hala, dia akan membuat kamu dipenjara." Katya berkata lemah.

"Dia tidak akan mengadukan saya!" Hala bersikukuh.

"Anak itu memang tidak akan mengadukan lo! Tapi kesaksian dia kalau lo ada di TKP sudah bisa membuat lo dipenjara sebagai terdakwa. Untuk membuktikan kalau lo tidak bersalah, perlu waktu berbulan-bulan lamanya. Terkadang sebuah kasus besar bisa bertahun-tahun proses sidangnya. Apakah lo mau mengalami itu semua?" Borya menjelaskan pelan-pelan.

"Semua itu bisa dibicarakan! Yang penting, Badran harus dikeluarkan dari bagasi." Hala tidak peduli.

BRAK! Borya menggebrak setir.

"Stupid woman! Kita melakukan ini demi elo, demi Yaro juga. Bisa gak nurut?"

"Lalu Badran mau kalian apakan?" Hala bertanya tanpa peduli dengan bentakan Borya.

"I'm sorry." Borya meminta maaf.

"Maaf? Maaf untuk apa?" Hala tidak bodoh.

Borya diam saja, sedang Katya bengong memandang keluar jendela yang gelap.

Bukan FiraunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora