Chapter 5: Peterpan

1.6K 360 52
                                    

"Too many people grow up. That's the real trouble with the world, too many people grow up. They forget. They don't remember what it's like to be 12 years old. They patronize, they treat children as inferiors. Well I won't do that."
Walt Disney—

Gemericik hujan berjatuhan di luar restoran. Restoran kala itu sedang tidak terlalu sepi dan tidak terlalu ramai pelanggan. Suhu di dalam ruangan cukup rendah tapi tidak membuat kedinginan. Rose menatap ke arah luar jendela, sengaja agar tidak eye contact dengan pria asing di depannya. Seharusnya ia tidak mengiyakan ajakan makan siang membosankan ini.

Beberapa kali Rose menangkap basah wanita-wanita dengan tatapan lapar memperhatikan Jeffrey yang mengenakan seragam profesinya. Rose risih sebenarnya tapi ia berusaha untuk tidak membuat masalah karena mulut usilnya.

Makanan yang Rose dan Jeffrey pesan sudah habis sejak beberapa menit lalu. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Yang dapat Rose simpulkan tentang Jeffrey, salah satunya adalah Jeffrey sangat fokus ketika makan. Rose juga tidak suka diganggu ketika sedang makan. Kombinasi yang cocok.

"Ekhem..." Jeffrey berdeham. Rose menoleh dengan raut wajah seakan mengatakan, "apa?"

"Beberapa bulan yang lalu, saya nemu video lucu di rekaman cctv." kata Jeffrey sambil menatap Rose. Rose masih acuh dan tidak menghiraukan Jeffrey.

Karena tidak mendapat respons, Jeffrey beranjak bangkit dari duduknya. Kemudian, dia duduk di kursi sebelah Rose.

"Liat, deh." Jeffrey menunjukkan layar handphonenya ke Rose. Rose hanya menurut dan dalam sekejap ia membulatkan mata. Rose menarik handphone Jeffrey kemudian memperhatikan video rekaman cctv itu berkali-kali.

Video apa ya kira-kira?

"Jeff! Maksudnya apaan, sih?! Kok bisa punya video begini?! Bikin malu aja!" Rose mengomel kepada Jeffey yang tertawa kecil.

"Waktu itu saya disuruh pindahin file cctv restoran terus nemu video orang nangis. Karena lucu, saya simpan, deh. Terus baru nyadar tadi pas di jalan, orang yang di cctv mirip banget sama Rose."

Video rekaman cctv yang dilihat Rose adalah video dirinya menangis di sebuah restoran tempo hari. Rose benar-benar tidak sadar jika ternyata ada cctv yang menghadap ke arah dirinya.

"Bego banget, sih Rose." gerutu Rose di dalam hati.

Rose mengutak-atik handphone milik Jeffrey, "udah saya hapus." Rose mengembalikan handphone Jeffrey.

"Saya punya banyak back upnya."

"Lucu dimananya, sih?"

"Lucu soalnya kamu nangis sambil makan hahahaha...." Jeffrey masih tertawa dan kembali duduk di seberang Rose.

Rose hanya memasang wajah masam. Ia jadi berpikir yang tidak-tidak mengenai Jeffrey. Jangan-jangan dia intel yang menyalah gunakan wewenangnya?

"Jadi, restoran itu punya Jeffrey?" tanya Rose.

"Bukan. Itu punya keluarga saya. Sempit banget, ya dunia. Kamu yang tinggal di Jakarta bisa ke Cilegon, ke restoran keluarga saya pula. Jodoh banget, ya." jawab Jeffrey.

"Jodoh apa maksudnya?!" Rose memasang tampang kesal.

"Saya baru liat orang nangis sambil ngunyah makanan." lanjut Jeffrey.

RecherchéWhere stories live. Discover now