Episode 10: Jawaban Dari Hatinya

310 39 1
                                    


Aku memilih untuk ke kelas lebih dulu, karena katanya Rachel mau bertemu dengan Pak Bara.

Saat didepan koperasi aku melihat Gefarin dan Jafin baru saja keluar dari sana. Aku hendak menghampiri mereka, namun segera kuurungkan setelah mendengar pertanyaan yang Jafin lontarkan.

Kuputuskan mengikuti mereka dari belakang tanpa suara.

"Gaf, jujur saja. Kau suka sama Hafla 'kan?" kulihat pria itu menyenggol kecil bahu Gefarin.

"Enggak usah ngelantur" balas Gefarin dengan santai.

Jafin sempat menghentikan langkahnya membuatku cepat - cepat bersembunyi dibalik tembok lorong yang akan kami lewati. "hey! Aku udah lama mau tanyain ini. Waktu ulang tahun Hafla, aku ngelihat kamu bawa dia ke tempat makan, terus dianterin pulang" Jafin menjeda memikirkan hal lainnya yang sudah ia simpan dibenak dalam beberapa waktu "oh iya, kamu juga kasihin sepatu kamu buat ganti sepatunya yang basah. Kalau bukan suka, terus apa?"

Aku menatap Gefarin yang masih diam dan kembali melangkahkan kakinya. Aku benar - benar menunggu jawaban Gefarin, berharap ia memiliki perasaan yang sama denganku.

"Ada lagi, kalian jadi lebih dekat akhir - akhir ini. Kamu sering habisin waktu sama Hafla di toko buku" tambah Jafin menyejajarkan diri dengan Gefarin.

"Aku enggak punya perasaan suka sama dia. Waktu hari ulang tahunnya, aku ngelakuin semua itu karena kasihan. Lagian juga dia teman satu kelasku, enggak boleh memangnya main bareng?"

Jadi, semua itu?

Jafin berdecak "tetap aja. Kayaknya enggak biasa. Kamu setiap sama dia beda. Kamu si manusia males ngomong bahkan jadi cerewet kalau udah bareng Haf-" Jafin memutus kalimatnya saat Gefarin sudah lebih dulu meninggalkannya begitu saja "tungguin!"

Aku menghentikan langkahku, tak lagi berusaha untuk mengikuti mereka. Tak ada lagi yang ingin aku dengar, aku takut hatiku akan semakin sakit.

Aku berharap tak pernah mendengar kalimat yang Gefarin katakan barusan. Aku menyesal mengikuti mereka.

•••

Mengapa bisa aku sepolos itu? Menganggap sikap baiknya seakan ada satu rasa lain untukku.

Statusnya sebagai seseorang yang kukagumi membuatku buta akan semua kebaikannya. Seharusnya aku sadar sejak awal, seperti halnya Jafin, Fairrel, Sadewa, Kevan- Gefarin adalah temanku. Ya kami teman tanpa rasa lain, kecuali diriku yang memang menganggap lebih.

"Hafla" aku menengok kearah Rachel saat telunjuknya mendarat di lenganku.

Namun terlambat "Hafla Arunika! Keluar! Kau melamun dijam pelajaran saya!" Pak Bara guru kimia kami sudah murka lebih dulu.

Aku langsung menunduk mengucap maaf dan keluar dari ruangan seperti yang Pak Bara katakan.

•••

Disinilah aku sekarang - perpustakaan, berakhir mengerjakan tugas 100 soal dari Pak Bara guru killer di sekolah.

Bahkan belum ada 30 soal aku selesaikan kepalaku sudah akan pecah. Aku tak bisa berkonsentrasi karena hatiku yang kacau. Kenapa rasanya menyakitkan ketika tahu seseorang yang kusuka tak memiliki rasa yang sama.

Aku menghembuskan napasku kasar, memilih sejenak membaringkan kepalaku diatas buku cetak berisi soal.

Sungguh, aku ingin menghilangkan ingatanku tentang ucapan Gefarin. Aku teringat mantera Obliviate di serial novel Harry Potter kesukaanku. Hermione, lakukan obliviate padaku, kumohon!

"Soalnya susah?" mataku membulat saat mendengar suara dari orang yang paling ingin kuhindari saat ini - Gefarin.

Buru - buru aku menegakkan dudukku "enggak" balasku singkat. Aku meliriknya yang sudah duduk dihadapanku kemudian mengalihkan pandangan mencari objek selain Gefarin "kenapa kamu bisa disini?"

"Pak Bara udah keluar dari jam pertama. Dia ngasih soal dan udah selesai aku kerjain" dia melirik buku ia ditanganku "mau aku bantu?"

Tidak boleh! Mulai hari ini aku harus membentengi diriku agar tidak mudah jatuh oleh kebaikan Gefarin! Kau tidak boleh jatuh lebih dalam lagi, Hafla!

"Enggak usah" aku menggeleng menarik bukuku yang hendak di tarik oleh Gefarin.

Gefarin mengerutkan keningnya bingung melihat responku yang lebih dingin "sebentar lagi jam istirahat. Kalau enggak aku bantuin, nanti kamu bakalan gasempet buat makan siang"

Kumohon Gefarin, berhenti memberikan perhatian padaku! Atau aku akan menganggap itu sesuatu yang lebih.

Aku menggeleng kuat "aku bisa selesaiin sendiri. Lagian, aku enggak lapar." Dengan tergesa aku membereskan barang - barangku. Sebaiknya cepat pergi dari sini "aku mau kerjain di kelas. Aku duluan, Gefa" ucapku setengah berlari meninggalkan perpustakaan.

•••

"Fla, kamu kenapa sih? Enggak biasanya ngelamun sampai dimarahin Pak Bara tadi" Rachel terlihat sangat khawatir saat aku baru saja kembali dari perpustakaan.

Sheira bergeser kesampingku "iya Fla, cerita dong. Seharian ini muka kamu kusut gitu"

Aku tersenyum, tak ingin membuat kedua temanku semakin khawatir "aku gapapa. Biasa hari pertama tamu bulanan. Mood aku suka kacau" kilahku kembali membuka buku ia yang belum sempat aku selesaikan.

Rachel menghembuskan napasnya kasar "okedeh. Sini aku bantuin. Udah sampai nomor berapa?"

"terimakasih, Chel" kedua sudut bibirku kembali mengembang "baru aku kerjain sampai nomor 29. Masih banyak Chel" rengekku.

"Arfa, sini. Bantuin Hafla ngerjain soal kimia" pinta Rachel pada si ketua yang baru saja memasuki ruangan kelas.

Sheira berlari kecil menghampiri Jafin "Jafin, temenin aku beli jajan buat Hafla. Dia butuh banyak energi"

Sial. Saat aku melihat perginya Sheira dan Jafin, mataku malah bersibobrok dengan mata milik Gefarin. Mata yang aku sukai sejak beberapa bulan ini.

Aku menunduk menatap kosong soal yang tengah kukerjakan. Merasa tidak enak hati sudah menolak bantuannya tadi, sementara kini bahkan aku menerima bantuan Arfa untuk menyelesaikan soal.

Gefarin berhenti disamping mejaku, tangannya terulur meletakkan sebuah buku kemudian pergi begitu saja.

Aku menggigit bibir bawahku berusaha membiarkannya pergi tanpa ucapan. Aku belum menemukan cara mengatasi hatiku yang kacau ini.

Membiarkan Rachel mengambil buku yang Gefarin letakkan tadi "Wow! Gefarin udah ngerjain soal nomor 1 sampai 100! Enggak ada sejam kamu keluar, jenius memang"

"Terimakasih, Gefarin" ucap Rachel pada Gefarin yang sudah duduk di tempatnya.

Kudengar dia hanya berdeham atas jawaban ucapan terimakasih yang Rachel katakan.



•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ADORE YOU [Selesai]Where stories live. Discover now