sakit

5.1K 580 43
                                    

selang beberapa minggu dari kejadian felix yang tidak bisa mengikhlaskan kepergian luna dari panti, ia sekarang mulai seperti biasa walaupun masih terpikirkan soal luna.

beberapa akhir ini juga, felix jarang memasak kue atau brownis, terkadang changbin ingin tetapi tidak mau menyusahkan felix, jadi ia lebih suka membeli daripada menunggu felix membuat.

"lix, kamu pucet, kamu kenapa?" tanya changbin saat duduk disamping felix, kebetulan mereka sedang menonton tv bersama.

"hah? gapapa kok. kakak salah liat kali," ucap felix lalu kembali fokus menonton tv.

"serius? tapi kamu gak panas juga," ucap changbin setelah memegang kening felix.

"serius, kak," ucap felix lalu berdiri dan bergegas menuju dapur.

changbin merasa aneh, karena felix tidak seperti biasanya. tidak ada senyuman yang terukir hari ini bahkan cenderung diam.

felix membasuh wajahnya, sudah berkali-kali perutnya seperti diacak-acak, sakit dan rasanya ingin muntah tetapi tidak bisa. bahkan ia sudah mengisi perutnya dengan nasi dan cemilan di rumahnya tetapi tetap saja sakit seperti itu.

"apa bilang ke kak abin aja, ya? tapi gak mau, takut diintrogasi," monolognya sembari menatap dirinya dikaca kamar mandinya.

felix keluar dan terkejut ketika bertemu changbin yang berdiri didepan pintu kamar mandi.

"eung.. kakak ngapain?"

"kamu kalo sakit kenapa gak ngomong?" felix menundukan kepalanya, takut dengan changbin yang seperti ini.

"si-siapa yang sakit? enggak ada yang sakit kok," elak felix lalu memaksakan senyumannya.

"jangan bohong," tegas changbin, tiba-tiba felix kembali masuk ke kamar mandi.

changbin khawatir, setelah felix selesai, ia membantu felix berjalan menuju kamarnya dan menidurkan felix.

"tidur dulu, kakak bikin teh anget, sebentar," felix mengangguk kecil.

tak lama, changbin datang membawa teh hangat yang ia janjikan. ia membantu felix duduk dan mulai memberi teh hangatnya.

"lixie, minta maaf.." lirihnya setelah meminum sedikit teh hangat yang dibikin changbin.

"kamu gak salah, kamu harusnya cerita, jangan pendem sendiri. kakak khawatir, kakak takut kamu kenapa-napa."

"maafin, lixie.." felix menangis, entah kenapa ia menjadi lemah dan sensitif belakangan ini.

changbin mendekat, mangambil teh hangat yang felix genggam dan menaruhnya dinakas lalu memeluk felix sembari menenangkannya.

"udah, jangan nangis," changbin mengelus rambut felix sembari memeluknya lalu melepas pelukannya untuk mengusap air mata felix.

"mau minum lagi apa tidur? kamu mau makan apa?" felix menggeleng untuk kedua jawaban itu.

"bubur? sop?" felix masih menggeleng.

"aku mau tidur aja, kak," ucap felix tetapi langsung dicegah changbin.

"perut kamu kosong, ayo makan dulu, mau makan apa?"

"terserah kak," changbin sabar, changbin ganteng. mana ada nama makanan terserah?

"oke, tapi janji makan," felix mengangguk lalu menidurkan dirinya.

dengan cepat, changbin sedikit berlari mencari tukang bubur disekitaran perumahan mereka. ternyata susah, bahkan changbin baru sadar ini sudah masuk jam siang, sudah pasti tukang bubur sudah pulang ke rumah masing-masing.

mnkh | changlix [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora