45

1.9K 494 209
                                    

Hyunjin terpaku pada cara makan Sylvia. Dalam satu sendok, selain ada nasi, Sylvia juga meletakkan semua jenis lauk yang tersedia, kemudian ia memasukkannya sekaligus ke dalam mulut dengan cara membuka mulutnya lebar-lebar, tak ketinggalan disusul dengan kerupuk.

Mulutnya pun jadi terisi penuh, namun ia bisa mengunyah dan menelan dengan tenang, bahkan tanpa suara.

"Gila, cara makan Lo keren banget," komentar Hyunjin.

"Apaan deh, biasa aja," timpal Sylvia.

"Dulu Lo makannya kayak anak kecil, bar-bar, kecap, belepotan, sekarang berubah, meskipun masih masukin banyak makanan sekaligus ke mulut," tutur Hyunjin.

"Ih, Om tuh, cara makan aja diperhatiin!" protes Sylvia.

"Kalau suka sama seseorang, pasti segala gerak-geriknya diperhatiin,"

Untuk menutupi dirinya yang salah tingkah, Sylvia memasang ekspresi datar sembari membuang mukanya dari Hyunjin.

"Habis ini mau langsung ke kafe?" tanya Hyunjin, yang Sylvia jawab dengan anggukan.

"Gak mau nyoba ke kafe lain? Gak bosen gitu kerjanya di kafe kucing terus?" Hyunjin berkata demikian, karena dekorasi kafe Minho 70% bernuansa kucing, tapi dominasi warnanya hitam, putih dan beige, bukan warna lucu yang biasa dipakai di kafe bernuansa kucing lainnya.

"Kalau gue di kafe Minho, bakal dapet potongan 50%," ujar Sylvia.

"Dia ngasih potongan segede itu tuh karena suka sama Lo,"

"Bukanlah, tapi karena gue punya hak spesial. Gue kan yang udah kerjasama sama dia,"

"By, Lo masak gak peka?"

"Enggak,"

Hyunjin mendengus, sembari menggulir ke atas bola matanya.

Sylvia tiba-tiba memiliki ide untuk membuat panas Hyunjin, sebagai balasan karena sebelumnya Hyunjin yang sudah membuatnya kesal.

"Kalau misalnya pak Minho suka sama gue, ya gue beruntung banget lah, gak akan gue sia-siain. Udahlah ganteng, Om perhatiin gak? Pahatan wajahnya tuh sempurna banget, asli, ada ya orang secakep itu? Dia tuh kayak karakter manhwa gitu loh mukanya. Matanya cantik, hidungnya mancung tapi kecil. Udah gitu dia itu pekerja keras, sifatnya unik, bisa jadi dingin dan nyebelin banget, tapi aslinya perhatian, kalau kita ada masalah, dia ngasih sarannya tuh enak, bijak, nenangin hati banget," celoteh Sylvia panjang lebar.

Hyunjin tidak memberi respon, tapi dari ekspresinya, jelas ia kesal. Dan secara tiba-tiba ia menggigit salah satu bahu Sylvia, yang membuatnya dapat pukulan di kepala.

"Sakit!" pekik Sylvia sembari menatap jengkel Hyunjin.

"Sakit juga dipukul!" timpal Hyunjin sembari mengusap kepala belakangnya.

"Ya makanya! Ngapain gigit-gigit?"

"Kesel!"

"Emang pas di motor tadi gue gak kesel! Kesel!"

"Ya udah, impas!"

•••

Sylvia duduk berjauhan dengan Hyunjin, lalu kedua tangannya pegangan besi. Seperti deja vu, sepertinya dulu pernah mereka seperti ini, karena jengkel satu sama lain. Sekarang terulang kembali.

"Cendol mau?" celetuk Hyunjin tiba-tiba.

"Gak," jawab Sylvia jutek.

"Es dawet? Atau es teler?"

"Apaan sih? Gak mau! Pagi-pagi masak makan es?"

Perfect | Hhj ✔Where stories live. Discover now