24. Pillow Talk

12.3K 1.1K 61
                                    

"Pa, Raja mau ketemu Kak Nesta."

Nah, loh! Akhirnya yang ditakuti, terjadi juga. Raja tanya soal Nesta. Kira-kira jawaban yang pas untuk anak sekecil dia apa, ya?

Lagi pula, apa bagusnya, sih berteman dengan Nesta. Heran Viano, Raja dari kemarin sejak pertama kali bertemu dengan gadis sableng satu itu seperti tidak bisa melupakan dia. Hampir setiap hari Raja tanyakan kabar dan juga kapan mereka bisa bertemu lagi.

"Jangan tanya-tanya Kak Nesta dulu. Raja itu masih kecil, harusnya lebih fokus untuk belajar atau lebih baik banyak berteman dengan anak-anak seusia Raja.

Sebagaimana anak kecil yang sudah bisa berpikir, Raja tidak akan langsung iyakan kata-kata Viano.

" Tapi, 'kan, setiap hari juga Raja sudah belajar, Pa. Terus kalau siang kadang-kadang main sama Davin. Kata Papa kemarin gara-gara Raja sering tanya soal mama, harus kurang-kurangin main sama Davin."

Aduh, iya juga. Memang benar sih, kemarin kemarin Viano sempat meminta Raja untuk tidak terlalu sering main sama Davin. Habisnya bagaimana, ya? Setiap hari bocah satu itu menceritakan soal mamanya dan itu membuat Raja selalu bertanya di mana mamanya.

Raja mengangkat mata, seperti berpikir. "Papa itu maunya gimana?
"Apa Raja nggak boleh berteman dengan semua orang?"

"Bukan begitu."

"Jadi maksudnya Papa gimana?"

Viano harus berpikir keras. Tidak mungkin juga kalau dia bilang Nesta sudah berhenti dari kantor, nanti bisa makin banyak tanya Raja. Gitu-gitu, 'kan bakat kritisnya Viano menurun ke Raja.

Lagi pula kalau sampai dia tahu soal penyebab Nesta berhenti, bisa-bisa Raja ikutan menyalahkan Viano. Tidak mau, dong, image sebagai bapak yang wibawa dan selalu berkarisma di mata anak, rusak.

Serius tadinya Viano kira Nesta cuma main-main. Padahal sudah coba diperingatkan soal gaji yang mungkin lebih kecil dari kantornya. Namun, setelah satu minggu dia masih betah di toko tersebut, fix dia benar-benar resign.

Yakin gajinya pasti kecil. Kalau begitu, sih, mungkin buat makan dia saja sudah ngepres. Boro-boro mikirin bayar utang denda ke kantor.

Viano merebahkan diri di tempat tidur Raja, cari-cari alasan supaya anaknya tidak terus menanyakan Nesta. Baru mandi, rambutnya masih agak basah, bantal Raja jadi sedikit lembap.

"Papa tidur sini, ya?" Viano kini menempel di kakinya Raja.

Masih asyik main game, Raja cuma melirik sekilas. Tumben, papanya mau tidur dengannya. Biasanya, dia selalu sibuk sambil bilang. Raja harus mandiri.

"Papa pasti lagi buat salah."

Viano duduk dengan cepat, menyanggah pendapat Raja. Like father like son, sama-sama suka betul ngomong.

"Kata siapa? Papa nggak buat salah sama sekali." Sebagai bapak yang cerdas untuk Viano harus cepat-cepat cari alasan biar tidak kehilangan wibawa di depan anaknya.

Raja meletakkan gawainya, menatap sang Papa dengan tatapan penuh selidik.

"Yang bener Papa nggak buat salah?"

Arrogant vs Crazy Where stories live. Discover now