ii. How do voodoo dolls work?

2.4K 141 38
                                    




Warn : Voodoo doll, Dark magic, Masturbation, Explicit sex scene, Penetration (kinda)








Buang boneka voodoo.

Itu adalah rencana awal Jimin begitu dia sampai di flat. Jimin bersumpah dia benar-benar berniat membuang boneka voodoo itu, tapi entah mengapa dia malah berdiri di dalam kamar Yoongi, meletakkan boneka voodoo yang mirip dengan dirinya di meja kerja pria yang lebih tua.

Jimin terdiam, mengamati boneka voodoo yang terkulai lemah di samping boneka kumamon Yoongi dan tersentak, sadar dengan ulahnya yang tak masuk akal. Dia hendak meraih boneka voodoo itu sebelum berhenti.

Perkataan Seokjin sebelum dia dan temannya pamit terngiang-ngiang di benaknya. ('Tenang saja, meski dia boneka voodoo, dia tidak akan membunuhmu. Justru dia akan membantu hubungan percintaanmu agar kau dekat dengan Yoongi fufufu~")

Jimin bimbang. Bibir bawahnya dia gigiti pelan, mungkin... mungkin boneka ini memang bisa membantunya, tapi Jimin tidak lupa dengan tingkah aneh Seokjin dengan mata merahnya yang menakutkan. Jimin memejamkan mata, berpikir keras haruskah dia menuruti perkataan Seokjin.

Cukup lama dia berdiri di dalam kamar Yoongi, hingga suara pintu yang dibuka terdengar. Jantung Jimin meloncat, pemuda itu cepat-cepat melesat keluar dari kamar Yoongi sebelum tertangkap basah menyelinap ke kamar yang lebih tua (ngomong-ngomong, peraturan pertama di flat mereka itu tidak boleh memasuki kamar satu sama lain tanpa ijin.) kemudian menutup pintu sepelan yang dia bisa dan berlari ke dapur―tempat terdekat dari kamar Yoongi dan membuka kulkas dengan gerakan senatural mungkin.

"Oh hyung, kau sudah pulang?" seru Jimin dengan suara agak keras, matanya bergulir cemas dari pintu kulkas ke pintu kamar Yoongi―memastikan bahwa pintunya sudah benar-benar dia tutup rapat.

Suara gerutuan menjawab pertanyaan Jimin. Tak lama, Jimin bisa melihat siluet Yoongi yang berjalan terseok memasuki flat mereka. Pria yang lebih tua itu berhenti di depan pintu kamarnya, termenung beberapa detik membuat Jimin menahan napas.

Oh, apakah Yoongi sadar kalau Jimin memasuki kamarnya?

Jimin meneguk ludah, "Hyung...?"

Yoongi menoleh, menatap Jimin dengan mata menyipit tajam "Kau..."

Jimin mencengkeram pintu kulkas yang dia buka cukup erat, gerakan tangannya yang hendak meraih karton jus jeruk terhenti di udara. "I―iya?"

Bodoh.

Kenapa harus terbata-bata di saat seperti ini?!

Yoongi tahu dan hidupmu tidak lama lagi. Mampus kau, Park Jimin.

"Kau," ulang Yoongi, tangannya meraih kenop pintu dan memutarnya sedikit. Raut wajahnya yang lelah dan mata menyipit membuat Jimin lagi-lagi menahan napas.

"Bangunkan aku tiga jam lagi."

Dan pintu tertutup.

Jimin melongo. (Yes, Yoongi tidak sadar!)

Jimin menumpu dahi di kulkas dan mendesah lega, "Oh, syukur―"

Suara pintu terbuka kembali dan Jimin lagi-lagi tersentak di tempat untuk melihat kepala Yoongi melongok keluar, "Jangan telat!"

"I-iya!" cicit Jimin refleks dengan mata membola melihat kepala Yoongi menghilang di balik pintu.

Selama beberapa detik Jimin terdiam, menunggu dan berjaga-jaga kalau Yoongi kembali keluar. Setelah tidak ada tanda-tanda pria itu keluar, Jimin menghela napas dramatis dengan tubuh merosot ke bawah. Pemuda itu terduduk di depan kulkas yang terbuka, kali ini benar-benar meraih kartos jus jeruk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Doll [Yoonmin]Where stories live. Discover now