1. Bandung

2.8K 119 35
                                    

"Mir. Kita cari tempat makan dulu lah"

Mendengar panggilan itu Mira langsung melirik ke arah suara lewat pantulan spion.

"Dih, bangun-bangun minta makan"

"Hehe, laper gue. Ini dah sampe Bandung kan?"

"Udah, Dey. Emang mau makan apa?" Tanya Mira.

"Yang simpel aja. KFC"

"Oke"

Waktu menunjukkan pukul 12 siang, dan mobil yang dikendarai Mira pun sudah sampai di kota Bandung beberapa menit lalu. Sesuai dengan apa yang Dey minta, kini mobil itu sudah memasuki kawasan parkir kedai ayam goreng ternama favorit keluarga indonesia.

"Je, bangun. Makan dulu" Panggil Mira sambil menggoyangkan tubuh Jesslyn yang tengah tertidur itu.

"Hmmm.. Dah dimana Mir?"

"Bandung. Ini Dey minta makan dulu. Yuk turun"

"Astaga. Aku ketiduran ya? Maaf ya, Mir"

"Iya, gapapa. Gih turun" Ucap Mira begitu lembut.

Jesslyn senang akan perlakuan Mira itu, tapi sekaligus menaruh curiga. Pasalnya dalam mode normal, Mira setidaknya akan sedikit lebih bawel ataupun misuh dengan Jesslyn yang tertidur. Perlu digarisbawahi, Mira sangat tidak suka jika Jesslyn tertidur ketika ia tengah menyetir untuk mengantar teman-temannya. Entah kenapa, kini perlahan perasaan takut muncul di benak Jesslyn.

Dey pun membangunkan Febi dan Vivi. Vivi sebenarnya sama sekali tak tertidur selama perjalanan. Vivi berusaha ada di dunia sendiri saat itu,  dengan berpura-pura mendengarkan lagu dan memejamkan mata.

"Buru turun, gue kebelet nih" Ucap Vivi pada Dey dan Febi.

Suara Vivi itu menarik perhatian Jesslyn dan Mira yang langsung melirik ke arah Vivi. Dan tanpa Mira sadari Jesslyn melihat tatapan Mira pada sahabatnya itu. Tatapan yang berbeda dari biasanya, tatapan yang tentunya tak bisa Jesslyn artikan sepenuhnya. Namun jelas terlihat, tatapan itu berisi harapan akan sesuatu dari Mira pada Vivi.

Deg....

"Kok liat Mira yang natap Vivi kayak gitu dada gue sakit ya?" Batin Jesslyn yang tanpa sadar memegang dadanya sendiri.

Kini kelimanya sudah turun dari mobil, ketika Febi, Dey, dan Jesslyn sibuk mengantri Mira memilih mencari tempat sekaligus mengistirahatkan tubuhnya.

Vivi baru saja keluar dari toilet, melihat Mira yang tengah sendiri itu ia langsung menghampirinya. Duduk tepat di kursi depan Mira.

"Banyak kursi kosong dan kenapa lo harus duduk di depan gue" Ketus Mira.

"Mir, segitu bencinya lo ama gue?" Jawab Vivi.

"Kita mesti jaga jarak, Vi"

"Jaga jarak, Mir. Bukan musuhan. Kalo kayak gini kesannya lo musuhin gue tau ga?" Kali ini Vivi berbicara dengan nada kesalnya.

Mira menghela nafasnya, ia akui ia salah.

"Jadi mau lo gimana? Gue cuma gamau lo salah paham lagi"

"Ga, Mir. Mana mungkin gue salah paham lagi setelah terang-terangan lo nolak gue. Gue takut kalo kehilangan sahabat kayak lo"

"Kalo dari awalnya lo takut kehilangan gue, terus kenapa lo biarin rasa itu tumbuh, Vi"

"Mir, gue..."

"Selesain dulu urusan lo ama Chika, setelah itu baru bahas ini dengan kepala dingin"

Tanpa sepengetahuan keduanya, Dey mendengar percakapan mereka. Dey makin curiga bahwa Vivi benar-benar menjalin hubungan dengan Mira. Dan perkataan Vivi soal dirinya yang tak memacari salah satu sahabatnya itu hanyalah bualan semata.

Shall We Hold Hands and Go Home?Where stories live. Discover now