i. little pretty doll, just like you

2K 135 49
                                    

"Guys, aku mengalami krisis kehidupan."

Jimin berujar serius di hadapan Taehyung dan Jungkook yang menyeruput minumannya bosan. Kedua pemuda itu bersender nyaman di kursi empuk café, gelas minuman di tangan sebelum saling melirik, paham betul apa yang dimaksud oleh Park Jimin sebagai 'krisis kehidupan'.

"Apa ini soal Yoongi hyung yang memakai jaket kulit lagi?" Jungkook bertanya dengan sedotan di mulut. ('Jungkook-a, Yoongi hyung sangat tampan aku bisa gila lama-lama melihatnya. Jungkook-a bagaimana inii? Apa aku sembunyikan jaket Yoongi hyung saja ya Jungkook-a?')

"Atau soal Yoongi yang memakai celana piyama pink lagi?" Taehyung mengernyitkan hidung, mengingat bagaimana histerisnya Jimin soal Yoongi yang berkeliaran di rumah dengan memakai piyama itu. ('Sekali lihat aku tahu dia tidak memakai dalaman Tae! Itunya terlihat jelas! Aku yakin dia pasti sengaja melakukannya! Sengaja!! Orang waras mana yang berkeliaran tidak memakai dalaman? Oh, astaga―bagaimana ini aku tidak bisa berhenti memikirkannya?!')

Jimin yang mendengar ketidak antusiasan sahabatnya ini mencebik. "Bukan, bukan. Ini serius krisis kehidupan."

Taehyung dan Jungkook saling melirik kembali. Keduanya kompak menghela napas dan mencodongkan tubuh ke arah Jimin yang memberi isyarat mendekat.

Jimin menatap bergantian antara Taehyung dan Jungkook, pemuda itu menatap dengan muka terserius yang dia punya. Mau tak mau, Taehyung dan Jungkook berpikir bahwa mungkin ini benar-benar krisis kehidupan saat melihat muka serius Jimin. Namun, semua itu bubar saat Jimin membuka mulut.

"Yoongi hyung mengganti warna rambutnya menjadi blonde."

Jungkook membanting jidatnya ke meja.

Taehyung menepuk jidatnya dramatis.

"Seharusnya aku tidak berharap." Ujar keduanya pelan.

"Hei! Ini serius!" Jimin melotot melihat respon sahabatnya. "Aku sudah tidak melihat Yoongi hyung dua hari. Tapi tiba-tiba saja pagi ini dia pulang dan boom―blonde." Lanjut Jimin merana.

Jungkook menarik kepalanya dari meja, pemuda itu beralih menempelkan dagunya. "Kau tahu, akan lebih baik kalau kau mulai mendekati Yoongi hyung daripada repot-repot memanggil kami berdua ke café untuk mendengar curhat penuh kehausanmu." Cibir Jungkook dengan dagu masih menempel.

Taehyung mengangguk. "Jungkook benar. Berhenti mengajaknya bertengkar dan mulai lakukan pendekatan seperti orang normal pada umumnya." Timpal Taehyung.

Jimin mencebik, bibir bawahnya maju.

"Aku tidak mau lagi mendengar komentar-komentar menjurus mesummu, Chim. Aku trauma." Lanjut Taehyung lagi.

Jimin membela diri, "Tapi kan Yoongi hyung―"

"Demi Tuhan, Chim. Yoongi hyung itu sepupuku." Potong Taehyung, "Aku tidak mau tahu urusan ranjangmu dengan Yoongi hyung, serius deh."

"Aku tidak punya urusan ranjang dengan Yoongi hyung!" ralat Jimin dengan suara tercekik. Pipi pemuda itu merona.

Jungkook terkikik sementara Taehyung memutar bola mata.

"Belum. Bukan tidak." Koreksi Taehyung.

Jimin bungkam dengan warna merah menyebar sampai ke telinga, sementara Jungkook terbahak semakin kencang.

"Y-ya maksud... maksudku aku pasti mau mendekati Yoongi hyung." Jimin terbata-bata, "Hanya saja kau tahu Yoongi hyung seperti apa!" Jimin merengut.

"Kalau kau berhenti menjahilinya, berani taruhan kau punya kesempatan untuk mendekatinya. Apalagi kalian berdua berbagi flat." Komentar Jungkook.

"Ya mau bagaimana lagi? Yoongi hyung baru akan memberiku perhatian saat kujahili."

The Doll [Yoonmin]Where stories live. Discover now