Masalah hadir.

32 14 2
                                    

Setelah balik dari belanja bersama Arka. Aku langsung pulang kerumah. Tepat setelah turun dari motor dan salam perpisahan dengan Arka, aku melangkah masuk ke rumah.

Tapi sebelum masuk aku melihat satu mobil mewah parkir di depan rumah. Kira-kira mobil siapa itu, bisa jadi mobil teman nya Papi.

"Permisi," kata ku hadir di depan pintu dengan membawa tas belanjaan.

Belanjaan itu di sambut oleh bibi Smile yang memang sudah ada sedari tadi juga duduk di ruang tamu. Dan anehnya bukan hanya ada bibi, di sana ada papi, mami, dan benar saja itu mobil nya teman papi.

"Sudah pulang Meat. Mari duduk sini!" titah sang mami.

Baru aja pulang, belom juga ganti baju. Tapi yasudah lah, tamu papi perlu melihat anak papi Nanas yang super cantik ini.

"Hallo om, tante. Saya Melon anak dari papi Nanas, dan mami Lemon," ujar ku memberi jabat tangan tanda sopan.

"Jadi ini anak kamu sis. Cantik sekali, sama seperti ibu nya waktu muda," sahut tante itu.

Aku tertawa renyah. Apa iya aku cantik? Apa iya Mami ku itu cantik?

Mami terkekeh, " bisa aja kamu ah... Lagian kenapa ngga kamu bawa anak kamu. Jadi kan aku ngga bisa liat toh."

Ah Mami juga pandai berbasa-basi, aku gerah nih mau mandi.

"Kita juga kebetulan kan Pa lewat sini."

Suami nya mengangguk.

"Ohya Meat. Kenalin teman mami sedari smp. Tante Rima, sama om Roma."

"Oh iya. Nama nye serasi ya om, tante," ujar ku menyahut. Sebenarnya sekarang aku sangat ingin air.

Melihat bibi Smile yang melintas, aku langsung memanggilnya. Aku membisikakn sesuatu kepada sang bibi. Menyuruh cepat menyiapkan pakaian untuk ku ganti baju dan mandi.

"Jadi nak Melon ini masih sekolah ya?"

"Iya tante. Pasti anak tante juga masih sekolah kan?" tanya ku tak mau kalah ngomong.

"Ohiya, seperti nya kalian satu angkatan deh. Kelas berapa sekarang?"

"Tiga. Bentar lagi jadi anak kuliahan," seru ku girang. Aku terlalu semangat sampai lupa bahwa di sana ada teman mami.

"Kuliah nya nanti mau dimana?"

Kepo deh. Aku ngga suka sebenarnya di introgasi kek begini. Kepo ah.

"Yogyakarta."

"Luar negri," sahut mami.

"HAH."

"Luar negri. Dimana kek, yang penting luar negri," ucap mami menjengkelkan.

Aku terdiam. Malas berdebat, belom juga lulus nanti sesudah lulus baru deh aku ngebantah.

"Di Yogya juga tidak apa sis, lagian anak saya mau saya kuliahin di sana juga."

"Yang benar sis? Wah kebetulan sekali."

"Kebetulan apa nih?" tanya ku.

"Siapa tau tumbuh mengkar cinta kalian di sana. Di kita Yogya, iyakan sis?" tanya tante Rima kepada mami.

"Kalian itu mau mami jodohin. Yaa walopun mami belom liat orang nya, cuma mami udah liat foto nya. Cakep abiss."

Ngga bisa nerima. Ini bukan zaman Siti Nurbaya. Ini bukan sinetron perjodohan FTV, dan satu lagi ini bukan drama.

"Mami..." keluh ku.

Mami tak mengindahkan, aku hanya bisa menahan omelan untuk sementara. Setelah teman mami  nya balik, ia akan berkomentar sepuasnya.

Melon Dan CalonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang