***
Beberapa saat suasana terasa begitu hening. Tiga orang dewasa yang berada di Ruang Tamu berukuran luas itu memilih diam. Mereka menunggu pemuda di hadapan mereka untuk menjelaskan apa maksud dari perkataannya.
Pangeran sendiri sekarang sedang dilanda gugup. Jari jemarinya bergerak-gerak berusaha mengalihkan perhatiannya dari debaran jantung yang sejak tadi tak kunjung normal.
"Katakanlah, Pangeran!" Maung Bodas bersuara meminta Pangeran untuk segera mengatakan kepada semua orang akan pilihannya mengenai pertunangan bersama Dear.
"Tapi, gimana kalo Papah, Mamah sama Om Dhanu kecewa, Aki? Pangeran rasanya takut buat mereka kecewa karena keputusan ini," Pangeran membalas melalui telepati.
"Katakanlah kebenaran walau kebenaran itu menyakitkan. Pangeran tidak bisa selalu menyenangkan hati setiap orang. Pangeran punya pilihan dan mereka tak bisa mengatur seluruh hidup Pangeran," sahut Maung Bodas memberikan dukungan kepada Pangeran.
Pangeran mengangguk mantap. Tarikan napas panjang menjadi pertanda akan kesiapannya untuk mengatakan keputusannya kepada ketiga orang dewasa tersebut.
"Jadi, Pah, Mah dan Om Dhanu. Sebelumnya Pangeran minta maaf kalau buat kalian kecewa. Tapi, dengan berat hati Pangeran memutuskan untuk tidak melanjutkan perjodohan Pangeran sama Dear!"
Perkataan Pangeran seketika membangkitkan kemarahan Pak Yahya. Pria itu bangkit dari duduknya dengan tatapan nyalang yang tertuju pada wajah putranya.
"kamu bilang apa? Kamu jangan main-main, Pangeran! Sudah sejauh ini masa kamu berhenti gitu aja? Kamu juga kan sudah janji kalau kamu akan menerima perjodohan kamu dengan Dear!"
Tak jauh dari reaksi Pak Yahya, Buk Rini pun sama marahnya kepada Pangeran. Akan tetapi dia masih bisa mengendalikan diri untuk tidak membentak Pangeran seperti yang dilakukan suaminya agar suasana tidak semakin memanas.
"kamu serius Pangeran? Tapi, kenapa kamu memutuskan untuk tidak menerima pertunangan ini? Kamu gak siap? Kalau gak siap, kita bisa undur tanggal pertunangannya sampai kamu siap. Dan kamu gak perlu menolak pertunangan ini!" tambah Buk Rini.
"Mah, Pah, Pangeran itu gak bisa! Pangeran gak bisa lanjutin perjodohan ini!" Ucap Pangeran lirih. Dia bingung harus menjelaskan dari mana. Tak mungkin dia menjelaskan seperti yang sudah dia jelaskan kepada Dear. Itu sama saja dia membongkar kebohongannya sendiri.
"iya, Tapi kenapa?" Pak Yahya semakin berang karena Pangeran tak mengatakan alasan kenapa dia tidak bisa melanjutkan perjodohan dengan Dear.
Ditengah rasa bingung yang dialami Pangeran, Dear bangkit dari duduknya siap membantu Pangeran untuk menjelaskan segalanya pada kedua belah pihak keluarga.
"Om, Tante, dan Papih. Keputusan yang Pangeran pilih menjadi pilihan Dear juga. Kami sama-sama sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan perjodohan ini," ungkap Dear membuat pandangan mereka kini beralih padanya.
"kenapa, Dear? Papah pikir Kamu sudah mulai mencintai Pangeran karena selama Pangeran dalam keadaan koma, kamu selalu ingin berada di sampingnya." tanya Pak Dhanu.
Awalnya Pak Dhanu memang tak melihat ada cinta di hati Dear untuk Pangeran, tetapi sejak Pangeran kecelakaan dan jatuh koma, justru Dear lah orang yang paling menunjukkan rasa sayang dan cinta untuk Pangeran.
"Pih, jika perjodohan itu dilanjutkan, belum tentu, kan Dear sama Pangeran bahagia? Pangeran punya pilihan, begitu juga dengan Dear," sahut Dear dengan nada lemah karena perkataan sang Ayah cukup membuat hatinya goyah. Namun, dia tetap pada pendiriannya yaitu melepas Pangeran agar laki-laki itu bahagia dengan pilihannya.
Dear beralih menatap Pak Yahya yang tampak sedang berusaha mengontrol emosi. "Om, Om yahya ingat gak? Om sudah menjodohkan Pangeran dengan Aida. Sampai saat ini pihak dari Om ataupun dari pihak Aida tidak pernah membatalkan perjodohan itu. Dan menurut Dear, jika perjodohan ini dilanjutkan tidak akan baik Om."
"Dear, Aida itu sudah menjadi masa lalu. Aida juga sudah lama menghilang dan tidak ada kabar. Jadi, Pangeran bisa mencari perempuan lain. Menurut Om itu adil," ujar Pak Yahya.
"tapi hati Pangeran sendiri masih tertuju pada Aida, Om. Aida mungkin masa lalu dari Pangeran. Tapi, masa lalu itu mungkin saja bisa kembali dan menjadi masa depan Pangeran."
"masa depan Pangeran itu kamu, Dear!" potong Buk Rini.
"Dear masa depan Pangeran yang mustahil bertahan karena masa lalu Pangeran, Tante. Dan Aida, dia adalah masa lalu Pangeran yang mungkin aja akan menjadi masa depan Pangeran. Pangeran cerita sama Dear. Kalau dia bermimpi bertemu dengan Aida yang memintanya kembali. Mungkin, mimpi itu pertanda kalau Aida akan kembali ke kehidupan Pangeran."
Dear terus meyakinkan Pak Yahya dan Buk Rini bahwa keputusan Pangeran dan dirinya adalah yang terbaik. Pak Yahya dan Buk Rini kali ini terdiam. Mereka melirik Pangeran yang menunjukkan senyum penuh harap jika keduanya bisa memahami.
"jadi, Dear dan Pangeran mohon agar kalian bisa mengerti." Dear mengakhiri semuanya.
Pangeran mendekati Pak Yahya. Berusaha menyalurkan perasaannya melalui tatapan mata. "Pangeran mohon, kali ini aja turutin kemauan Pangeran. Pangeran yakin inilah keputusan yang terbaik buat Pangeran ataupun buat Dear,"
Pak Yahya segera memutus kontak mata dengan Pangeran. Perasaannya bisa luluh jika terus menatap mata Pangeran. "Papah gak bisa memutuskan sendiri. Biar Om Dhanu yang memutuskan karena Om Dhanu juga mungkin merasa dirugikan." kata Pak Yahya dengan memalingkan wajahnya ke lantai.
"Pih, Papih gak masalahkan, kan kalo perjodohan ini gak dilanjutkan? Tujuan awal Papih jodohin Dear sama Pangeran kan supaya Dear bisa berubah menjadi orang yang lebih baik. Dan sekarang Dear sudah berubah, Pih. Perubahan Dear karena kemauan Dear sendiri bukan karena perjodohan itu. Jadi, buat apa dipertahankan?" ucap Dear.
Pak Dhanu terdiam beberapa saat sembari menatap Dear dalam-dalam. Jika ingin egois, dia bisa saja menolak dan tetap melanjutkan perjodohan ini. Tapi, perkataan Dear ada benarnya.
"kalau itu keputusan kalian, Papih tidak masalah. Kalau kamu bahagia, Papih juga akan ikut bahagia." Ujar Pak Dhanu.
Dear tersenyum senang. Dia langsung memeluk sang ayah dengan erat. Matanya melirik ke atas agar tak menjatuhkan setetes air pun yang sudah memenuhi pelupuk matanya. "Makasih, Pih."
"yaudah, Pangeran. Mamah sama Papah juga gak masalah sama keputusan kamu." Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Pak Yahya.
Pangeran sama senangnya dengan Dear. Tapi, ada satu hal lagi yang harus dia katakan pada kedua orang tuanya.
"Mah, Pah. Selain itu, Pangeran juga mau kembali ke Pesantren. Pangeran mau nyari Aida dan lanjutin pendidikan agama di sana."Pak Yahya dan Buk Rini saling memandang.
"kamu yakin, Pangeran? Tapi, gimana sama sekolah kamu?" tanya Pak Yahya.
"Pangeran akan selesain dulu sekolah Pangeran di sini. Lagian Pangeran 2 bulan lagi lulus. Setelah selesai sekolah, Pangeran akan cari kampus yang deket sama Pesantren. Jadi, Pangeran bisa lanjutin pendidikan Pangeran dan nanti wujudin kemauan papah yang pengen Pangeran nerusin perusahaan," Pangeran menjelaskan tentang rencana pendidikannya.
"yaudah, Papah sama Mamah menyetujui keputusan kamu."
Senyum kembali tergambar di wajah Pangeran. Dia melirik Dear yang juga merasa ikut senang.
Sekarang dia hanya harus menunggu waktu. Walaupun sebenarnya dia merasa tidak sabar dan ingin mencari tahu apakah mimpi-mimpinya selama ini benar-benar pertanda atau hanya angan-angan saja?
"Ternyata memang Pangeran telah ditakdirkan berada di Pesantren. Kemanapun Pangeran pergi, maka tempat itu akan selalu menarik Pangeran untuk kembali. Dan bersiaplah memulai kisah baru untuk menemukan takdir Pangeran yang sesungguhnya," Maung Bodas berkata di dalam hati.
***

ESTÁS LEYENDO
PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)
De TodoWalaupun ceritanya sudah tamat, jangan lupa votenya, ya! Mencari kebenaran tentang jati diri yang dilakukan Pangeran membawanya kembali ke Pesantren untuk membuktikan sebuah wangsit dari mimpinya. Lalu, apa yang ingin Pangeran buktikan? Lanjutan dar...