15. Jemput

18 3 0
                                    

selamat membaca~



Dinna's POV


"Dinn ada tamu tuh," Mama mengetuk pintu kamar, "Anaknya manis gitu senyumnya."

"Tamunya cewek?" tanyaku tapi sepertinya Mama tidak mendengar malah melanjutkan ucapan.

"Buruan, katanya dia jemput kamu soalnya kampus kalian sama. Cepetan." tukas Mama, "Rotinya mau dibawa atau makan di rumah?"

"Dibawa aja deh." Jawabku sambil menyiapkan tas lalu keluar menuju ruang makan untuk menyapa Papa.

"Good Morning my beautiful artist, bagaimana malammu dengan Sammy, menyenangkan?" sapa Papa dengan wajah jahil.

"Apa sih Pa, orang Cuma curhat doang" balasku, "Berangkat Pa."

"Oke, hati-hati di jalan nak. Oh iya, kasitau temen kamu kalo ngelawak jangan bikin sakit perut hehehe."

Aku membuka pintu sambil terheran heran, siapa sih orang yang dibicarakan Mama dan Papa?

"Pagi Dinn, udah siap kan? Yuk?"

Aku tertegun menatap sosok yang ternyata adalah kak Javier. "gue mau naik bis aja." ucapku segera keluar pagar melewati motornya.

"jangan gitu lah~ gue ke sini buat jemput lu." kak Javier berusaha meraih tanganku namun kutepis.

"Pergi aja duluan, kan naik motor." jawabku seraya mempercepat langkah namun kak Javier berhasil menghadang langkahku dengan motornya.

"Nanti gue turunin rada jauh dari lobby ." ucapnya membuatku semakin sebal dan terdiam, harus dengan cara apalagi buat menolak ajakannya?

"Ngga bisa naik motor gede? gue bantuin naiknya." tawar Kak Javier tak pantang menyerah.

.

.

Sammy's POV


To: Hanum

Saya di depan rumah ya


Aku melirik kaca spion dan menemukan Hanum yang langsung kuberi isyarat klakson seraya ia menemukanku dan kita berangkat ke kampus bersama.

"Makasih sudah jemput," jawab Hanum. "tumbenan banget?"

"Saya mau latihan lebih pagi." Jawabku sambil mulai menyetir, "Dosen bilang yang nilai ujiannya paling tinggi akan mengikuti festival kampus."

Hanum mengangguk, "Semangat buat kita Mas! Kebetulan saya juga pingin perform di festival kampus~!!"

Aku tersenyum melihat semangat Hanum, "Emmmmm Num ada yang mau saya tanyain sebenarnya."

"Nanya apa Mas?" tanya Hanum tanpa kecurigaan.

"Saya tau kamu temen deketnya Wildan dari kecil, tapi apa kamu ada rasa sama dia?"

"Ngga Mas, dia bukan tipeku." Jawab Hanum lugas. Kini semuanya jelas, mereka berdua benar-benar hanya teman karena bertetangga, setidaknya Dinna bisa lega mendengar kabar ini.

"Ngomong ngomong Wildan cerita ngga kalo dia lagi naksir orang?" aku mulai melakukan investigasi, mungkin saja ada informasi yang berguna.

"Wildan jarang cerita masalah percintaan tapi bisa dilihat dari tingkah lakunya Mas, dia bakal nyengir nyengir kalo ngobrol dengan perempuan yang dia suka," jawab Hanum, "Kenapa emangnya Mas?"

Aku menggeleng, "Ahahahaha soalnya dia misterius."

Mobilku segera memasuki parkiran kampus lalu kubantu Hanum keluar dari mobil dan membawa gitarnya.

"Makasih ya," Hanum membungkuk dalam. aku hendak menjawabnya sampai tiba-tiba pandanganku melihat kak Javier melintas di parkiran kampus bersama Dinna; membuatku bertanya-tanya ada angin apa sampai perempuan itu mau berboncengan dengan laki-laki yang paling ia benci di kampus.

"ngeliat siapa mas?" tanya Hanum.

"Eh.... ngga Num." ucapku seraya memasuki gedung music sementara tangan kiriku sibuk mengetik chat untuk Dinna.

Aku harus tahu apa yang terjadi diantara mereka. 

Absolute Music and Art 2020 • DAY6 ✓Where stories live. Discover now