ABICE || 23

975 68 3
                                    

Seandainya saja, ia hadir ke dunia ini hanya karna tersesat. Setidaknya itu lebih melegakan. Tidak ada satupun tanggung jawab yang menjelma beban diatas kepalanya. Hanya seorang gadis kecil yang kehilangan jalan pulang, dan mencoba mencari rumah baru.

Hanya seorang anak manusia yang kehilangan ingatan, bukan kehilangan dirinya sendiri.

"mau diemin aku terus? "

ya. itu suara lelaki yang beberapa tahun lalu ditolak ibunya bahkan sebelum melihat wajahnya. Tapi kini, lelaki itu malah berada disini, di dalam satu mobil yang sama dengannya yang mana atas saran dari ibunya juga. Tentu saja tanpa tahu bahwa dia adalah seseorang yang dicurigai sebagai kekasih Cerry beberapa tahun lalu.

"Cerry.." suaranya kembali mengudara. Lembut tanpa tuntutan. Melihat Cerry yang malah menatap kosong kesamping jalan.

"Kita bahkan belum pernah benar benar membahas soal dulu. Sebenarnya juga aku nggak ingin lagi membahas itu mengingat kamu sepertinya nggak menganggap itu berarti. Tapi aku juga nggak bisa bohong kalau itu sedikit menyenggol ego ku " ucap Abi santai menatap kedepan.
Seolah kalimat terakhirnya tak berarti apapun. Dilanjutkan dengan kekehan pelan
"memalukan ya, membahas-bahas sesuatu yang sebenarnya emang nggak ada" ucapnya getir. Seperti bisikan yang mampu mengiris telinga Cerry. Namun Cerry tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. Seolah olah dia memang tidak mendengarkan apapun. Padahal hatinya terasa seperti diremas begitu kuat.

Mobil berhenti didepan bangunan empat lantai yang tampak begitu megah. Cerry keluar dari mobil mengikuti Abi. Jalan perlahan seanggun biasanya dibelakang lelaki itu.

Sampai pada pintu masuk, seorang satpam menyapa Abi dengan ramah. Tampak sudah terlalu sering berinteraksi sebagai kawan. bukan seperti pada atasan kebanyakan.

"pagi, Nik" seorang resepsionis juga ikut menyapa Abi. Cerry mengerutkan alis melihat interaksi Abi dan para karyawannya yang terlihat sangat santai. Apakah dia benar benar bosnya disini?

"jangan lama lama, nanti ketinggalan" Abi menggeret tangan Cerry memasuki lift khusus yang isinya hanya mereka berdua.

"kamu gak capek diem terus? " Abi melirik Cerry yang berdiri santai tanpa beban disampingnya. Enggan mengeluarkan suara sedari tadi.

"Ck, mulai lagi" desah Abi bersender pada dinding lift. Memandang wajah datar Cerry dari pantulan didepan.

Keluar dari lift, Abi kembali menggenggam tangannya. Membawanya melewati beberapa kubikel yang tidak begitu banyak.

"gandeng terooss" Lelaki yang tampaknya baru keluar dari pantri sambil membawa segelas kopi itu menggoda Abi sambil melirik genggaman tangan mereka. Cepat cepat Cerry menarik tangannya, membuat Abi berdecak sebal menatap lelaki pembuat ulah itu.

"Hai, Nik" seseorang ikut menyapa saat mereka tepat berada didepan pintu ruangan Abi. Rambut panjangnya yang hitam pekat diikat kuda menampilkan leher jenjangnya yang tampak tiada cela.

"Hai Teressa. Cerry, ini Teressa, sekretaris Ken. Masih ingat Ken, kan? "

Sebelum Cerry menjawab, Teressa menyela cepat
"wait! Sejak kapan gue jadi sekertaris Ken?"

"oh.. " Abi menepuk jidat.

"Sorry gue lupa ngabarin. Kemarin Ken minta lo jadi sekertaris dia. Jadi, yaa.. Mau gak mau gue harus nyari sekretaris baru kan ya? " ucapnya manis tanpa rasa bersalah.

"Oh. Wow. Apakah kinerja gue begitu sempurna sampai Bos besar Ken yang perfeksionis itu ingin gue bekerja buat dia? " tanya Teressa sarkas. Tentu saja ia tahu ini hanyalah akal akalan Abi agar dapat mempekerjakan cewek yang ya-- Tidak bisa dibilang biasa saja itu, yang kini sedang memandang mereka berdua bingung.

ABICEWhere stories live. Discover now