Bab 7

976 222 39
                                    

"Kamu keberatan? Takut flashback?"

Butuh beberapa saat untuk gadis itu mengendalikan dirinya dengan baik. Rupanya Melodi telah salah, berpikir Satria akan selalu bersikap profesional dengannya. Mood Satria juga kelihatan sedang tidak baik saat ini. Sayangnya dia masih membutuhkan pekerjaannya jadi Melodi harus menahan diri.

"Bapak nggak bisa seenaknya meminta saya lembur," tegas gadis itu. 

Kenapa juga harus dia -seorang pegawai baru- yang membantunya?

Satria menatapnya tanpa mengatakan apa pun. Benar, Melodi tahu mood pria itu lagi di mode senggol tebas sekarang. 

"Pokoknya saya menolak."

"Kamu ada urusan pribadi setelah ini? Bukannya nggak punya pacar?"

Kenapa kalau dia punya pacar, dan kenapa kalau tidak???

"Aku sudah menghubungi Tante Kiran dan beliau mengizinkan."

Aku?

Tunggu. Bos barunya itu sampai menghubungi mamanya segala?

"Saya salah menilai Bapak, dan sepertinya berkekspektasi terlalu tinggi sebelumnya. Haruskah kita membuat hubungan ini menjadi lebih clear? Bapak bos saya, tidak lebih dan tidak kurang. Saya harap Bapak tidak bersikap melewati batas."

"Mungkin kamu yang membuat ini menjadi lebih rumit. Saya mengajak kamu lembur untuk membantu pekerjaan saya. Itu wajar."

"Berhenti menghubungi keluarga saya."

"Mereka menghubungi saya duluan."

Satria sialan.

Maki-maki orang dalam hati dosa nggak sih?

"Saya mau pesan makan sekarang. Ada yang kamu mau?" tanya Satria dengan senyum kemenangan.

Melodi mengambil tempat di samping pria itu, menjaga jarak sejauh yang ia bisa.

"Apa yang harus saya kerjakan?" ucap Melodi alih-alih menjawab.

Selesaikan saja dengan cepat. Kalimat itu seperti telah menjadi moto hidupnya belakangan ini. Entah kapan Melodi akan mulai menyukai pekerjaannya. Lagipula semua orang bekerja bukan hanya karena suka, kan, tapi karena butuh?

"Nasi goreng aja kalau gitu," putus Satria.

"Saya sedang diet."

"Kamu? Kenapa?"

"Kenapa Bapak nanya? Itu urusan pribadi saya."

Satria menarik napas tampak mengendalikan kesabarannya. 

"Oke. Apa?" ucap Satria lagi.

"Nasi padang-"

"Itu lebih berat dong, Neng Melodi!!!"

"Aku belum selesai ngomong." Melodi mengulum bibirnya setelah menyadari kesalahannya. Satria menatapnya dengan satu alis terangkat.

"Maksud saya... nasi padang di seberang. Tolong pesankan ayam bakar nggak pakai nasi."

"Kamu serius lagi diet? Biar apa? Orang udah kurus banget gitu!"

Melodi berdiri. Satria sontak mencekal tangannya kemudian melepaskannya lagi. Wajah gadis itu membuatnya sedikit ngeri yang langsung ditepisnya kuat-kuat.

Dia bosnya di sini, tegasnya dalam hati. Satria mengambil ponsel yang berada di samping laptop, mulai membuka aplikasi.

"Saya pesan sekarang. Duduk. Saya nggak tanya-tanya lagi."

Melody in Pandemic (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now