Chapter 9

10.5K 1.7K 315
                                    

Draco POV

Aku memandang piring makan malamku tidak berselera. Aku masih tidak bisa melupakan siang tadi, sangat sangat memalukan. Bagaimana bisa seorang guru melakukan itu padaku? Aku diubahnya menjadi musang! Musang! Dihadapan seluruh sekolah pula!

"Dray, tidak usah bermuka masam begitu." Pansy meminum jus labunya.

"Yeah, mate. Lihat sisi baiknya, kau jadi dipeluk dan ditimang Y/N." Blaise berkomentar, Theo mendengus tertawa.

"Aw, dia membelamu sampai melawan guru, Dray." Daphne ikut berkomentar.

"Tampaknya dia lebih menyukaimu dalam bentuk ferret, mate." tambah Theo.

Tawa mereka langsung pecah, Pansy sampai mendengus ke dalam gelasnya kegelian. Aku hanya memutar bola mataku, membuat tawa mereka tambah bahak. Dasar teman teman laknat. Mataku melirik ke arah meja Gryffindor dimana Y/N duduk bersama tiga temannya, dia tertawa karena sesuatu bodoh yang dibisikkan Potter padanya. Tidak sekalipun tertarik dengan tawa teman temanku yang sangat heboh.

"Kalian menyebalkan. Aku pulang duluan." aku beranjak dari tempatku diiringi tawa mereka yang terdengar menyebalkan di telingaku.

Meski aku bilang pulang, aku tidak berjalan menuju bawah tanah dimana asramaku berada, malahan aku naik ke menara astronomi. Aku suka menara astronomi. Kadang kalau orang orang sedang bertingkah menyebalkan, aku suka naik kesana melihat bintang, bahkan beberapa kali mempertimbangkan untuk mendorong orang dari atas sana. Bercanda. Aku mungkin jahat -seperti yang dibilang Y/N- tapi cuma sedikit, aku tidak ingin menyakiti orang lain.

Tahun lalu saat Y/N mengubahku jadi boggart-nya, aku sangat kaget karena Y/N tidak terlihat takut padaku. Tahu tahu aku melihat aku yang lain melontarkan kata kata pedas pada Y/N yang gemetaran. Dia terlihat marah saat berlari keluar kelas. Jujur aku mencarinya ke danau dan membawakan tas-nya pulang saat itu karena aku ingat seminggu sebelumnya dia menjengukku di bangsal rumah sakit, aku merasa berhutang. Kukira interaksi kami akan berhenti setelah itu.

Sampai akhirnya kami mengobrol di kereta. Dia sangat menyenangkan. Setiap dia membicarakan hal yang ia suka matanya akan bersinar dan nada bicaranya berubah cepat dan riang. Dia juga jauh lebih pandai dari anak tiga belas tahun yang pernah aku temui, membuat aku betah mengobrol dengannya. Berbulan bulan aku menolak percaya bahwa aku mau berteman dengannya. Pesonanya terlalu kuat, aku menyerah di hari Hippogriff itu dieksekusi. Aku benar benar sangat khawatir saat aku tidak melihatnya sejak sore. Rasanya aku lega sekali melihat dia pulang, meski dengan luka di pipinya. Eh, aku masih belum tahu kenapa dia pergi ke dekat Whomping Willow malam itu?

Aku mendengar suara langkah di belakangku, membuat aku langsung menoleh dengan waspada. Y/N, berdiri di depan pintu terlihat terkejut melihatku. Kami berpandangan beberapa detik, sebelum aku membuang muka darinya. Pandangan matanya sangat intense membuat aku merasa dia bisa membaca pikiranku dan memergoki aku sedang memikirkannya. Aku menduga dia akan pergi menjauh, aku kira dia masih marah padaku karena entah apa yang aku lakukan.

"Draco, kau baik baik saja?" tanyanya di luar dugaan, aku hanya mengangguk. Aku dengar dia mendekat, tahu tahu dia sudah berdiri disampingku.

"Eh, bagaimana harimu?" aku menghela nafas mendengarnya, dia harus sekali menanyakan itu?

"Sangat menyenangkan." jawabku.

Aku bisa melihat dari ujung mataku, Y/N menoleh, memandangku. Tanganku jadi berkeringat, gugup dipandangi begitu olehnya.

"Draco?" panggilnya pelan, membuatku menoleh. "Aku minta maaf karena menjauhimu dan mengataimu jahat kemarin." lanjutnya, menunduk.

Lihat, dia tahu dia menjauhiku dengan sadar. Kenapa dia tidak bilang saja hal apa yang kulakukan yang membuatnya marah?

"Kenapa kau menjauhiku?" dia menghela nafas berat.

"Eh, aku cuma-" dia berhenti, memandangku. "Dengar, aku terbiasa denganmu yang terlihat dingin, oke? Mungkin kalau kau mengecup kening cewek lain mereka akan pingsan bahagia, tapi kau- kau menakutiku, Draco." aku mengangkat alis, terkejut.

Aku kira itu bukan masalah? Maksudku, dia tertidur di pelukanku malam sebelumnya dan aku juga mengecup keningnya setelah aku menyelimuti dia. Yeah, dia sudah tertidur saat itu tapi kupikir itu gesture normal untuk mengucapkan 'selamat tidur, mimpi indah'. Ibuku selalu melakukannya! Well, bukan berarti aku mengecup kening semua orang sebelum tidur. Teman temanku biasanya lebih sering ku jitak sebelum tidur karena mereka kurang ajar, tapi tidak mungkin kan Y/N juga ku jitak. Dia terlalu baik dan berharga untuk mendapat jitakanku.

"Aku terkejut, oke? Aku tahu yang kulakukan memang sangat kekanakan, tapi, well- aku yakin kau mengerti." lanjutnya setelah beberapa saat berlalu tanpa respon dariku.

"Aku juga mengecupmu malam sebelumnya." aku menyandar ke pegangan besi, masih menatap Y/N. Matanya membesar dan mukanya memerah instan.

"Oh, ya ampun!" dia menutupi wajahnya. "Kau-" dia memandangku, masih terlihat dibanjiri perasaan kaget. Menggemaskan sekali.

"Baiklah, aku minta maaf juga. Harusnya aku bertanya dulu apa aku boleh mencium keningmu selamat tidur, kan?" kataku akhirnya, Y/N tampaknya masih terlalu kaget untuk bicara. "Atau mungkin aku harus mengecup keningmu tiap malam agar kau terbiasa?" candaku, menyeringai.

Y/N tersenyum malu malu sebelum memukul lenganku keras. Ouch. Kami berdua lalu diam, menatap langit. Y/N memutuskan duduk setelah lima menit, membuatku menyusulnya duduk disampingnya.

"Kau ingat Liz? prefek Hufflepuff partner Cedric Diggory yang memergoki kita di ruang kelas tahun lalu?" tanyanya, aku mengangguk. "Ternyata benar dugaanku, dia yang menyebar rumor kedekatan kita tahun lalu." ujarnya yakin.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku. Y/N menjelaskan bagaimana teman teman Diggory menanyakan keabsahan rumor itu padanya langsung siang ini.

"Ngomong ngomong, apa kau yang mengumpulkan tugas esai sejarahku pagi ini?" aku teringat esaiku yang kutinggalkan di perpustakaan tapi tidak ditegur Binns saat aku tidak mengumpulkan. Y/N mengangguk, tersenyum.

"Tugasnya masih kurang beberapa senti." kataku, Y/N mengangkat bahu.

"Aku melengkapi dua senti sisanya." aku memandangnya takjub.

"Tidak usah terpesona begitu." Y/N menyibak rambutnya dengan gaya, membuatku tertawa kecil.

"Terimakasih, Y/N." kami saling pandang sebelum memberi satu sama lain senyuman. "Jangan menjauhiku lagi." lanjutku.

"Eh, asal kau tidak asal kecup saja sih." jawabnya, aku memandangnya, memberi seringaian jahil.

"Aku lebih suka kalau mengecupmu tiap malam sih, agar kau terbiasa."

"Hey!" Y/N tertawa, memukul lenganku lagi.

Oh, mungkin hari ini tidak seburuk yang aku pikir.

.

Author's note : honestly, I think I made a mistake di chapter 6 ama 7, tapi udah terlalu terlambat kalo unpublish dan rewrite jadi, i hope this could cover those flaws.

October 18th, 2020

II • CLOSER ✔ [Draco Malfoy x Reader]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin