Chapter 10: Spinster

1.3K 281 49
                                    

"A lady's imagination is very rapid; it jumps from admiration to love, from love to matrimony in a moment."
—Jane Austen—

Rose memejamkan matanya sebentar kemudian membukanya kembali. Ia sedang tidak bermimpi bukan? Seseorang menemaninya pergi ke toko buku. Tidak hanya untuk sekedar berjalan-jalan, menemukan buku yang dicari kemudian membayar di kasir. Tapi, orang yang menemani Rose, bersedia menanggapi ocehan Rose. Menanggapi dengan tulus seperti memberi saran dan mengatakan dengan jujur bahwa buku-buku tertentu bagus atau buruk.

Jeffrey dan Rose pergi kencan entah untuk yang ke berapa kali. Bukan kencan kata Rose. Ketika Jeffrey menanyakan Rose mau pergi kemana, Rose dengan asal menjawab, "ke toko buku seharian.". Jeffrey si Bucin tentu saja menuruti, dong.

"Rose...ngapain, kok malah bengong? Saya ganteng banget, ya?"

"Ngawur." Rose mengacuhkan Jeffrey.

"Sejujurnya perut saya keroncongan, Rose. Kita break dulu, ya? Abis makan kita balik kesini lagi." kata Jeffrey.

Rose tidak menanggapi dan masih tetap berfokus pada buku yang ia baca.

Jeffrey menatap Rose, "she's in her world.". Kaki Jeffrey membawanya ke samping Rose.

Children's Book. Tulisan section yang Jeffrey dan Rose datangi.

"Kamu mau punya anak dari saya, ya, Rose?" tanya Jeffrey asal.

Kedua bola mata Rose melotot dan pipinya memerah. Kemudian, Rose memukul punggung Jeffrey dengan buku yang tadi ia baca.

"Ngawur banget, sih!" Rose menatap Jeffrey dengan tatapan singa.

"Ayo, dong Rose kita punya anak bareng, ya? Ya?" Jeffrey semakin menggoda Rose. Untung saja otak Rose masih di tempatnya, jadi dia masih cukup sadar untuk tidak menghajar Jeffrey di tempat umum.

"Anak, anak, anak mulu pikiran kamu, Jeffrey! Kamu pikir membesarkan seorang anak itu mudah?!?"

"Ya makanya itu saya memastikan jangan sampai saya milih ibu buat anak-anak saya. Saya bisa milih mau istri yang seperti apa tapi anak-anak saya enggak bisa milih mau lahir dari ibu yang seperti apa."

Skak mat. Rose terdiam. Dipikir-pikir Jeffrey ini suka mencampur adukkan suasana, ya? Awalnya Jeffrey hanya bercanda dengan menggoda Rose.

Jeffrey menelan ludah. Seharusnya ia tetap menggoda Rose, bukannya malah mengeluarkan kalimat seperti itu. Jeffrey mengerti sifat Rose yaitu tidak mau dikekang. Sangat berkebalikan dengan dirinya yang selalu mengikuti perintah.

"Kamu baca buku tentang apa, Rose?" kata Jeffrey sambil berusaha mengalihkan topik.

Ekspresi muka Rose berubah normal lagi seperti robot.

"Oh, ini. Mm..ini. Apa ini mm apa, ya.." Rose terdengar sedikit gugup akibat perkataan Jeffrey tadi.

Jeffrey mengambil alih buku cerita anak yang ada di tangan Rose. Buku cerita anak dengan warna yang khas dan dibalut dengan cerita yang ringan.

"Ilustrasinya bagus, ya." Jeffrey sedikit berbasa-basi.

"Iya, ceritanya tentang cara menghadapi bullying." Rose mendekat ke Jeffrey.

"Ceritain, dong?" pinta Jeffrey.

"Sama kayak cara menghadapi bullying pada umumnya. Sayangnya ada yang enggak ada di buku itu." jawab Rose.

"Apa?"

"Penulisnya enggak bilang kalau bullying itu bisa terjadi sama siapapun dan setiap orang berpotensi jadi pembulli."

RecherchéWhere stories live. Discover now