sayang, ini part duabelas.

16.2K 3K 386
                                    

"Yogurt dan blueberry."

"Thank you, Mbak Ersih."

"Beneran udah baikan badannya, Mbak?"

"Udah."

"Yakin nggak perlu kabari bapak dan ibu?"

"Yakin."

"Mas Jivan?"

"Jangan."

"Saya permisi. Kalau butuh sesuatu, telepon aja kalau berat buat jalan."

"Siap."

Aku tidak tahu apakah logika atau pun ilmu lainnya bisa menjelaskan ini. Saat pikiran kita sedang tidak baik-baik saja, fisik pun ikut merasakannya. Yang ketakutan jelas di dalam diriku, tetapi sejak semalam badanku rasanya sangat lelah, lemas, dan panas-dingin, serta kepala yang terasa berputar.

Dan, setelah memikirkan semuanya, aku merasa aku tidak bisa terus-terusan seperti ini. Tenggelam dalam rasa bersalah dan ketakutan atas perbuatan masa lalu.

Tidak bisa.

Aku harus memberitahu Jivan. If we don't have trust, we don't have anything. Aku harus belajar dengan baik dari Beck dan Joe. Jivan pasti bisa kupercaya, jadi aku tak boleh membohonginya.

Kalau aku ingin kami berakhir baik, maka seharusnya aku tak memulainya dengan kebohongan.

Well, tidak hari ini. Karena badanku sedang tidak prima. Dan ini adalah rekor baru, aku tidak mengemis kasih sayang Jivan ketika sedang sakit. Suatu pencapaian yang keren, Dipraya! Biasanya, sakit kepala sedikit saja, aku langsung mengabarinya seolah besok tidak hidup lagi.

Aku bangun dari posisi tidur, bersandar di kepala ranjang, dengan kaki tetap selonjoram di balik selimut. Lalu meraih meja lipat yang disediakan mbak Ersih, meletakkannya di hadapanku. Selanjutnya adalah mangkuk bersisi yogurt + blueberry, menyalakan speaker mini, dan terakhir memutar lagu Sulit Bernafas Tanpamu yang di-cover oleh Tami Aulia.

Mendengarkan lagu ini seharian penuh pun tak akan pernah bosan. Ditambah dengan aktivitas membuka galeri, mencari semua foto dan video yang ada Jivannya. Entah foto secara sadar, atau hasil dari keahlianku yang diam-diam memotret dan merekamnya.

Ini ... saat kami liburan ke Solo. Bertemu dengan salah satu temannya. Yang ini ... oh aku ingat, ke Padang, dengan pemandangan yang super indah. Ini fotonya yang sedang ada di camp bersama teman-temannya. Sisanya adalah foto atau videonya saat sedang masak, makan di luar, nyetir, nengok kiri saat duduk di kafe, dan lain-lain.

Yah, yogurt-nya habis.

"Hai."

"Mas! Kamu ngapain di sini? Abis mandi?"

Ganteng banget! Bikin syok berat pemandangan di pintu tiba-tiba berubah.

"Yap. Pulang kerja, bawa ganti, numpang mandi di bawah."

"Kok bisa?"

"Kok bisa?"

"Maksudnya, ngapain? Maksudku ... kemarin baru ketemu? Biasanya kamu ...."

"Mbak Ersih tadi pagi telepon, katanya kamu nggak enak badan dari semalem." Lho, tadi dia tanya untuk apa kalau sudah telepon Jivan? "Dan, dia yakin bukan cuma badanmu yang nggak baik-baik aja. Aku setuju. Karena aku ngerasa juga hal yang sama. Gimana menurutmu?"

"A-aku." Aku buru-buru menepuk tempat di sebelah, ia melangkah masuk, dan duduk di tepi kasur. "Udah baikan kok. Kecapekan aja kali ya."

"Kamu yakin?" tanyanya, kemudian menyentuh keningku dengan punggung tangannya. "Makan apa itu?"

komitmen butuh waktuWhere stories live. Discover now