→ tanpa sadar menyakitinya

238 27 0
                                    

Seluruh pelayan yang ada di rumah Namjoon kaget saat lelaki itu datang dengan menyeret Seokjin ke dalam rumah. Tidak ada yang mendekati Namjoon atau mencoba menasehati Namjoon karena mereka masih sayang dengan nyawa dan juga pekerjaan. Mereka hanya menonton Seokjin yang terus diseret menaiki tangga dan berakhir masuk ke kamar Namjoon, tidak bisa berbuat apa pun meski tatapan Seokjin memohon untuk dibantu.

Bahkan sekretaris Min saja tampak tidak peduli dan dengan mudahnya membubarkan massa, menyuruh untuk kembali bekerja seperti biasa.

"Masuk!" suara teriakan itu membuat sekretaris Min mendongak ke lantai atas, lalu menghela napas.

Sikap Namjoon seperti orang yang tengah jatuh cinta dan posesif melihat orang yang dicintainya didekati oleh orang lain. Mungkin nenek Namjoon akan senang dengan perkembangan cucunya seperti yang diharapkannya.

Sementara itu, di dalam kamar Namjoon, ia mendorong tubuh Seokjin hingga terjatuh di ranjangnya. Seokjin tidak melakukan apapun, tidak mengeluarkan suara dan seolah membiarkan Namjoon untuk melukainya.

"Dengar Seokjin, kau tidak boleh keluar dari rumah ini atau bertemu dengan Taehyung," Namjoon menatap marah Seokjin yang masih memilih diam, "kau membuatku muak."

"Namjoon-ssi, kami hanya kehujanan."

"Diam!" bentak Namjoon dan mengamati Seokjin yang mendudukkan dirinya di tepi ranjang, kemudian berdiri di dekat Namjoon. Kemudian lelaki itu berhadap-hadapan dengan Namjoon. "Kau bilang tidak memiliki kekasih, tapi apa yang aku lihat dirimu dengan Taehyung? Kau bahkan membuatku menghitung berapa banyak kekasihku di luar sana untuk kucampakkan demi dirimu."

"Tapi Taehyung memang bukan kekasihku, Namjoon-ssi."

"Lalu kalian apa?" tanya Namjoon yang membuat Seokjin terdiam. "Hubungan kalian terlihat lebih daripada seorang kakak kepada adik. Apa kau mau bilang kalau kalian terlibat cinta satu pihak, hah?"

"Kenyataanya memang seperti itu, Namjoon-ssi. Dia tidak mencintaku, tapi aku mencintainya."

Namjoon memejamkan matanya, kemudian dia mendongakkan kepalanya dan mengambil napas panjang. Kedua tangannya berkaca pinggang dan saat membuka matanya, ia memilih menatap Seokjin yang tengah menatapnya dengan kesedihan yang tidak bisa dimengertinya. Jika ada seseorang yang terluka, seharusnya sekarang adalah Namjoon karena merasa dikhianati, bukan lelaki itu.

"Kau harus tahu, Seokjin, kondisimu dan lelaki sialan itu membuat kepalaku ingin pecah."

"Mianhaeyo."

"Mungkin lebih baik aku meminta halmoni-ku membatalkan semua ini agar kau bisa bersama dengan lelaki itu, Seokjin."

"Tidak bisa!" teriakan spontan Seokjin membuat Namjoon tidak menyangka jika lelaki itu bisa juga berteriak seperti itu. Seokjin menarik-narik lengan kanan Namjoon. "Tidak bisa! Keluargaku membutuhkan saham itu. Kumohon Namjoon-ssi, kita harus menikah."

Namjoon menyukai sensasi saat orang-orang mengemis kepadanya. Membuatnya lebih superior dari orang-orang tersebut. Bahkan saat ini, Seokjin masuk ke dalam kriterianya dan sensasi itu tetap ada, seolah hanya Namjoon yang bisa membantunya.

"Jika aku tidak mau, Seokjin?"

"Namjoon-ssi...," Seokjin tampak panik dan ketakutan jika Namjoon benar-benar melaksanakan pertanyaanya barusan, "Kumohon, Namjoon-ssi."

Namjoon mengibaskan tangannya, membuat Seokjin mundur dua langkah. Rambut Seokjin tadi sedikit basah, kini sudah mengering seluruhnya, meski tampak tidak teratur. Membuat Namjoon ingin melarikan jarinya di rambut Seokjin dan membuat rambut itu semakin berantakan. Lalu Namjoon mendekati Seokjin, memegang rahang lelaki itu dan menatapnya. Seokjin tidak mengatakan apa pun, tapi dari tatapannya yang takut sudah lebih dari cukup.

"Seumur hidupmu, apakah kau ingin melakukan perjanjian itu? Risikonya, kau akan dalam masalah seperti ibumu," ada jeda yang Namjoon sengaja ambil untuk melihat ekspresi Seokjin berubah dan dia memang melakukannya, "suamimu yang memiliki banyak pacar dan simpanan. Kau tidak masalah?"

Seokjin tidak mengatakan apa pun, karena ingatannya memutar kejadian-kejadian yang berhubungan dengan orang tuanya. Melihat ibunya yang menangis, sementara ayahnya bersenang-senang dengan jalang yang dipesannya untuk satu malam.

"Namjoon-ssi."

"Mungkin ibumu pernah berada di posisi ini. Dia memiliki seorang kekasih, tetapi dia juga membutuhkan uang ayahmu. Aku tidak mau menjadi seperti ayahmu, ditipu oleh pasangannya dan uangnya dikuras habis, sampai menjual anaknya kepadaku."

"Hentikan, Namjoon-ssi!"

Namjoon tidak mengatakan apa pun dan mendorong Seokjin menjauh darinya. Ia pergi, ingin ke mana pun asalkan malam ini tidak melihat Seokjin. Karena meski ia menyukai sensasi menjadi orang yang berkuasa, nyatanya Namjoon membenci fakta penyebab Seokjin bersedih adalah dirinya sendiri.

Katastrofe | Namjin [✓]Where stories live. Discover now