30

3.9K 338 86
                                    

Ost DOTS - everytime
⇄     ◁  II  ▷    ↺
0:57 ━━━•⊙───── 3:59

Jimin berlarian di koridor rumah sakit. Hal itu dikarenakan ia mendapat pesan singkat dari Felix yang mengatakan bahwa Rosè sudah sadar. Jimin memang tidak sabaran, dia bahkan menabrak beberapa perawat dan pengunjung rumah sakit.

Bahagia mendominasi. Meski dia melewatkan momen saat melihat mata itu terbuka, ia tetap senang karena gadis yang dicintainya selamat. Ucapan syukur membuncah dalam hatinya. Ia berterima kasih pada yang maha kuasa.

Jimin terengah-engah. Ia terhenti di depan pintu ruang rawat Rosè yang masih tertutup. Ia menarik nafas dalam. Debaran antara lelah karena berlari dan bahagia menjadi satu.

Ceklek ~

Jimin membuka pintu. Hatinya langsung menghangat saat melihat Rosè yang sudah duduk di brankar. Ia menatap Jimin. Dan untuk kesekian kalinya, Jimin tersihir akan tatapan itu. Senyuman terlengkung di wajah keduanya.

Jimin langsung melangkah ke arah Rosè. Felix dan Ryujin yang duduk di dekat Rose langsung menghindar. Mereka pun ikut melempar senyum.

Grepp!!

Tubuh lemah itu langsung Jimin peluk. Melampiaskan seluruh rasa yang menguasainya sejak beberapa waktu belakangan ini. Sementara Rose tersenyum haru. Ia ikut membalas pelukan Jimin dan menenggelamkan wajahnya yang merona.

"Hyung, Noona sesak." Ucap Felix setengah tertawa. Namun ia meringis pelan saat Ryujin menepuk bahunya sedikit keras. "Yak! Kau menganggu!"

Jimin yang merasa sadar langsung melepas pelukannya. Ia menatap Rose khawatir, takut jika ucapan Felix benar.

"Oppa, aku dan si kunyuk ini ke supermarket dulu." Ucap Ryujin langsung menarik Felix untuk keluar.

Jimin hanya menatap kepergian dua ajudannya. Pandangannya kini teralih pada Rosè. Gadis itu tampak menahan tawa.

"Tuan, aku tidak apa-apa."

Tak bisa dipungkiri. Rasa bersalah dalam hati Jimin masih bersarang. Rose begini karena dirinya, untuk melindunginya. Dan betapa bahagia dirinya saat Tuhan masih mengizinkannya untuk menatap senyum itu lebih lama.

Jimin menggenggam tangan berinfus itu. Rose terheran saat menatap tangan mereka dan kembali menatap Jimin. Jantungnya yang sudah sedari tadi berdebar, semakin berpacu.

"Terimakasih.." ucap Jimin pelan. Rose mengerjap. Ia menunduk. Ia ingin bertanya kenapa Jimin mengucapkan itu. "Terimakasih karena sudah bertahan."

Air mata gadis itu menggenang. Ia menatap Jimin dan tersenyum tulus.
"Aku bertahan untuk orang yang aku sayangi, dan orang yang aku cintai, tuan."

Rose kembali menunduk. Ia tau, bahwa apa yang ia ucapkan adalah hal yang lucu. Hal yang tidak mungkin. Karena itulah, ia berencana untuk memendam perasaannya sampai mati.

Jimin tau, itu dirinya. Perasaannya tergelitik. Mendengar Rosè mengucapkan itu saja, membuat hatinya menghangat.

"Siapa, hm?" Tanya Jimin. "Siapa orang yang kau cintai?"

Air mata Rosè masih menggenang. Namun ia hanya bisa meneguk ludah. Ia sudah bertekad untuk memendam semuanya.

"Orang itu jauh, tuan." Ucapnya berusaha tersenyum. "Sangat jauh."

Jimin memahaminya. Rose mungkin tidak bisa mengatakannya. Karena itulah Jimin hanya bisa mengusap Surai kecoklatan milik gadis itu. Jangan lupa dengan sebelah tangan mereka yang masih saling menggenggam.

Devenir AmourWhere stories live. Discover now