Bab 17

416 98 4
                                    

Jiyeon memilih membaur dengan pengendara lain yang memenuhi jalanan. Rasa sesaknya tak kunjung lepas, mengukung kuat, gadis itu bingung apa yang begitu menganggu hingga untuk bersuara pun enggan dirasa. Hanya hening dan klakson mobil yang memenuhi indera pendengar.

Matanya melirik cahaya dari ponselnya yang menyala sejenak sebelum kembali padam di atas dasbor mobil. Menandakan notifikasi sebuah pesan di sana. Menepikan mobilnya pada bahu jalan, Jiyeon membuka membuka pesan tersebut dan membacanya. Sebuah pesan singkat dari Eunwoo yang menanyakan Jiyeon bisa datang atau tidak nanti malam. Karena pria itu dan ketiga temannya sudah berada di cafe tempat Jaehyun akan menyumbangkan suara emasnya.

Tidak perlu bagi Jiyeon berpikir lagi untuk menerima ajakan Eunwoo, tentu ia akan segera ke sana. Sebab, pulang di saat suasana hatinya seperti bukanlah sebuah opsi terbaik. Karena Sinhye langsung bisa mencerca dengan tanya, Jiyeon pasti akan kesulitan untuk berbohong pada wanita itu. Biarkan kali ini ia menghindar, seperti seorang pengecut yang tidak berani menyentuh titik permasalahan untuk sebuah penyelesaian.

Entah sampai kapan Jiyeon bisa bertahan dengan keadaan seperti ini. Berharap saja jalannya masih lurus hingga tidak perlu berhenti dan melemahkan hati kembali. Untuk sebuah rasa asing yang menyusup tanpa permisi, yang kini membuat hati teriris nyeri.

Setelah mendapatkan lokasi cafe dari Eunwoo, Jiyeon kembali menjalankan mobilnya. Berharap bisa melupakan apa yang ia lihat dan berhasil memberi rasa sakit pada hatinya, tunas itu harus dipangkas habis sebelum benar-benar tumbuh dan berkembang menjadi sesuatu yang tidak Jiyeon inginkan.

•••

"Kau baik-baik saja?" Eunwoo mengulang tanya yang sama, dan untuk yang kesekian kalinya, Jiyeon mengangguk terpaksa. Pria itu tahu Jiyeon berbohong, tatapan gadis itu kosong dan ada seklias pancaran terluka saat pandangan mereka bertemu, sebelum Jiyeon dengan cepat memutuskan kontak mata.

Mingyu datang dan mengulurkan segelas jus strawberry untuk Jiyeon. Menyelamatkan Jiyeon dari tanya yang akan dilontarkan Eunwoo kembali. Sebab, pria itu belum puas dengan jawab yang terucap.

"Buatanku sendiri," ucap pria berkulit tan itu mengedipkan sebelah matanya.

Jiyeon sebisa mungkin membalas dengan senyum lega tanpa luka. "Terima kasih."

"Eunwoo bilang tidak perlu menambahkan gula, jadi aku lebihkan susunya," ujar Mingyu menarik kursi di hadapannya.

Jiyeon memasukan sedotan itu ke belah bibirnya, mencecap rasa segar dan manis yang langsung menyapa lidahnya. "Ini enak, sungguh!" ucapnya tulus. Membuat binar mata Mingyu terpancar jelas.

"Benarkan? Makanya lebih baik denganku saja. Perutmu akan termanjakan kalau denganku," katanya menggoda Eunwoo yang langsung mendelik tajam. Membuat pria itu terkekeh geli karena berhasil mengusik ketenangan sahabatnya itu.

"Kapan Jaehyun tampil?" Gadis itu tidak terlalu menanggapi candaan Mingyu yang tidak ia mengerti. Atau memang tidak menaruh perhatian pada apa yang Mingyu lontarkan karena pikirannya yang masih tertinggal di kantor sepupunya.

Mingyu melirik Jaehyun di sisi panggung, baru saja mengeluarkan sebuah gitar dari flight case. "Sebentar lagi," sahutnya. Diliriknya Jiyeon yang juga menatap sisi panggung, di mana Jaehyun tengah bersiap untuk membawakan sebuah lagu. "Mau request satu lagu? Jaehyun pasti akan menyanyikannya untukmu." Mingyu belum berhenti mengganggu Eunwoo yang memutar matanya malas.

Jiyeon tersenyum dan menggeleng, lalu meminum jusnya kembali. "Tunggu di sini, aku akan menghampiri Jaehyun sebentar dan membawakan sesuatu untuk kau makan," ujar Mingyu langsung beranjak pergi tanpa menanti balas.

Bisa gadis itu lihat Mingyu memang menghampiri Jaehyun dan berbincang entah apa sampai Jaehyun melirik meja yang ditempati Jiyeon. Mengulas senyum ramahnya, dan Jiyeon yang membalasnya dengan kaku.

Tacenda✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora