Insiden

1K 105 33
                                    

Menatap jalan raya yang ramai akan kendaraan berlalu lalang, iris hitam itu melirik ke atas  memandang bintang malam. Surai hitam tertiup angin, kaca mata merah nya hilang entah kemana, setetes bulir air lolos dari mata Sarada. Menangis mengingat kejadian, saat turun dari bianglala. Dimana ketika Sumire menatap nya dengan sendu, seakan mengatakan bahwa Sarada akan tertimpa masalah.  Dan Kagura meninggal kan nya seperti ia tak berada di sana, tentu Sarada bingung merasa tak berbuat hal yang salah.

"Apa aku ada salah sama Kagura?" bertanya pada diri sendiri, melirik kanan dan kiri menunggu bus datang, tak terasa hari semakin malam ia tak bisa terus menerus menunggu bus yang tak pasti, sama kayak Boruto yang tak pasti 😆.

Ia melangkah pergi dari halte, berjalan menuju lampu merah yang terlihat ramai, menyebrang dengan hati hati melihat sekitar, berlari secepat nya namun telat salah satu mobil melewati lampu merah dan Sarada yang terburu buru.

Tinnn.

Bruk.

.......

"Kenapa ya, gue kalau jauh dari Sarada rasanya ada yang hilang," ucap Boruto menatap teman teman nya dengan tanda tanya.

"Mungkin lo udah cinta kali sama Sarada," celetuk Inojin.

"Ya kali, gue kan cinta nya sama Sumire."

"Abang Boruto ku, cinta itu bisa berpindah pindah tempat," Ucap Denki ikit menimpali.

"Boruto lo harus pilih salah satu, gila aja lo mau mainin dua hati," Inojin menepuk pundak Boruto sedikit keras membuat sang empu menatap tajam.

"Iya kak, jangan gitu. Aku juga bakal marah kalau misal nya Inojin mainin hati aku," Surai hitam panjang di terkuncir satu, iris biru nya menatap Boruto dengan kecewa.

"Tenang aja Hima, kalau Inojin mainin hati kamu, a'a Denki akan selalu ada untuk mu," Denki menyentuh tangan Himawari yang langsung di tepis Inojin, menatap sang laki laki berkaca mata dengan sengit.

"Jangan mengulangi kesalahan yang sama, masih banyak kesalahan kesalahan lain yang perlu di coba," ucap Metal lee,

"Ye~bukannya ngajarin yang benar malah, ngajarin yang salah," Shikadai membogem pelan pada lengan Metal lee.

"Pilih salah satu Bro, jangan lo embat semua. Ingat hidup ini harus di pilih, kalau gak, lo gak bakal idup," Iwabe berceramah sambil memakan kripik yang di sajikan oleh Himawari, teman teman Boruto pada ngumpul di rumha nya. Mumpung gak ada  orang tua Boruto.

"Banyak pilihan dalam hidup ini tapi, aku pilih tidur," ucap Shikadai tertidur di karpet berbulu.

"Iya, tidur aja terus  sekalian gak usah bangun lagi!" Meta lee mencibir Shikadai yang sudah nampak tertidur pulas.

"Lo kan cowok kenapa pake kimono?" Tanya Inojin pada Mitsuki yang baru datang memakai jubah mandi.

"Jubah mandi oon, Jin. gue kasih tau ya cowok jantan kalau makan ikan  cara nya beda," Ucap Mitsuki mengambil ikan di dapur menunjukan pada Inojin.

"Hah? beda gimana?"

"Dagingnya di pinggirin, duri nya di telan," Ucap Mitsuki menyumpalkan ikan ke mulut Inojin, Mereka tertawa kala melihat Inojin yang hampir menangis saat duri nya nyangkut di bibir.

❇️❇️❇️

Aroma obat obatan tercium, gadis bersurai hitam legam terbaring dengan alat alat di di sekujur tubuh nya, seorang laki laki berdiri di depan pintu sambil menelpon seseorang.

"Ya, hmm gue gak sengaja nabrak. Hey jangan marah," Laki laki itu berucap santai.

"Iya, cepat datang."

Menghela nafas, berjalan mendekati ranjang yang di gunakan Sarada, menyisir rambut nya ke belakang. Duduk di kursi memainkan sehelai surai hitam milik Sarada, memutar layak nya tali.

"Bisa habis gue, ck."

Setengah jam berlalu, posisi kedua nya tetap sama, sang gadis terbaring lemah dan laki laki itu terus memainkan rambut gadis tadi.

Brak.

Belum sempat laki laki itu menoleh ia sudah terbaring di lantai dengan luka lebam, nafas laki laki bersurai kuning tampak tak teratur.

"Lo apain, Sarada?" Iris biru menatap tajam pada laki laki bersurai hitam.

"Gue beneran gak sengaja, Boruto."

"Sengaja atau gak sengaja, lo tetap harus ngejalanin hukuman yang pantas," ucap Boruto pada laki laki di depannya.

"Hmm, maaf gue tadi beneran lagi cepat cepat."

"Kawaki, meskipun lo teman, sekali nyentuh milik gue, lo bakal terima hukumannya."

Kawaki mengangguk setelah itu ia pergi keluar tak ingin jadi samsak Boruto. Boruto terus memandangi wajah pucat milik Sarada, menyesal? ya Boruto sedikit menyesal karena lebih memilih Sumire yang notabenenya TTM dari pada Sarada pacar nya sendiri.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, Sar gue lebih percaya Sumire dari pada lo. Gue janji setelah ini lo yang akan jadi tempat di hati gue," Mengenggam tangan Sarada erat tak ingin terpisah, iris biru nya terlihat sendu menatap Sarada dengan mata berkaca-kaca.

"Kak," seseorang berdiri di samping Boruto mengelus punggung nya yang bergetar.

"Dia... kak Sarada kan?" Himawari terlihat ingin menangis, segera Inojin memeluk Himawari dengan erat, membiarkan sangan kekasih menangis di pelukan nya.

"Lo semua mending pulang ke rumah gue," Suruh Boruto pada teman teman nya yang duduk di sofa saling menatap, setelah kawaki menelpon Boruto semua teman nya mengikuti Boruto.

"Gak, kita di sini temani lo," Bantah Iwabe.

"Sarada butuh istirahat, kalau mau temani gue mending kalian duduk diluar."

"Kita tau, tapi tetap aja kita mau disini," Inojin berucap sambil mengelus surai hitam milik Himawari.

"Terserah."

Hening, mereka yang tadi tertawa bahagia kini murung melihat Sarada gadis nya Boruto terbaring lemah di kasur rumah sakit mereka semua hanya bisa berdoa untuk kesembuhan sarada.

......

Jam menunjukkan pukul 01.50 mereka semua masih terjaga melihat sarada yang juga belum tersadar dari komanya,

"Gue beli minum dulu ya" ucap Inojin memecah keheningan di ruang inap Sarada.

"Gue nitip nasi pecel sepuluh bungkus ya, Jin."

"Lah, banyak banget itu perut apa perut?" Tanya Inojin menatap Denki yang megusap kaca mata.

"Buat yang lain juga entar gue kasih duit deh lo," Denki ngeluarin Black Card.

"Iya anak holkay," celetuk Iwabe.

"Lo pikir penjual nasi pecel bisa di bayar kartu begituan, bayar pake duit bukan pake kartu," ucap Inojin.

"Lah kan sama aja, isi nya duit," balas Denki tak mau kalah.

"Dia gak ada alat buat gesek tuh kartu, Denkiiii,"ucap Inojin kesal.

"Ohh, nih gue kasih lima ratus ribu, sisa nya buat lo aja gue bosan mengang uang warna merah terus," Ucap Denki memberi lima lembar uang warna merah.

"Serah lo dah," pasrah Inojin mengambil lima lembar uang tersebut dan pergi keluar.

..........

Hallo minna, ceritanya kurang bagus ya? hah maaf kan author yang masih amatiran.

gimana chapter kali ini? bosa? jelek? garing?

jangan lupa
vote and komen

😙salam author😙

信じるよ  Shinjiru yo (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang