Masa Lalu Yang Tertinggal

1.5K 48 1
                                    

("Tapi, Pa?" Sanggah seorang pria yang sudah memasuki masa remajanya.
Ia menggenggam gagang telfon. Sementara tangannya yang lain memegang gelas berisi minuman. Matanya melihat remaja pria lain, saudaranya, yang tersandar disofa. Terlihat kekecewaan dari wajahnya.
"Kami masih punya waktu liburan, Pa." Kata pria yang menelfon.
"Cukup bermain-main kalian disana. Sekarang pulang." Tegas suara berat dari telefon.
"Hei Pa. Kami kesini memang bermain-main."
"Jangan menyanggah bocah. Kau masih terlalu muda untuk melawanku. Kemasi barang kalian besok pagi kalian pulang."
"Ya, baiklah kalau begitu." Pasrah remaja itu.
"Dan ingat, tinggalkan itu apapun yang kalian dapati disana." Tegas suara orang yang dipanggil Papa.
Remaja itu masih menggenggam gagang telfon. Ia kembali mengamati wajah saudaranya. Meski hubungan kakak beradik itu kadang tak akur. Tapi, sebagai seorang lelaki dan saudara ia memahami perasaan saudaranya itu.)

***

'BRAKKK'
Bunyi hantaman keras pintu ke dinding. Kaca yang melekat pada pintu itu berserakan di lantai. Dengan muka merah dan emosi yang sudah memuncak. Renra masuk keruangan dari rumah yang sangat megah itu. Dua orang laki-laki kekar berbaju hitam berlari terhuyung-huyung dibelakangnya. Wajah mereka sudah babak belur.
Orang yang berada di dalam rumah ketakutan. Para wanita dengan pakaian yang sangat minim menjerit disudut ruangan. Renra melangkah ke sofa yang terletak di tengah ruangan itu. Yang ditujunya seorang perempuan setengah baya dengan rambut blonde. Tubuhnya masih sangat sexy, apalagi dadanya yang seperti ingin keluar dari dress ketat yang ia kenakan. Tapi, bukan itu yang ingin dicari Renra.
"Mengapa kau membiarkannya, bajingan." Renra menggenggam baju perempuan itu. Emosi sudah membuncah dikepalanya.
"Lepaskan keparat!" Teriak lelaki di depannya.
'Bukk'
Sebuah pukulan mengenai wajah lelaki itu. Iya tersungkur ke sofa. Darah mengalir dari sudut bibir lelaki itu. Ia tak berani lagi untuk melawan.
"Tenanglah anak muda. Aku mengerti. Aku minta maaf." Kata perempuan tadi mencoba untuk tenang.
"Maaf katamu? Setelah ia digilir tiga orang pria. Kau meminta maaf."
"Aku tak menyangka kejadiannya seperti ini. Ini diluar kehendakku." Ujar perempuan itu.
"..." Renra berusaha menenangkan diri.
"Aku sudah menelfonnya dan dia sekarang sudah baik-baik saja." Kata perempuan itu berusaha untuk menenangkan Renra.
"Berapa uang yang kau minta untuk melepaskannya." Renra berkata dengan tegas.
"...." Perempuan itu diam. Uang merupakan sesuatu yang menggiurkan. Apalagi sekarang, ia yang menentukannya.
"Berapa!" Teriak Renra.
"Berapa yang kau minta akan ku beri. Asal kau melepaskan Chika!" Tambah Renra.
Perempuan itu, meskipun ia adalah seorang mami yang memelihara perampuan-perempuan muda untuk dijadikan pelacur. Ia tetaplah seorang manusia yang dapat memahami. Ia merasakan amarah yang begitu besar dari pemuda di depannya. Matanya yang memendam kecemasan.
"Maafkan aku. Aku tak punya kuasa lagi untuknya." Jawab perempuan itu.
"...." Renra terdiam
"Sebelum kejadian itu, aku sudah berjanji ingin membebaskannya. Itu adalah tugas terakhirnya." Perempuan itu menjeda bicaranya.
"Chika adalah keponakan temanku. Aku pun sangat menyayanginya. Makanya, tak sembarangan orang dapat menikmati tubuhnya. Aku pun ingin melihatnya bahagia."
Renra mengambil sesuatu dari dalam saku bajunya. Sebuah cek.
"Isi berapapun yang kau inginkan. Temukan aku dengannya." Kata Renra sambil meletakkan selembar kertas itu diatas meja.
"Kau bisa menemuinya sendiri."
"Dia takkan mau bertemu denganku jika tidak kau yang menyuruhnya." Balas Renra.
"Kalau tidak, apa kau ingin bisnismu ini hancur. Berapapun kuatnya tamengmu. Kau takkan bisa berbuat apa." Tegas Renra.
"Apa kau mengancamku? Begitu caramu untuk meraihnya?" Tanya perempuan itu yang sudah berada diatas angin.
Renra kembali terdiam. Ia membalikkan badannya. Memalingkan wajahnya dari tatapan perempuan itu.
"Pertemukan aku dengannya. Aku tak biasa meminta pertolongan kepada orang lain."
***
"Dasar perempuan jalang." Teriak lelaki itu pada perempuan yang menangis terisak bersimpuh dikakinya.
"Maafkan aku, Mas. Aku benar-benar khilaf." Isak perempuan itu memohon pada lelaki itu.
"Khilaf katamu? Itu yang kau lakukan ketika aku tak ada di rumah? Setelah lubangmu diaduk berkali-kali keparat itu. Kau bilang khilaf!"
"Aku bersumpah mas, hanya sekali ini saja kami melakukannya. Percayalah padaku Mas." Perempuan itu memeluk kaki lelaki itu.
'Plak'
Sebuah tamparan keras mengenai pipi perempuan itu. Pelukannya pada kaki lelaki itu terlepas. Ia terhempas ke lantai.
"Jika kau sangat mencintainya, kenapa kau tidak memilih dia dulu daripada aku." Kata lelaki itu keras.
"Huk, huk." Perempuan itu hanya bisa sesenggukan menahan perih dihatinya dan sakit dipipinya.
Ia tak menyangka bujuk rayu lelaki yang dulu pernah menjadi kekasihnya, sekarang membuat rumah tangganya diambang kehancuran. Awalnya ia memang tak mencintai lelaki dihadapannya kini. Seiring berjalannya waktu mengarungi rumah tangga. Rasa cinta itu perlahan mulai tumbuh. Tapi, baru saja bunga cinta itu mulai tumbuh. Mantannya kembali datang masuk ke kehidupannya.
Lelaki itu datang ketika suaminya tak berada dirumah. Awalnya hanya mengobrol biasa seperti teman lama. Tapi, kejadian itu.
("Aku berjanji setelah ini. Aku akan melepaskanmu. Aku akan benar-benar pergi dari hidupmu." Ucap mantannya mencium dan mengulum bibirnya lembut.
Mereka sudah berada di tempat tidur. Dengan baju perempuan itu sudah terbuka. Semula perempuan itu menolak. Tapi, fikiran polosnya yang beranggapan jika ia menuruti permintaan lelaki itu. Maka lelaki itu akan benar-benar pergi. Perempuan itu mengusap perutnya yang telah berisi seorang bayi. Kemudian memicingkan maanya dan pasrah menerima perlakuan mantannya itu.
Itu ternyata bukan menjadi titik kebahagian bagi dirinya. Justru menjadi sebuah petaka besar. Bercak air mani lelaki itu tertinggal dispreinya. Suaminya yang pulang tidak lama sesudah pergulatan mereka tanpa sengaja melihat bercak-bercak yang masih basah.
Ia tahu jejak perbuatan siapa itu. Karna ia bertemu dengan pria yang menjadi mantan kekasih istrinya dulu. Sebelum sampai kerumah.)
"Kalau kau memang ingin bersamanya, pergilah. Aku tak bisa menahanmu sekarang." Kata lelaki itu. Kemudian ingin beranjak pergi.
"Tapi, yang di dalam perutku ini adalah anakmu Mas." Perempuan itu semakin terisak.
Lelaki menghentikan langkahnya. Amarah nya kembali mendidih.
'Plak'
Kembali sebuah tamparan mendarat dipipi perempuan itu.
"Setelah kau bercinta dengan lelaki lain. Lalu, seenaknya saja mengatakan anak yang kau kandung anakku. Dasar Pelacur!" Teriak pria itu.
"Percayalah ini anakmu Mas." Tangis pria itu.
"Aku takkan pernah mengakui itu anakku. Mengerti kau!"
"Brak'
Lelaki itu pergi dengan membanting pintu sangat keras. Perempuan itu semakin menjadi tangisannya. Diluar bunyi suara mobil yang meraun-raung dengan keras. Setelah bunyi ban yang berdecit. Mobil itu melaju dengan kecepatan kencang. Perempuan itu hanya menangis meratapi nasib buruk yan menimpanya. Karna kebodohonnya sendiri.)
***
Chika terduduk lesu diatas kasurnya. Matanya mengitari seluruh sudut kamar itu. Kamar yang telah menjadi tempat tinggalnya selama ini.
Ia merenungi jalan kehiduan yang telah dilaluinya selama ini. Lahir tanpa sekalipun pernah melihat wajah kedua orangtuanya. Ia dibesarkan seorang diri oleh bibinya.
("Ayahmu meninggal karna kecelakaan ketika kau masih dalam kandungan ibumu. Sementara ibumu, meninggal saat melahirkanmu." Cerita bibi Chika suatu waktu saat ia masih kecil.
"Apa ayah dan ibu menyayangiku, Bi?" Tanya Chika kecil pada bibinya.
Bibinya hanya diam mendengar pertanyaan bocah kecil itu. Ia lalu mendekat pada Chika kecil. Memeluknya sangat erat. Air matanya menetes. Ia mengetahui kejadian apa yang telah menimpa orangtua Chika.
"Ya, ayah dan ibumu, sangat menyayangimu." Jawabnya dengan air mata yang telah mengalir dipipinya.
Tapi, beberapa tahun berselang Chika mengetahui kisah kedua orang tuanya. Dari omongan orang-orang didesanya. Ia divonis sebagai keturunan pelacur. Karna kesalahan Ibunya. Dan masalalu bibinya yang memang dulunya seorang pelacur di kota.)

Masalalu Tertinggal (The Coli Trilogy II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang