3

5.6K 462 8
                                    

Raquille Boutique. Salah satu butik ternama dan terkenal di Jakarta. Pelanggannya jelas-jelas kalangan atas karena harga yang dipasang benar-benar tinggi. Namun, itu sebanding dengan barang yang didapatkan. Tak mengecewakan.

Bianca pernah beberapa kali ke butik itu bersama ibunya untuk membeli dress formal. Namun, karena jarang mengikuti pertemuan para orangtua, Bianca pun jadi jarang ke butik itu. Belanja pakaiannya sehari-hari di mall saja. Sembari jalan-jalan dan main dengan teman-temannya.

Hari ini, Bianca kembali menginjakkan kaki di butik mewah tersebut. Tentu saja karena dia harus menemui Reza di sana. Dan Bianca datang ke butik tersebut memakai baju semalam. Dia tak punya waktu untuk pulang ke apartemennya lebih dulu. Lagi pula, yang akan dia temui hanya Reza saja. Tak dengan orangtuanya. Tak masalah dia memakai baju minim tersebut.

Setelah masuk dan mencari-cari sosok yang memerintahnya untuk datang ke sana, akhirnya Bianca pun menemukan orang tersebut yang sedang duduk di sebuah meja bundar, di sudut butik. Pria yang merupakan calon tunangannya tersebut sedang duduk sambil melihat-lihat majalah.

Tanpa berkata apapun, Bianca langsung duduk di hadapan Reza. Gerakannya yang cukup kasar menarik perhatian Reza. Sebelah alis Reza terangkat melihat penampilan Bianca yang sangat berbeda dengan kemarin. Belum lagi dengan wajah kesal yang ditampilkan.

"Mau apa sih nyuruh aku ke sini? Aku sibuk tahu," seru Bianca kesal. Memperlihatkan rasa tak sukanya secara terang-terangan. Reza mengabaikan dan kembali melihat majalah di tangannya. Membuat Bianca geram sendiri.

"Aku dan orangtuamu sudah berdiskusi tadi. Kita akan bertunangan satu minggu lagi. Untuk masalah tempat dan acara, aku yang mengatur. Kamu hanya perlu memilih gaun yang akan dipakai di acara pertunangan kita nanti." Reza berbicara, menjelaskan sekaligus memberitahukan informasi yang sangat mendadak tersebut. Dan Bianca rasanya akan jantungan saat tahu kalau dia dan Reza akan bertunangan seminggu lagi. Itu terlalu cepat baginya!

"Satu minggu? Kenapa harus buru-buru sih?" tanya Bianca tak habis pikir. Reza menutup majalah di tangannya lalu menyimpannya di atas meja. Menatap Bianca dengan tatapan datar tanpa ekspresi. Dan Bianca ingin sekali mencolok mata Reza dengan pulpen di sana. Namun, Bianca sadar kalau dia bukanlah seorang psikopat.

"Kamu tak akan mengerti masalah bisnis. Ikuti saja permainannya," balas Reza santai. Matanya kemudian memberikan isyarat pada Bianca untuk melihat majalah yang barusan dia pegang. Dengan gerakan kesal, Bianca pun meraih majalah itu dan mulai membukanya.

"Gaun, sepatu, dan cincin ada semuanya di sana. Kamu tinggal memilih mana yang kamu inginkan untuk acara tunangan nanti," ujar Reza. Bianca tak membalas, dan mulai melihat-lihat. Gaun-gaun yang ada dalam majalah itu bagus-bagus juga. Dan entah kenapa, pikiran licik dan jahat tiba-tiba masuk ke dalam pikiran Bianca. Tanpa melihat satu persatu, Bianca langsung memilih sebuah gaun dengan harga yang sangat mahal. Bukan hanya gaunnya saja, tapi juga sepatu dan cincinnya. Dia ingin rasanya mengerjai Reza. Anggap saja sebagai balas dendam karena Reza sudah mengganggu waktu tidurnya. Ah, Bianca sampai lupa pada Devan. Dia pergi tanpa pamit terlebih dulu pada kekasihnya itu.

"Kau pikir aku tak sanggup membayarnya heh?" tanya Reza dengan senyuman mengejek. Mata Bianca memicing tak suka melihatnya.

"Boleh-boleh saja. Tapi, menurutku itu tak cocok denganmu. Gaunnya terlalu mewah untuk kamu pakai," lanjut Reza. Mata Bianca melotot dan dia langsung menggebrak meja dengan kuat. Telunjuknya mengacung ke arah wajah Reza.

"Tutup mulut sialanmu itu, Reza. Aku bahkan tak pernah sudi menerima perjodohan ini," desis Bianca marah. Reza tak bereaksi lebih, hanya menyeringai kecil. Tak bicara lagi, dia pun langsung melenggang pergi dari sana meninggalkan Bianca. Rupanya, Reza menemui pemilik butik. Dia pun memesan gaun, sepatu, dan cincin yang diinginkan Bianca. Dan mendengar itu Bianca malah tambah kesal. Harusnya Reza menampakkan wajah keberatan atas permintaannya.

"Aku ingin pesanannya selesai minggu depan. Jangan sampai terlambat," titah Reza. Dia melirik Bianca yang berdiri beberapa meter di belakangnya. Kemudian melenggang pergi meninggalkan butik.

Bianca menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Berusaha menenangkan diri, meredam emosi yang dipancing oleh Reza. Dia tak mau harinya rusak karena Reza. Jadi, sebaiknya dia segera pergi menghindari Reza sebelum gila. Lagi pula, urusannya dengan pria menyebalkan itu sudah selesai. Selesai.

***

Menerima perjodohan dengan Bianca memang hanya demi keuntungan bisnis bagi Reza. Tak lebih dari itu. Usianya yang sudah mencapai kepala tiga jelas merasa tak tertarik pada Bianca yang usianya jauh dibawahnya. Baginya, Bianca itu masih anak-anak.

Tak ada paksaan bagi Reza untuk menerima perjodohan itu, berbeda dengan Bianca yang memang mendapatkan tekanan dari orangtuanya. Reza melakukan dan memutuskan apapun atas kehendaknya sendiri. Karena dia memang sudah tak punya orangtua.

Sekarang, Reza sudah berada di ruangan kerjanya lagi di kantor. Menghadapi tumpukan dokumen yang meminta perhatian darinya. Namun, perhatian Reza teralihkan pada sekretarisnya.

Viona, wanita berusia 28 tahun yang sudah bertahun-tahun bekerja menjadi sekretaris Reza. Berharap suatu hari nanti Reza melegalkan hubungan mereka. Mengumumkan secara resmi.

Namun, rasanya itu semua semakin mustahil saat Viona tahu Reza akan bertunangan dengan perempuan lain.  Kecewa jelas Viona rasakan. Namun, Viona pun tetap optimis kalau dia bisa mendapatkan Reza. Karena dia lah yang selama ini selalu ada untuk pria itu.

Seperti sekarang, Viona sudah duduk di atas pangkuan Reza, dengan dua kancing kemejanya yang terbuka. Mengganggu Reza bekerja sebenarnya. Namun, Reza pun tak merasa keberatan.

Sama seperti Bianca, Reza pun tak awam lagi dengan seks. Dan Viona adalah wanita yang sering dia jadikan sebagai pelampiasan nafsu. Hubungan mereka tak pernah jelas memang. Hanya sebagai bos dan sekretaris. Tapi, sudah puluhan kali tubuh bergumul, menyatu untuk mengejar kenikmatan dunia bersama.

"Kamu yakin akan bertunangan dengan perempuan itu? Kamu bahkan tak mengenalnya sama sekali," ujar Viona. Jari lentiknya bergerak membuka satu persatu kancing kemeja Reza. Tak lupa, melepaskan dasinya juga.

"Tak masalah. Ini hanya untuk bisnis," balas Reza. Bibirnya langsung menyerbu leher Viona, memberikan kecupan-kecupan basah di sana. Viona mendesah, menikmati sentuhan bibir Reza. Dan desahannya semakin kencang kala jari-jari Reza sudah masuk ke dalam rok span miliknya. Viona menatap Reza dengan tatapan sayu yang menggoda. Bibirnya dia gigit sensual, membuat Reza mengerang tak tahan akan nafsunya sendiri.

"Ah, Reza," desah Viona sengaja menggoda Reza. Tanpa aba-aba, Reza langsung mendudukkan Viona di atas meja kerjanya. Menarik rok span Viona ke atas lalu merobek g-string nya. Dan dalam sekali hentakan, Reza membenamkan miliknya ke tubuh Viona.

Ya, Reza memang pria yang kasar dan brutal. Viona sering merasakan kesakitan saat Reza menyetubuhinya. Namun, hal itu tak pernah membuat Viona kapok. Karena Viona, juga menyukainya.

_______________________________________

Hai hai...
Double up nih...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...

Btw, maaf untuk kata-kata vulgarnya. Anak kecil menyingkir ya😉

Fiance Où les histoires vivent. Découvrez maintenant