-Prolog-

522 22 1
                                    

Tak terasa kota jakarta telah diguyuri hujan lebat saat sore hari menuju malam.

Kira-kira pukul 16.45 WIB.

Seorang perempuan dan gerobak roti nya berteduh di warung kopi sebentar untuk menghindari hujan lebat diluar.

Bersamaan dengan itu, perempuan tersebut mengatakan "alhamdullilah, roti dagangan ku habis."

Lalu ia memesan kopi panas dengan pemilik warung yang bertulis kan 'Warung kopi babe'

"Siap neng, tunggu sebentar ya." Ujar pemilik warung tersebut dengan ramah.

Lalu dibalas anggukan oleh Vinka putri isabella, penjual roti keliling.

Hasil uang dagangan itu sebagian dia sisihkan untuk diberikan kepada anak panti asuhan.

"Biar berkah." Ucap nya pelan.

Seusai hujan reda, vinka langsung bergegas pulang menuju rumah kecil nya.

Tak lupa ia berpamitan dulu kepada sang pemilik warung tersebut.

"Saya pamit pulang ya kang."

"Iya neng, hati-hati."

......

"Assalamualaikum bun, yah." Sahut vinka sambil mengetuk pintu rumah nya.

"Wa'alaikumssalam." Seorang perempuan paruh baya langsung membuka kan pintu nya dengan senang hati.

Lalu kedua nya masuk ke dalam rumah kecil bernuansa coklat dan putih sehingga nyaman saat dipandang.

Di ruang tamu sudah ada indra, ayah vinka yang lagi menyeruput teh hangat.

"Eh vinka sudah pulang ya? Gimana tadi jualan nya." Ucap indra tersenyum.

"Alhamdullilah yah, bun, dagangan roti vinka udah habis. ludes semua." Balas vinka tak kalah antusias.

"Oh ya? Alhamdullilah kalo gitu." Ujar indra dan ratna, ibu vinka.

"Mila mana bun?."

Sedari tadi vinka tidak melihat keberadaan adik kecil nya yang bernama kamila, padahal dia yang selalu menyambut vinka jika sudah pulang dari berjualan nya.

"Lagi tidur tuh dikamar, kecapean abis main sama varo." Jawab ratna.

Varo adalah anak tetangga sebelah mereka yang sama seumuran dengan kamila.

"Ohh yaudah vinka mau mandi dulu ya bun." Ucap vinka sembari mengambil handuk mandi.

"Iya, jangan lupa shalat maghrib."

"Siapp."

......

Brakk

Terdengar suara pintu di banting dengan keras menandakan sang pemilik ruangan sudah marah.

"Kevin! Dengarin daddy dulu! Kamu harus konser besok!!." Ujar pria paruh baya yang mirip orang belanda tersebut.

"Gak! Aku capek!." Balas Kevin Alatas.

"Please! Listen to me!."

Akhirnya pintu tersebut terbuka secara perlahan.

Dengan langkah tegas, pria paruh baya itu langsung masuk ke dalam ruangan kevin.

"kevin, please come to that concert, just once."  Ucap gerald, ayah kevin.

Alis kevin bertaut menandakan ia ragu akan keputusan ayah nya.

"Oke, aku akan datang besok. Tapi daddy harus janji, aku mau istirahat setelah itu." Balas Kevin enggan.

"Thank you my son."

......

"Jadi kamu besok mau pergi?." Ucap indra kepada anak nya, vinka.

"Iya yah, konser nya malem kok." Balas vinka kikuk.

"Sama siapa?." Sekarang gantian ibu nya yang bertanya.

"Eumm, sama sekar aja kok bun."

"Tiket nya..." Kata indra pelan.

"Masalah tiket udah aku siapin yah, kemarin aku nabung dan alhamdulilah udah cukup." Balas vinka mantap.

"Yaudah gapapa, tapi pulang nya jangan malem²."

Vinka menatap ayah dan bunda nya bergantian dengan mata berbinar. "Beneran yah, bun? Yeiyyy."

"Haha, iya sayang." Jawab ratna sambil tersenyum simpul.

Lalu vinka memeluk keduanya secara bergantian.

Keluarga yang begitu harmonis.

                                         •••

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang