19

644 117 5
                                    

***

Tepat sepuluh menit kemudian, Lisa selesai mandi dan berganti pakaian. Gadis itu keluar dari kamarnya dengan kaos hitam yang sering Jiyong pakai, juga sebuah celana pendek yang hampir tidak terlihat karena tertutup oleh kaosnya. Itu kaos Lisa, namun Jiyong sering memakainya sebab ia tidak punya banyak pakaian di rumah itu. Seharusnya pria itu menyimpan lebih banyak pakaian di rumah Lisa.

"Akhirnya kau selesai juga," ucap Jennie, yang langsung bangun begitu melihat Lisa keluar. "Maaf sekali aku harus pergi sekarang. Yuri eonni dan eonni-eonni lainnya biasanya butuh bantuan untuk menyiapkan makan siang bagi anak-anak di sini," pamit Jennie, ia akan meninggalkan Thomas di rumah itu sebab Thomas masih sangat penasaran dengan cerita yang Lisa janjikan.

Lisa mengantar Jennie ke pintu setelahnya. Ia tidak bisa memaksa Jennie untuk tetap tinggal di sana, meskipun ingin. Namun begitu mereka sampai ke pintu depan, Lisa mengulurkan tangannya untuk memberikan sesuatu pada Jennie– g-string merah muda. Wajah Jennie langsung pucat begitu melihat benda seksi yang ada di tangannya sekarang.

"Mungkin kau sudah menemani Jiyong oppa selama dua tahun terakhir ini. Tapi sekarang aku sudah datang, jadi kau tidak perlu lagi menggantikan posisiku," ucap Lisa sebelum Jennie benar-benar pergi. "Tapi, kalau kau ingin merebut Jiyong oppa dariku, lakukan dengan benar. Tidak perlu berusaha menyingkirkanku. Fokus saja untuk merebut hatinya. Nanti, kalau hatinya sudah menjadi milikmu, aku sendiri yang akan pergi. Aku tidak akan menahan seseorang yang hatinya sudah tidak lagi jadi milikku. Jangan menjebaknya dengan sesuatu yang menjijikan seperti ini. Alih-alih menyukaimu, dia justru akan menghindarimu. Kau bisa tenang kali ini, karena aku tidak mengatakan padanya kalau itu milikmu. Tapi mungkin dia bisa menebaknya sendiri? Hati-hati di jalan." Lisa dan kata-katanya, entah kenapa selalu berhasil membuat orang lain merasa begitu rendah. Mungkin itu sebabnya ia tidak punya banyak teman? Mungkin itu juga sebabnya ia di benci banyak orang– terutama mereka-mereka yang mengidolakan Jiyong.

Singkat cerita, Jiyong masih tidur bahkan sampai Thomas berpamitan untuk pulang di jam makan siang, pada pukul satu siang. Lisa mengantar Thomas ke pintu seperti ketika Jennie berpamitan tadi. Namun setelah pria itu pergi, Lisa tidak bisa melupakan salah satu ucapan Thomas. "Dulu Pak Jang dan Wook membantu orang-orang yang hilang. Mereka menemukan tubuh orang itu, kemudian membantu mereka untuk pergi dari sini. Hampir semua orang tersenyum saat pergi dari sini, setiap hal itu terjadi, aku merasa kalau mereka baru bisa pergi dengan tenang setelah tubuh mereka di temukan. Mereka tidak lagi jadi arwah penasaran. Tapi apa kau tahu, Lisa? Kalau arwah penasaran tidak dibawa ke desa ini, mereka bisa jadi hantu mengerikan seperti yang muncul di cerita-cerita," cerita Thomas yang sampai detik ini masih sangat menggangu bagi Lisa.

Apa maksudnya Jiyong juga begitu? Jiyong juga arwah penasaran yang tidak bisa pergi ke akhirat karena tubuhnya belum ditemukan?– Lisa tidak ingin mempercayai pendapat itu, walau kemungkinan besar Thomas memang sedang memberinya sedikit petunjuk. Thomas ingin Lisa mengetahui apa yang harus ia ketahui, meski ia tidak bisa mengatakannya secara langsung sebab tidak ingin melangkahi Jiyong dan keputusannya.

"Akhirnya Thomas pergi juga," bisik Jiyong, yang tanpa bersuara keluar dari kamar kemudian memeluk Lisa tepat setelah gadis itu menutup pintu depan rumahnya.

"Augh! Tidak bisa kah oppa memakai bajumu dulu sebelum berkeliaran?" keluh Lisa di saat Jiyong dengan sengaja membalik tubuhnya untuk mencari bibir kekasihnya. "Oppa tahu hantu anak kecil yang hanya memakai celana dalam? Kau terlihat seperti itu kalau tidak-" Lisa ingin mengomel. Ia punya banyak kata yang akan diucapkan mulutnya, namun semua kata itu tertahan sebab Jiyong sudah lebih dulu menyerang bibirnya.

Pria itu membungkam kekasihnya dengan sebuah ciuman yang begitu menuntut. Jiyong bisa bertahan berbulan-bulan tanpa bersetubuh. Tapi begitu mereka memulainya, Lisa harus bekerja ekstra keras– sebab Jiyong tidak akan berhenti. Jiyong akan terus menidurinya sampai ada sesuatu yang bisa memaksanya untuk berhenti– jadwal kerja misalnya. Tapi sepertinya disini semua itu sulit, sebab Jiyong tidak punya tanggung jawab apapun untuk pergi dari rumah.

"Stop!" paksa Lisa, yang harus berusaha sangat kuat untuk mendorong Jiyong darinya. "Aku lapar... Setidaknya beri aku makan dulu sebelum memperkosaku lagi," rengek Lisa, sengaja memakai wajah memelasnya supaya Jiyong menyerah dan menuruti keinginannya.

Jiyong pergi mandi setelah ia menyetujui permintaan kekasihnya. Dengan tenang, Lisa menunggu di atas ranjangnya, menatap handphonenya yang sama sekali tidak bisa dipakai menelepon maupun menerima telepon. Tidak ada sedikit pun sinyal di sana, jadi benda persegi itu sama sekali tidak berguna.

"Oppa," panggil Lisa, yang kini berdiri di depan pintu kamar mandi. Ia tahu Jiyong tidak mengunci pintu kamar mandi, namun ia tetap tidak ingin masuk ke sana kemudian harus melayani kekasihnya.

"Hm?"

"Boleh aku meminta sesuatu darimu?"

"Apa?"

"Jangan memberikan hatimu pada siapapun, jangan pergi dariku, bisakah kau menjanjikan itu padaku?"

"Aku berjanji tidak akan memberikan hatiku pada siapapun, aku juga berjanji tidak akan-"

"Semudah itu? Oppa tidak ingin memikirkan lebih dulu?"

"Aku sudah lama memutuskannya. Hanya saja, baru hari ini kau memintaku untuk menjanjikannya. Dengan canggung posisi seperti ini? Kenapa kau tidak memintanya langsung di depanku? Malu?" Tidak, Lisa sama sekali tidak malu meminta itu secara langsung. Lisa tidak malu mengatakan pada Jiyong kalau ia sangat membutuhkan pria itu. Alih-alih merasa malu, Lisa justru khawatir. Ia khawatir, juga takut kalau Jiyong tidak mau menjanjikan itu padanya. Lisa tidak ingin membaca ekspresi wajah Jiyong saat mengatakannya, ia takut menemukan kebohongan di sana. "Apa yang kau dengar dari Thomas?" tanya Jiyong kemudian, tiba-tiba saja ia khawatir kalau Thomas menakut-nakuti kekasihnya. Saking takutnya, Jiyong keluar dari kamar mandi hanya dengan bathrobe yang bahkan belum ia ikat.

"Oppa adalah arwah penasaran yang baru bisa pergi ke akhirat setelah kami menemukan tubuhmu. Kau tetap menjadi dirimu sendiri karena tinggal di desa ini. Tapi kalau kau tidak berada di desa ini kau akan jadi hantu mengerikan seperti dalam cerita rakyat- seperti hantu di film horor? Karena itu kau tidak bisa melewati batas," cerita Lisa, membuat Jiyong langsung memeluk Lisa, menenangkan kekasihnya yang kini merasa sangat terganggu.

"Tidak perlu khawatir, selagi tidak ada yang menemukan tubuhku, aku tidak akan pergi dari sini. Kita bisa terus bertemu di sini," yakin Jiyong namun Lisa beranggapan lain.

Menurut Lisa, ia justru harus menemukan tubuh Jiyong lalu menyembunyikannya. Bagaimana kalau seseorang menemukan Jiyong lebih dulu? Bagaimana kalau tiba-tiba ada orang hebat yang berhasil menemukan Jiyong dan membuat Jiyong pergi ke akhirat? Lisa luar biasa khawatir sampai ia merasa kalau ia perlu menyingkirkan semua orang yang hampir menemukan Jiyong– agar pria itu tidak pernah ditemukan dan tidak perlu pergi ke akhirat. Agar mereka tidak perlu berpisah lagi.

"Jangan khawatir," ucap Jiyong, mencoba menenangkan Lisa sekali lagi. "Sudah dua tahun tidak ada yang menemukanku. Rasanya mustahil menemukan tubuhku," tutur Jiyong yang sebenarnya tetap saja melukai Lisa. Selain berdiri di depan Lisa dalam keadaan hidup, pria itu tetap akan melukai Lisa apapun yang ia katakan.

***

A Place I Can't FindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang