Prolog

11 3 0
                                    

"Dan biasanya malam minggu gini banyak orang di Alun-alun, nanti malam kita kesana ya?"ajak gadis yang kini tengah memakai sepatu sebelah kiri, dirinya mendongkak menunggu respon orang yang di ajaknya bicara.

Sedangkan orang yang diajaknya bicara hanya terdiam memperhatikan gerak tangan gadis berhijab coklat tua itu.

"Ihhh Dan, Ai ngajak ke alun-alun! Jawab ke!" gadis itu, Ai mendengus dengan kencang. Ia berdiri mensejajarkan tinggi badannya dengan Dan, walau masih terbilang jauh karna tinggi badannya hanya sekitar 150 cm berbeda dengan Dan yang memiliki tinggi badan 175 cm. Matanya menyipit, menatap tajam Dan.

"Apa?"tanya Dan.

"Akhirnya keluar juga itu suara!"seru Ai, dirinya melangkah terlebih dahulu. Namun ia tak merasakan seseorang yang mengikutinya.

"Dan?"

"Ini mukena kamu ketinggalan."

Ai menerbitkan senyumnya, ia sungguh tak bisa berlama-lama marah kepada sahabat sejak kecilnya ini. Walau tadi ia kesal karna ajakannya tidak mendapatkan respon, tapi sahabatnya ini, Dan. Selalu saja melakukan yang terbaik untuknya, contohnya sekarang, bilasaja Dan secuek yang dibayangkannya mungkin Dan akan masabodo dengan mukenanya yang tertinggal di teras masjid tadi.

"Dan?"

"Hmm"

"Ai bakal pergi---"

Pria dengan seragam pramuka itu langsung menoleh kearah Ai, menatapnya kaget.

"Selama tiga tahun, Dan tunggu Ai disini ya?"ujar Ai merunduk.

"Kenapa tiba-tiba?"tanya Dan terburu-buru.

Ai kian merunduk, ia sungguh tidak bisa membagi masalah yang satu ini kepada sahabatnya seperti masalah-masalahnya yang lain.

"Kenapa Ai?"tanya Dan lagi.

"Ai?"

"Maaf Dan, Ai bingung harus cerita gimana."

"Baiklah."Dan merunduk.

"Dan, Ai mohon tunggu Ai disini ya?"ujar Ai air matanya bahkan kini telah mengalir, dan itu menjadi derita bagi Dan karna semenjak gadis yang di kenalnya ini memakai penutup aurat, dirinya selalu menahan kontak fisik di antara mereka, karna Dan paham Ai ingin berbah menjadi lebih baik dan mungkin keputusannya sekarang adalah untuk merubah diri Ai menjadi lebih baik. Tapi kenapa harus meninggalkan dirinya? Kenapa? Perasaan yang sungguh sangat membuat dirinya sakit.

"Baiklah Ai."putus Dan.

Di depan sebuah bangunan suci, kedua remaja itu mengucap obrolan yang akan menjadi saksi perjalanan mereka.

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang